12
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Kebijakan
Kebijakan merupakan pengaturan yang sifatnya berlaku umum. Bila dikaitkan dengan pengertian publik hal itu akan mencakup upaya pengaturan bagi dimensi
kegiatan manusia dalam suatu wilayah. Kebijakan dihasilkan karena ada hal-hal yang memerlukan pengaturan, yang dalam hal ini khususnya oleh pemerintah, sesuai
dengan kewenangan dan lingkup kerangka kebutuhan sosial kelompoknya. Pengaturan tersebut merupakan bentuk intervensi atau aplikasi tindakan umum yang
dapat dilakukan oleh pemerintah Parson, 1995. Dikatakan pula bahwa kebijakan adalah suatu keputusan untuk bertindak yang dibuat atas nama suatu kelompok sosial
yang memiliki implikasi yang kompleks, dan yang bermaksud mempengaruhi anggota kelompok dengan penetapan sanksi-sanksi.
Kebijakan operasional dari suatu lembaga didasarkan pada suatu pijakan landasan kerja. Landasan kerja ini merupakan dasar dari kebijakan yang ditempuh
atau dengan kata lain kebijakan merupakan dasar bagi pelaksanaan kegiatan atau pengambilan keputusan. Dunn 2003 mendefinisikan bahwa :
“ Suatu keputusan adalah suatu pilihan terhadap berbagai alternatif yang bersaing mengenai suatu hal “. Salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya mengambil
keputusan kebijakan adalah sulitnya memperoleh informasi yang cukup serta bukti- bukti yang sulit disimpulkan. Karena itu dalam pengambilan keputusan atau
perumusan kebijakan akan lebih mudah bila menggunakan suatu model tertentu. Model kebijakan adalah sajian yang disederhanakan mengenai aspek-aspek terpilih
dari situasi problematis yang disusun untuk tujuan-tujuan khusus. Kebijakan pengelolaan policy management merujuk pada upaya atau
tindakan yang sedemikian rupa delibrate way untuk menangani isu kebijakan dari awal hingga akhir. Selanjutnya Parson 1995 menyatakan bahwa kebijakan yang
dianggap resmi adalah kebijakan pemerintah yang mempunyai kewenangan dan dapat memaksa masyarakat untuk mematuhinya dimana dibuat sesuai dengan aspirasi dan
kepentingan masyarakat. Kebijakan merupakan pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu whatever government chooses to do or not to do.
13 Kebijakan secara umum dapat dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu kebijakan umum,
kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis. Kebijakan umum antara lain dalam bentuk Undang-Undang atau Keputusan
Presiden. Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum berupa Peraturan Pemerintah atau Peraturan Daerah. Sedangkan kebijakan
teknis adalah kebijakaan operasional yang berada dibawah kebijakan pelaksanaan tersebut.
Parson 1995 selanjutnya menyatakan bahwa ilmu kebijakan banyak dipengaruhi oleh hasil interaksi antar materi ilmu-ilmu interdisipliner seperti ilmu-
ilmu di bidang lingkungan hidup maupun di bidang lain. Kebijakan publik sebagai suatu pola atau rumusan intervensi pemerintah, umumnya ditetapkan dalam lingkup
sistem dan kondisi politik tertentu. Aplikasi suatu kebijakan dapat ditentukan oleh dukungan kelompok publik yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat luas.
Implikasi kebijakan dapat merupakan bagian dari suatu program atau sebaliknya program merupakan bagian dari suatu kebijakan. Tegasnya dalam rangka sistem
penyelenggaraan pembangunan, maka keduanya merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan model dan strategi pembangunan nasional.
Hariyoso 2002 menyatakan bahwa kebijakan publik dapat dinyatakan sebagai realisasi langkah pengkajian atau pengaturan konstitusional, atau
penyelesaian konflik di masyarakat. Karena itu orientasi kebijakan publik adalah mengatur perilaku para pengambil keputusan di lapangan, disamping melakukan
pengorganisasian berokrasi dan pendistribusian manfaat yang ada. Melalui kebijakan ini akan dapat diterapkan suatu sistem nilai tertentu dengan maksud untuk dapat
menolong terlaksananya aplikasi pengaturan secara otoritatif kepada kelompok masyarakat luas, walaupun mungkin saja pemerintah memilih keputusan dengan
tidak berbuat apa-apa. Kebijakan publik juga dapat berfungsi sebagai salah satu sumber pengembangan rencana atau program pembinaan sebagai wujud akuntabilitas
aplikasi fungsi pemerintah. Kebijakan publik adalah segala ketentuan yang ditetapkan oleh pejabat publik
yang bersangkut paut dengan publik dan apa yang dilakukan oleh pejabat publik sesuai dengan kewenangannya. Masalah dalam perumusan kebijakan publik terletak
pada aktor, mekanisme dan proses kebijakan publik dan substansi. Oleh karena itu
14 dalam rangka mencapai tujuan terciptanya suatu kebijakan publik yang berpihak
kepada rakyat serta lahirnya kebijakan yang menjamin partisipasi publik, diperlukan beberapa strategi. Advokasi kebijakan dengan merancang aturan main dalam
formulasi kebijakan publik yang proporsional dan partisipatif, komunikasi politik dengan memperbanyak ruang interaksi antar pihak dalam hal-hal yang menyangkut
kebijakan publik. Analisis kebijakan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk mengetahui apa
yang sesungguhnya dilakukan pemerintah, mengapa mereka melakukan hal tersebut dan apa yang menyebakan mereka melakukannya dengan cara yang berbeda-beda.
Analisis kebijakan merupakan suatu proses pencarian kebenaran yang didasarkan pada penggambaran dan penjelasan mengenai sebab-sebab dan akibat dari tindakan
pemerintah. Ada tiga jenis analisis kebijakan yaitu 1 analisis prospektif, 2 analisis
retrospektif, dan 3 analisis terintegrasi Dunn, 1994. Analisis prospektif merupakan analisis kebijakan yang terkait dengan produksi dan transformasi informasi sebelum
tindakan kebijakan dilakukan. Analisis retrospektif, sebaliknya berkaitan dengan produksi dan transformasi informal setelah tindakan kebijakan dilakukan. Sedangkan
analisis terintegrasi adalah analisis kebijakan yang secara utuh mengkaji seluruh daur kebijakan dengan menggabungkan analisis prospektif dan analisis retrospektif.
Kebijakan pembangunan kehutanan yang diterapkan selama lebih dari 30 tahun ternyata belum mampu mewujudkan keberpihakan kepada rakyat karena masih
berorientasi sentralistik. Oleh karena itu dalam era reformasi saat ini rakyat menginginkan terjadi perubahan dalam pembangunan kehutanan Alikodra, 2000.
Adanya perubahan kebijakan diharapkan mampu memenuhi harapan : 1 menghilangkan dan mencegah terjadinya kolusi, korupsi dan nepotisme di lingkungan
institusi kehutanan; 2 menerapkan azas-azas profesionalisme dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan; 3 memberikan manfaat yang maksimal dan berkelanjutan
bagi rakyat serta mengembangkan peranserta rakyat dalam segala aspek pembangunan kehutanan dan 4 menjaga dan menjamin terwujudnya kelestarian
sumberdaya hutan. Menurut LPP Mangrove 2001, berkaitan dengan kebijakan pelestarian hutan
mangrove, berbagai kegiatan kehutanan yang berlaku selama ini dirasakan kurang
15 menyentuh dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas, terutama bagi kelompok
masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan mangrove. Akibatnya masyarakat menjadi kurang peduli terhadap pengamanan hutan, artinya aspek lingkungan dan
keamanan hutan menjadi terganggu, dan aspek sosial juga sulit untuk dipertahankan. Oleh karena itu pemerintah diharapkan dapat menindaklanjuti kebijakan yang ada
dengan memperhatikan aspek sosial dalam masyarakat.
2.2. Konsep Pembangunan Berkelanjutan