29 Informasi ini akan mewakili suatu kumpulan atau beberapa data yang saling
berhubungan. Indikator pembangunan berkelanjutan dari setiap dimensi dapat dianalisis dan
digunakan untuk menilai secara cepat status keberlanjutan pembangunan sektor tertentu dengan menggunakan metode multi variabel non parametrik yang disebut
multidimensional scaling MDS. Metode Rapid Appraisal pernah digunakan untuk mengevaluasi pembangunan perikanan yang dikenal dengan nama RAPFISH The
Rapid Appraisal of the status of Fisheries dan di bidang peternakan untuk desain sistem budidaya sapi potong berkelanjutan Susilo, 2003.
Dalam Rapid Appraisal , analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu 1. Tahapan penentuan indikator deskriptor yang mencakup 3 dimensi ekologi,
ekonomi dan sosial; 2 tahap penilaian setiap indikator dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi; 3 Tahap analisis ordinasi indeks
keberlanjutan dilakukan dengan menggunakan metode multi variabel non parametrik yang disebut multidimensional scalling MDS. Selanjutnya analisis Monte Carlo
untuk menentukan aspek anomali dari indikator yang dianalisis dan analisis leverage untuk mengukur sensitivitas yang telah dipadukan menjadi satu dalam perangkat
lunak Mersyah, 2004. Fauzi dan Anna 2005 menyatakan bahwa prosedur Rapid Appraisal indeks
status keberlanjutan sumberdaya dilakukan melalui lima tahapan, yaitu : 1 analisis terhadap data sektor yang diteliti melalui data statistik, studi literatur dan pengamatan
di lapangan; 2 melalui skoring dengan mengacu pada literatur dengan menggunakan Excell; 3 melakukan analisis MDS dengan software SPSS untuk menentukan
ordinasi dan nilai stress melalui ALSCAL Alogaritma; 4 melakukan rotasi untuk menentukan posisi sumberdaya pada ordinasi bad dan good dengan excell dan Visual
Basic; 5 melakukan Monte Carlo analysis untuk memperhitungkan aspek ketidakpastian dan melakukan analisis sensitivitas Leverage analysis.
2.9. Analytical Hierarchy Process AHP
Proses analitik secara hirarkhi pada dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan
30 tertentu melalui suatu prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala
preferensi diantara berbagai set alternatif. Analitycal hierarchy process AHP ditujukan untuk membuat suatu model
permasalahan yang tidak mempunyai struktur, biasanya ditetapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang terukur, masalah yang memerlukan pendapat
judgement maupun pada situasi yang kompleks, pada situasi dimana data, informasi statistik sangat minim atau tidak sama sekali dan hanya bersifat kualitatif yang
didasari oleh persepsi, pengalaman atau intuisi. AHP juga banyak digunakan pada pengambilan keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya dan
penentuan prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik Saaty, 1991.
AHP merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem dimana pengambil keputusan berusaha memahami suatu
kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam mengambil keputusan Saaty, 1991. Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu
alternatif. Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarkhi fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Dengan AHP suatu masalah kompleks dan tidak
terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya, kemudian kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarkhi.
Penggunaan AHP dimaksudkan untuk proses penelusuran permasalahan untuk membantu pengambilan keputusan memilih strategi terbaik dengan cara :
1 mengamati dan meneliti ulang tujuan dan alternatif strategi atau cara bertindak untuk mencapai tujuan, dalam hal ini kebijakan yang baik, 2. membandingkan
secara kuantitatif dari segi biayaekonomis, manfaat dan resiko dari tiap alternatif, 3 memilih alternatif terbaik untuk diimplementasikan, dan 4 membuat strategi
kebijakan pengelolaan ekosistem hutan mangrove secara optimal, dengan cara menetukan prioritas kegiatan.
Saaty 1991 mengemukakan tiga prinsip dasar AHP, yaitu : 1 Menggambarkan dan menguraikan secara hirarkhi, yaitu memecah-mecah
persoalan menjadi unsur-unsur terpisah, 2 Pembedaan prioritas dan sintesis atau penetapan prioritas, yaitu menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif
31 pentingnya, 3 Konsistensi logis, menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan
secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria logis. Beberapa keuntungan menggunakan AHP sebagai alat analisis adalah :
1. Memberi model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk beragam, persoalan yang tidak terstruktur;
2. Memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan masalah kompleks;
3. Memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk mendapatkan prioritas;
4. Dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier;
5. Mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat yang berlainan dan mengelompokan unsur serupa
dalam setiap tingkat. 6. Menutun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif;
7. Melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menerapkan berbagai prioritas;
8. Mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik suatu tahapan pelaksanaan
kegiatan, berdasarkan tujuan masing-masing; 9. Tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif
dari penilaian yang berbeda-beda; 10. Memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan
memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalu pengulangan. Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya adalah : 1 struktur yang
berhirarkhi, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam, 2 memperhitungkan validitas sampai batas toleransi
inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan, dan 3 memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas
pengambilan keputusan. Selain itu AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalaah yang multiobyek dan multikriteria yang berdasar pada pertimbangan
32 preferensi dari setiap elemen dalam hirarkhi. Jadi model ini merupakan suatu model
pengambilan keputusan yang komprehensif. Model ini memerlukan konsekuensi pendapat dari stakeholder untuk
memberikan dukungan kebijakannya, sebagai salah satu bentuk akuntabilitas dalam kebijakan publik. Untuk itu akan lebih optimal survey aspirasinya bila dilakukan
pada para pakar, tokoh organisasi yang terkait dengan pengelolaan ekosistem hutan mangrove dan atau pejabat yang terkait dengan obyek penelitian. Dalam konteks ini
pemberian peran pada masyarakat terkait untuk memberikan bobot pemilihan prioritas kebijakan dapat diakomodasikan.
Dalam survey stakeholder tidaklah berarti dapat menampung seluruh komponen masyarakat. Karena sifatnya pemilihan kebijakan strategis maka hanya
masyarakat terpilih yang mewakilinya. Oleh karena itu, kelemahannya adalah tidak bisa optimal digunakan untuk menjaring pendapat dari seluruh komponen masyarakat,
karena akan terlalu bias terhadap variabelkriteria yang telah diuji diduga sebelumnya.
2.10. Studi Terdahulu