Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Kerangka Konsep

dengan permasalahan publik yang sedang hangat dibicarakan, melihat trend dari BlackBerry ini merupakan suatu inovasi yang penelitian ini nantinya akan dilakukan dengan memilih sampel yang tidak dapat langsung dipandang sebelah mata, justru jika digali lebih dalam, ini akan menjadi topik yang juga dapat menambah wawasan akan dunia teknologi. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana ekuitas merek BlackBerry berpengaruh terhadap brand loyalty pada kalangan mahasiswa FISIP USU.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Ekuitas Merek BlackBerry berpengaruh terhadap Brand Loyalty pada Kalangan Mahasiswa FISIP USU?”

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah yang diteliti sehingga lebih fokus dan spesifik. Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Penelitian ini bersifat deskriptif dimana hanya memaparkan suatu situasi atau peristiwa secara sistematis, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Universitas Sumatera Utara b. Objek penelitian merupakan mahasiswa FISIP USU Pogram S1 angkatan 2007-2008. c. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU Pogram S1 angkatan 2007-2008 pengguna BlackBerry. d. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011. I.4. Tujuan dan Manfaat Penelelitian I.4.1.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan menguraikan apa yang dicapai, disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dari pihak lain yang berhubungan dengan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini terdiri dari: a. Untuk mengetahui bagaimana ekuitas merek produk BlackBerry di kalangan mahasiswa FISIP USU. b. Untuk mengetahui bagaimana ekuitas merek produk BlackBerry berpengaruh pada Brand Loyalty di kalangan mahasiswa FISIP USU.

I.4.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan beberapa manfaat, baik dari segi akademis, teoritis, dan praktis, diantaranya yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan khususnya penelitian analisis wacana di Lingkungan Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara Teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah penelitian terutama tentang komunikasi massa. 3. Secara Praktis, penelitian ini dapat memberi masukan kepada pihak produsen tentang posisi ekuitas merek BlackBerry di masyarakat khususnya pada kalangan mahasiswa FISIP USU.

I.5. Kerangka Teori

Rakhmat 1993:6, Kerlinger menyatakan, teori adalah himpunan konstruk konsep, defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut. Nawawi 1993:40, menjelaskan setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka untuk mendukung pemecahan suatu masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang akan memuat pokok- pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas. Universitas Sumatera Utara Adapun teori yang relevan dengan penelitian ini adalah:

I.5.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari- hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau dimana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Secara sederhana dalam proses komunikasi yang terjadi adalah bermuara pada usaha untuk mendapatkan kesamaan makna atau pemahaman pada subjek yang melakukan komunikasi tersebut. Komunikasi bukan hanya hal yang paling wajar dalam pola tindakan manusia, tetapi juga paling rumit Purba, dkk, 2006:29. Ungkapan diatas tidak dapat dipungkiri karena komunikasi merupakan hal yang dilakukan sejak manusia lahir ke bumi. Komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain dengan sengaja ataupun tidak sengaja, dan tidak terbatas pada kamunikasi verbal saja Cangara, 2006:20. Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku Muhammad, 2007: 4-5. Komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau merubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung maupun tidak langsung melalui media. Bermacam-macam definisi komunikasi yang dikemukakan orang untuk memberikan batasan terhadap apa yang dimaksud dengan komunikasi, sesuai dari Universitas Sumatera Utara sudut mana mereka memandangnya. Tentu saja masing-masing definisi tersebut ada benarnya dan tidak salah karena disesuaikan dengan bidang dan tujuan mereka masing-masing. Rubben memberikan definisi komunikasi manusia yang lebih komprehensif, yaitu suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain. Lasswel menerangkan bahwa cara terbaik untuk menerangkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan : Who Says What In Which Channel to Whom With What effect Siapa Mengatakan Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa. Jawaban dari pertanyaan paradigmatik Lasswell merupakan unsur-usur proses komunikasi yang meliputi: komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek Effendy , 2003:254. Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut: 1. Pengamatan lingkungan. 2. Korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menghadapi lingkungan. 3. Transmisi warisan sosial dari generasi sosial satu ke generasi social lainnya Effendy 2003:254. Tujuan utama mempelajari komunikasi adalah untuk mengetahui bagaimana efek komunikasi terhadap seseorang, yaitu kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Universitas Sumatera Utara Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap. Pendapat dan tingkah laku komunikator melalui mekanisme daya tarik pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya, dengan kata lain pihak komunikan merasa adanya persamaan antara komunikator dengannya sehingga dengan demikian komunikan bersedia taat kepada pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator.

