95 asumsi penilaian yang dianalisis guna mengetahui besarnya biaya pengelolaan dan
manfaat yang diperoleh dari pemanfaatan hutan mangrove, sehingga dapat memberikan informasi pengambilan kebijakan dalam pengelolaan seluruh
sumberdaya secara optimal. Valuasi ekonomi yang dilakukan untuk melihat manfaat langsung dari
ekosistem hutan mangrove bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraannya, meliputi hasil kayu bakar, bibit mangrove, ikan,
udang dan kepiting. Secara keseluruhan keuntungan yang diperoleh masyarakat dari manfaat langsung hutan mangrove cukup tinggi bila dibandingkan dengan luasan
mangrove di wilayah tersebut. Hasil wawancara dengan para responden, sebagian mengatakan mereka mendapatkan pendapatan yang cukup dari kegiatan pemanfaatan
mangrove sebagai penghasil kayu dan hasil laut lainnya, sedangkan yang lainnya mengatakan pendapatan mereka masih kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup
setiap hari.
6.3. Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat
Analisis sosial masyarakat memberikan gambaran tentang ketersediaan tenaga kerja, pengembangan sumberdaya masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Penyebaran penduduk di lokasi penelitian hampir merata dengan jumlah penduduk sebanyak 11.931 jiwa, masing-masing di Kecamatan Huamual Belakang 3.346 jiwa,
Kecamatan Seram Barat 6.062 jiwa, dan Kecamatan Kairatu 2.523 jiwa Tabel 10 dan Gambar 14.
Tabel 10 menunjukkan bahwa distribusi jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang seimbang, distribusi seperti ini menunjukkan bahwa secara gender
tidak ada dominasi laki-laki ataupun perempuan. Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut dan Jenis Kelamin di Setiap Kecamatan
Lokasi Penelitian
Kecamatan Penduduk
Jumlah Laki-laki
Perempuan
Huamual Belakang
1.707 1.639
3.346
Seram Barat
3.140 2.922
6.062
Kairatu
1.286 1.237
2.523 Total
6.133 5.798
11.931
96 Jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat menunjukkan
bahwa eksistensi laki-laki dan perempuan yang seimbang memberikan konsekuensi kuat peranan kedua kelompok jenis kelamin ini sama-sama memiliki potensi kuat
untuk berpartisipasi dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove. Secara umum penduduk di lokasi penelitian bekerja sebagai nelayan dan
petani. Kegiatan perikanan yang dilakukan adalah usaha penangkapan ikan dengan bagan, penangkapan ikan dengan jaring, serok maupun pancing, penangkapan
kepiting, pengambilan moluska dan lain-lain, sedangkan kegiatan pertanian yang dilakukan adalah berkebun.
Tingkat pendidikan masyarakat yang menjadi responden pada penelitian, memperlihatkan data yang cukup bervariasi, yaitu tingkat pendidikan masyarakat
yang tidak tamat sekolah sebanyak 63 responden 27,63 , tamat sekolah dasar 76 responden 33,33 , tamat sekolah lanjutan pertama 49 responden 21,49 ,
tamat sekolah lanjutan atas 28 responden 12,28 dan tamat perguruan tinggi 12 responden 5,26 dengan total responden sebanyak 228 responden. Tingkat
pendidikan masyarakat yang masih rendah di lokasi penelitian menjadi kendala utama dalam meningkatkan pengetahuan mereka tentang pentingnya ekosistem hutan
mangrove. Tingkat pendidikan yang rendah berdampak pada kurangnya persepsi masyarakat terhadap pentingnya kelestarian mangrove sehingga mereka
memanfaatkan hutan mangrove untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan mangrove untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat walaupun tidak sesuai dengan peruntukannya, akibat dari rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan
ekosistem hutan mangrove yang berkelanjutan, belum adanya kebijakan pemerintah daerah yang sepenuhnya mengatur prioritas kegiatan pengelolaan hutan mangrove.
Oleh karena itu konsep kebijakan pembangunan untuk pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan seharusnya dapat diaplikasikan untuk menghindari kerusakan
ekosistem hutan mangrove dan konflik kepentingan antar sektor. Disamping itu program pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan mangrove
melalui pendekatan dan penyuluhan dalam melakukan upaya penyadaran pentingnya hutan mangrove bagi masyarakat belum dilakukan oleh instansi terkait, sehingga
97 masyarakat kurang berpartisipasi dalam pengelolaan hutan mangrove, hal ini
mengakibatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat dalam upaya melindungi kawasan hutan mangrove masih sangat rendah. Kondisi ini juga disebabkan belum
adanya koordinasi antar stakeholders yang terkait dalam pengelolaan hutan mangrove. Struktur ekonomi sebagian masyarakat Seram Bagian Barat berada di sektor
pertanian dan perikanan, hal ini dapat dilihat dari besarnya peranan sektor pertanian terhadap peningkatan PDRB. Pertumbuhan ekonomi wilayah sejak tahun 2002
sampai 2006, bila ditinjau dari kontribusi berbagai sektor terhadap peningkatan PDRB menunjukkan bahwa sektor pertanian dan perikanan menempati posisi pertama
dengan kontribusi sekitar 38,12, diikuti sektor perdagangan, restoran dan hotel dengan kontribusi 24,03, selanjutnya sektor industri pengolahan 18,19 serta sektor
jasa sekitar 10 . Peranan sektor pertanian yang dominan tersebut dalam struktur perekonomian Seram Bagian Barat didukung oleh sub sektor kehutanan yang
memberikan kontribusi sebesar 6,08, sedangkan sektor perikanan memberikan kontribusi sebesar 16,20 BPS, 2008.
Kondisi ini memberikan motivasi bagi pemerintah kabupaten untuk dapat mengelola semua potensi sumberdaya alam pesisir secara optimal, mengingat sektor
perikanan merupakan salah satu penunjang dalam peningkatan PDRB, sehingga diharapkan pemerintah dan stakeholders lainnya dapat menetapkan suatu kebijakan
pemerintah tentang pengelolaan ekosistem hutan mangrove, hal ini disebabkan karena untuk mempertahankan sektor perikanan tetap berkelanjutan harus didukung
oleh ekosistem mangrove yang mempunyai tingkat stabilitas yang tinggi. Dinamika perekonomian di Kabupaten Seram Bagian Barat menunjukkan
kontribusi yang berbeda dari setiap kecamatan. Kecamatan Kairatu memiliki kontribusi yang sangat tinggi terhadap PDRB Seram Bagian Barat yakni sebesar
61,44 . Huamual Belakang dan Taniwel memberikan kontribusi masing-masing 9,40 dan 10,45 . Untuk sub sektor perikanan kontribusi yang sangat besar
ditemuka n di Kecamatan Seram Barat dan Huamual Belakang BPS, 2008. Hal ini menunjukkan bahwa hutan mangrove berperan dalam memberikan kontribusi bagi
pembangunan ekonomi wilayah melalui sumbangan mangrove di sektor perikanan.
98
VII. STATUS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE