25 pengelolaan multiguna Parawansa, 2007. Pengelolaan multiguna akan membawa
jangkauan kegiatan yang beragam sehingga membuka pilihan yang lebih luas bagi masyarakat lokal untuk berperan serta dalam pengelolaan hutan mangrove Dahuri et
al., 2001. Selanjutnya Soetrisno 1995 mengatakan bahwa peranserta masyarakat merupakan kerjasama yang erat antara perencana dan masyarakat dalam
merencanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai.
Dalam kaitan dengan pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan, maka perlu ada kewenangan pemerintah desa dalam membuat peraturan yang berkaitan dengan
pengelolaan mangrove, terutama pengelolaan mangrove di luar jalur hijau. Peraturan- peraturan tersebut harus disosialisasikan pada masyarakat luas di desa. Kegiatan lain
yang perlu dikembangkan adalah mendorong pemerintah daerah agar membuat Perda tentang pengelolaan kawasan pesisir mangrove dan mensosialisasikannya.
Keberadaan Perda akan menjadi payung terhadap peraturan-peraturan yang dikeluarkan desa dalam kaitannya dengan pengelolaan mangrove.
Disamping itu menurut Soetrisno 1995, pemerintah harus merevitalisasi dan mereform lembaga untuk dapat berfungsi secara efektif dengan menyesuaikan pada
budaya dan nilai-nilai yang dimiliki dalam organisasi. Budaya dan nilai-nilai antar organisasi dalam melaksanakan perumusan perencanaan sampai pada pelaksanaan dan
pengendalian berbentuk kebersamaan. Kebersamaan menjadi faktor penting untuk memberikan kejelasan tugas dan fungsi serta kewenangan dari masing-masing
lembaga atau sektor yang terlibat.
2.6. Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove
Valuasi terhadap suatu sumberdaya alam dapat membantu memberikan informasi data potensi nilai ekonomi suatu sumberdaya. Dalam konsep dasar
penilaian ekonomi sumberdaya alam, nilai sumberdaya mangrove ditentukan oleh fungsi dari sumberdaya itu sendiri. Menurut Bann 1998, fungsi ekologi sumberdaya
mangrove antara lain sebagai stabilitas garis pantai, menahan sedimen, perlindungan habitat dan keanekaragaman, produktivitas biomassa, sumber plasma nutfah, rekreasi
dan wisata, memancing, serta produk-produk hutan lainnya. Nilai ekonomi atau Total Nilai Ekonomi hutan mangrove secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua,
26 yaitu : 1 nilai penggunaan use value dan 2 nilai intrinsik non-use value,
selanjutnya nilai penggunaan dapat diuraikan menjadi nilai penggunaan langsung direct use value dan nilai penggunaan tidak langsung indirect use value.
Sedangkan nilai intrinsik non use value diuraikan menjadi nilai pilihan option value dan nilai keberadaan existence value.
Nilai penggunaan secara ekonomi berhubungan dengan nilai, dimana masyarakat memanfaatkan di masa yang akan datang. Nilai penggunaan langsung
berhubungan dengan output langsung yang dapat dikonsumsi masyarakat, misalnya makanan, biomas, kesehatan, rekreasi. Sedangkan nilai penggunaan tidak langsung
diperoleh dari manfaat jasa-jasa lingkungan sebagai pendukung aliran produksi dan konsumsi, misalnya hutan mangrove sebagai pelindung dari badai, gelombang dan
abrasi. Nilai pilihan berhubungan dengan pemanfaatan lingkungan di masa yang akan datang, kesediaan membayar untuk konservasi sistem lingkungan atau komponen
sistem yang berhadapan dengan beberapa kemungkinan pemanfaatan oleh masyarakat di masa yang akan datang. Nilai keberadaan muncul karena adanya kepuasan atas
keberadaan sumberdaya meskipun tidak ada keinginan untuk memanfaatkannya. Pendekatan dengan total ekonomi dapat juga dibedakan menjadi analisa
dampak impact analysis dan penilaian parsial partial valuation. Menurut Barton 1994, analisa dampak merupakan sebuah penilaian terhadap kerusakan pada sistem
pesisir dari dampak lingkungan yang khas, penilaian parsial merupakan sebuah alternatif penilaian alokasi sumberdaya alam. Total nilai ekonomi memfokuskan pada
perkiraan bersih tidak jadinya konversi suatu sumberdaya alam yang dibandingkan dengan manfaat ekonomi suatu wilayah jika dikonversi ke dalam alternatif
penggunaannya, seperti : perairan sawah, perkebunan tebu dan tambak udang Duxon and Lal, 1994 dalam Sathirathai, 1998.
Analisa manfaat dan biaya sebagian besar digunakan di dalam penilaian secara parsial. Hanya pengaruh-pengaruh mendasar dari kebijakan ekonomi dan ekosistem
yang dipertimbangkan karena sifat pendekatannya yang parsial. Ruitenbeek 1994 menyarankan bahwa penggunaan beberapa bentuk analisa ekonomi yang terpenting
mampu menyatukan hubungan ekologis dari berbagai komponennya. Hal ini penting di dalam memberikan informasi pengambilan kebijakan dalam pengelolaan seluruh
sumberdaya secara optimal.
27
2.7. Interpretasi Digital Citra Landsat