I.5.2. Komunikasi Pemasaran

Secara konseptual, komunikasi pemasaran pada dasarnya merupakan bagian integral dari pemasaran. Menurut Nikcels 1984:7, mengatakan bahwa komunikasi pemasaran adalah pertukaran informasi dan dua arah dan persuasi yang menunjang proses pemasaran agar berfungsi lebih efektif dan efisien. Sementara bila diformulasikan secara sederhana, komunikasi pemasaran merupakan proses pengolahan, produksi, dan penyampaian pesan-pesan melalui satu atau lebih saluran kepada kelompok khalayak sasaran, yang dilakukan secara berkesinambungan dan bersifat dua arah dengan tujuan menunjang efektivitas pemasaran suatu produk Sendjaja, 1995:3. Dari literatur konsepsi komunikasi pemasaran ini pada dasarnya berkaitan dengan konsepsi komunikasi tentang unsur-unsur klasik pemasaran yang lazim disebut dengan formula “4-P” yakni Product produk, Price harga, Place tempat, dan Promotion promosi. Komunikasi tentang 4-P ini kemudian dijabarkan lagi menjadi beberapa konsep sentral yang meliputi segmentasi pasar, analisis perilaku konsumen, desain produk, pengemasan packaging, penamaan Universitas Sumatera Utara merek branding, pemosisian merek positioning, serta pelayanan pelanggan customer service. Sendjaja, 1995:4

I.5.3. Merek

Secara sederhana, merek brand, brynan diartikan sebagai “a mark of simple easly recognized pattern by burning with a hot iron to attest manufacturing or quality or to designate ownership”. Sebagai identifikasi, suatu merek terdiri dari unsur nama brand name, yakni bagian yang dapat diucapkan seperti Marlboro, A. Mild, Gudang Garam dan unsur brand mark, yakni bagian merek yang tidak dapat diucapkan bisa berupa suatu simbol, desain atau suatu pengepakan yang unik Wilffidus, 1999:9. Sebuah merek pada dasarnya mencerminkan janji penjual produsen untuk secara konsisten menyediakan sekumpulan manfaat dan layanan kepada pembeli. Merek juga mengandung jaminan akan kualitas seperti yang diungkapkan oleh William G. Nikels yaitu nama merek adalah simbol dari kualitas bagi para konsumen untuk meyakinkan mereka bahwa produk dan jasa yang mereka beli hari ini adalah sama kualitasnya dengan yang mereka beli minggu lalu atau tahun lalu. Sebagai contoh, deterjen dengan merek So-Klin tentu mengisyaratkan janji dari produsennya bahwa pengguna merek tersebut akan mendapatkan pakaiannya menjadi “begitu bersih” setelah dicuci dengan So-Klin. Untuk kasus merek handphone, beberapa riset pasar mendapatkan kesimpulan bahwa para konsumen Universitas Sumatera Utara atau pengguna handphone mengasosiasikan handphone dengan prestige dan gaya hidup disamping kegunaan utamanya sebagai salah satu alat komunikasi. Dewasa ini, ketika tingkat persaingan pasar sudah semakin ketat, merek bagi produk menjadi sangat penting. Merek menjadi pembeda. Orang tidak membeli handphone, mereka membeli BlackBerry, NOKIA, Samsung atau yang lain. BlackBerry berbeda dengan NOKIA, karena konsumen dapat langung melihat perbedaan dari pengemasannya yaitu tipe handphone, fitur, dan model dari handphone itu sendiri. Philip Kotler dan Garry Amstrong 1996:17 memberikan pesan bahwa perusahaan yang ingin memilih merek untuk produknya harus mempertimbangkan lima aspek, yaitu: 1. Merek harus mengisyaratkan manfaat dan kualitas produk. Kopi Torabika berusaha mengkonsumsikan pesan yang berasosiasi dengan Toraja salah satu daerah yang dikenal sebagai penghasil kopi. Arabika salah satu jenis kpi yang digemari orang. Pasta gigi Close Up mengirimkan pesan bahwa para penggunanya tidak perlu takut untuk berbicara dalam jarak dekat. 2. Merek harus mudah diucapkan, dikenal dan diingat. Merek yang singkat tentu lebih mudah diingat dan diucapkan. Stasiun-stasiun televisi swasta di Indonesia lebih suka menyingkat nama mereka yang panjang dan bagus agar lebih mudah diingat dan diucapkan, maka kita kenal RCTI, SCTV, Antv, MNCtv, dan Indosiar. Bukan Universitas Sumatera Utara berarti merek yang agak panjang tidak boleh digunakan, syaratnya nama tersebut tetap mudah diingat dan diucapkan. 3. Merek harus bersifat khas. Ford adalah salah satu merek mobil terkenal di Amerika, mengambil nama dari pendirinya Henry Ford. Nama yang khas akan lebih mungkin menjadi faktor pembeda dibandigkan nama yang bersifat umum dan karenanya akan lebih berpeluang menonjolkan produk yang menyandang nama tersebut. 4. Merek harus mudah diterjemahkan, diucapkan dalam berbagai bahasa berbeda dan tidak mengandung arti yang negatif. Pasta gigi Darkie akhirnya berganti namamerek menjadi Darlie, karena kara “Darkie” dirasakan mengandung arti yang melecahkan orang kulit hitam. 5. Merek harus dapat didaftarkan dan mendapatkan perlindungan hukum. Merek yang diambil dari kata yang bersifat deskriptif dan generik mungkin tidak dapat memperoleh perlindungan hukun yang memadai. Beberapa tahun lalu, Aqua pernah menggugat produk air minum dalam kemasan AMDK lain yang mereknya mengandung kata aqua. Produk yang mereknya mengandung kata Aqua membela diri dengan mengatakan bahwa merek Aqua tidak mendapatkan perlindungan hukum karena kata Aqua bersifat generik. Universitas Sumatera Utara

I.5.4. Ekuitas Merek

Kekuatan merek brand equity atau ekuitas merek sesungguhnya dapat menjadi sumber-sumber keunggulan bersaing yang berkelanjutan bagi perusahaan. Lebih dari itu merek sebenarnya membentuk personifikasi dari produk atau perusahaan yang menghasilkannya, hal ini sejalan dengan pepatah lama Nomen Est Omen Latin: nama adalah tanda, pengenal atau identitas. Merek produk membentuk atau memiliki identitas, citra dan integritas dari produk atau perusahaan melalui proses persepsi dalam pikiran. Hal ini sejalan dengan pendapat Stephen pask 1998:30 bahwa suatu merek berkaitan dengan pelanggan potensial meyakini suatu produk atau jasa. Pemilik merek tentunya berharap agar merek produknya dapat mencapai tingkat tertinggi ini. Kekuatan merek jika dilihat secara mendalam dapat diuraikan lima kelompok Brand Equity Aaker, 1991:15 yaitu: 1. Brand Loyalty 2. Brand Awarnes 3. Perceived Quality 4. Brand Assosiasion 5. Other Propierty Brand Assets Universitas Sumatera Utara Suatu merek yang kuat secara nyata dapat mendukung peningkatan nilai perusahaan dalam enam hal: a. Merek yang kuat sangat potensial untuk mendukung keberhasilan dalam menarik pelanggan-pelanggan lama, daripada suatu merek yang diragukan konsumen. b. Merek yang kuat dapat meningkatkan loyalitas konsumen, yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan dalam menghadapi persaingan seperti dalam hal inovasi. c. Merek yang kuat pada umumnya memungkinkan pembatasan yang lebih besar, baik melalui penetapan harga premi, maupun melalui penekanan biaya-biaya promosi untuk mendapatkan posisi di pasar. d. Brand Equity merupakan dasar bagi pertumbuhan perusahaan melalui perluasan merek. e. Merek yang kuat dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam mendapatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam rantai nilai perusahaan, khususnya dengan anggota-anggota sistem saluran distribusi. f. Merek yang kuat dapat menjadi jalur untuk membentuk, mengembangkan, dan mempertahankan keunggulan kompetitif berkelanjutan perusahaan.

I.5.5. Brand Loyalty

Loyalitas pelanggan merupakan tujuan inti yang diupayakan pemasar. Hal ini dikarenakan dengan loyalitas sesuai dengan yang diharapkan, dapat dipastikan Universitas Sumatera Utara perusahaan akan meraih keuntungan. Istilah loyalitas pelanggan sebetulnya berasal dari loyalitas merek yang mencerminkan loyalitas pelanggan pada merek tertentu Dharmmesta, 1999. Loyalitas pelanggan sangat penting untuk dikenali pemasar dalam rangka menentukan strategi yang diperlukan untuk meraih, memperluas dan mempertahankan pasar. Salah satu strategi tersebut adalah strategi penentuan harga, yaitu bagaimana menentukan harga yang sesuai dengan keadaan dari produk yang ditawarkan. Menurut Kotler 1997 strategi penetapan harga biasanya berubah kalau produk melewati berbagai tahap daur hidupnya. Tahap pengenalan memberikan tantangan yang paling besar. Perusahaan harus memutuskan dimana memposisikan produknya terhadap produk saingannya dalam mutu dan harga, apakah pada strategi harga premium, strategi nilai baik, strategi harga tinggi ataukah strategi ekonomi. Pertanyaan mendasar tentang loyalitas merek adalah, apakah merek cukup kuat untuk membuat pelanggan kembali lagi untuk membeli? Hislop, 2001. Namun demikian banyak diantara peneliti Dick dan Basu, 1994; Jacoby dan Olson, 1970; Dharmmesta, 1999 berpendapat bahwa jika pengertian loyalitas pelanggan menekankan pada runtutan pembelian, proporsi pembelian atau dapat juga probabilitas pembelian, hal ini lebih bersifat operasional, bukan teoritis. Jacoby dan Kryner 1973 dalam Dharmmesta 1999 mendefinisikan enam kondisi yang secara kolektif memadahi sebagai berikut: Loyalitas merek adalah 1 respon keperilakuan yaitu pembelian, 2 yang bersifat bias nonrandom, 3 terungkap secara terus-menerus, 4 oleh unit pengambilan keputusan, 5 dengan memperhatikan satu atau beberapa merek alternatif dari sejumlah merek sejenis, dan 6 merupakan fungsi proses psikologis pengambilan keputusan, evaluatif. Universitas Sumatera Utara Sedangkan Mowen dan Minor 1998 dalam Dharmmesta 1999 menggunakan definisi loyalitas merek dalam arti kondisi dimana konsumen mempunyai sikap positif terhadap sebuah merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut dan bermaksud meneruskan pembeliannya dimasa mendatang. Defenisi ini didasarkan pada pendekatan keperilakuan dan pendekatan sikap. Pendekatan keperilakuan mengungkapkan bahwa loyalitas berbeda dengan perilaku beli ulang, loyalitas merek menyertakan aspek emosi, perasaan atau kesukaan terhadap merek tertentu di dalamnya sedang pembelian ulang hanya perilaku konsumen yang membeli berulang-ulang. Kategori loyalitas merek diungkapkan oleh Jacoby dn Chesnut 1978 dalam Dharmmesta 1999 sebagai berikut: 1. Loyalitas merek utama yang sesungguhnya, loyalitas pada merek tertentu yang menjadi minatnya. 2. Loyalitas merek ganda yang sesungguhnya, termasuk merek utama. 3. Pembelian ulang merek utama dari non loyal. 4. Pembelian secara kebetulan merek utama oleh pembeli-pembeli loyal dan non loyal merek lain. Konsumen yang loyal merek dapat diidentifikasi berdasarkan pola pembeliannya, seperti runtutan pembelian atau proporsi pembelian. Loyalitas merek harus dikembangkan mencakup semua aspek psikologis secara total agar tidak mudah berubah, yaitu aspek kognitif, afektif, konatif dan tindakan Dharmmesta, 1999. Harga bukan satu-satunya biaya yang dihadapi oleh pelanggan. Biaya lain yang termasuk dalam biaya pelanggan adalah waktu belanja, biaya mencoba dan biaya emosi. Namun demikian harga adalah biaya Universitas Sumatera Utara yang paling mudah dilihat, sehingga merupakan unsur penting bagi pelanggan dalam mengambil keputusan Kenesei dan Todd, 2003.

I.5.6. Teori S-O-R

S-O-R merupakan singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Objek materialnya adalah manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen seperti sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi. Teori ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan proses aksi-reaksi yang mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat non-verbal, simbol-simbol tertentu akan merangsang orang lain memberikan respon dengan cara tertentu. Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ; Pesan stimulus, S, Komunikan organism, O, dan Efek Response, R. Hovland, Carl I 1953 mengatakan bahwa proses perubahan perilaku maupun kognitif pada hakikatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari: a. Stimulus ransangan yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti di sini. Tetapi stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif. Universitas Sumatera Utara b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme diterima maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya bersikap. d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut perubahan perilaku. Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah “how”, bukan “what” atau “why”. Dalam perubahan sikap, tampak bahwa sikap yang dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Hovland, Janis, dan Kelley mengatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu: a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Gambar 1 Model S-O-R Stimulus Organism: a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan Response Universitas Sumatera Utara Bagan di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya, komunikan mengerti setelah komunikan menerima dan mengolahnya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap Effendy, 1990:254. Bila dikaitkan dengan penelitian ini, bagaimana pengaruh . Ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan dalam teori S-O-R yakni: Stimulus: Ekuitas merek BlackBerry terhadap brand loyalty pada kalangan mahasiswa FISIP USU Organism: Mahasiswa FISIP Universitas Sumatera Utara. Response: Efek yang ditimbulkan melalui ekuitas merek BlackBerry berupa pendapat, sikap dan perilaku mahasiswa yang terlihat dari tanggapan mereka terhadap brand loyalty pada kalangan mahasiswa FISIP USU.

I.6. Kerangka Konsep

Menurut Kerlinger, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan mengeneralisasikan hal-hal khusus Jalaluddinn, 2004:12. Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang kritis dan bersifat memperkirakan Universitas Sumatera Utara kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam menentukan hipotesa. Nawawi, 1993:40 Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris maka harus diopersionalkan menjadi variabel. Beberapa hal harus dibatasi, diberi nilai, dan diukur, digeneralisasikan menjadi satu variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas X Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor, atau unsur lainnya Nawawi, 1993 : 56. Variabel bebas penelitian ini adalah: Ekuitas Merek Indikatornya: a. BlackBerry memiliki jaringan yang bagus b. BlackBerry memiliki fitur BBM BlackBerry Messenger c. BlackBerry memiliki fasilitas push e-mail d. BlackBerry memiliki fasilitas koneksi Blackberry BlackBerry Connect e. BlackBerry memiliki desain yang menarik 2. Variabel Terikat Y Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang dipengaruhi oleh variabel bebas Nawawi, 1993:57. Variabel terikat penelitian ini adalah: Universitas Sumatera Utara Brand Loyalty Indikatornya: a. Pembeli yang setiakomit comitted buyer b. Pembeli yang berpindah-pindah switcher c. Pembeli yang menyukai merek likes the brand d. Pembeli yang bersifat kebiasaan habitual buyer e. Pembeli yang puas dengan biaya peralihan satisfied buyer 3. Variabel Antaseden Z Nilai-nilai yang dimiliki seseorang responden yang dapat membedakannya dengan orang lain yakni: a. Jenis kelamin b. Angkatan c. Departemen

I.7. Model Teoritis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Trust In a Brand Terhadap Brand Loyalty Pada Konsumen Susu UHT Merek Ultramilk Di Wilayah Kelurahan Titi Rantai Medan

3 24 101

Pengaruh Brand Trust terhadap Brand Loyalty Produk-produk Nokia pada Pegawai Universitas Sumatera Utara

1 40 107

Pengaruh Perceived Quality, Brand Association, dan Brand Loyalty Terhadap Keputusan Pembelian Pasta Gigi Merek Pepsodent Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

1 38 124

Analisis Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) terhadap Keputusan Pembelian Produk Telkomsel Flash di Grapari Selecta Medan

6 102 217

Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) Tas Sophie Martin Terhadap Kesediaan Membayar Harga Premium (Studi Kasus Pada BC Rosida Medan).

3 49 104

Pengaruh Trust in a Brand Terhadap Brand Loyalty Pada Konsumen Air Minum Aqua di Daerah Medan Baru.

1 28 83

Analisis Sensitivitas Respon Konsumen Terhadap Ekstensifikasi Merek (Brand Extention) Pada Vaseline Hand & Body Lotion (Studi Kasus Mahasiswi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

2 79 103

Pengaruh Trust In a Brand Terhadap Brand Loyalty Produk Air Minum Aqua Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi UMSU Medan

0 46 79

Pengaruh Penempatan Posisi (Positioning) Terhadap Citra Merek (Brand Image) Pada Clear Men Shampoo (Studi Kasus : Mahasiswa S-1 Reguler Fakultas Ekonomi USU Medan)

2 65 105

PENGARUH EKUITAS MEREK (BRAND EQUITY) TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli Produk Handphone Blackberry (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta)

0 1 14