terwujudnya percepatan peningkatan pendapatan pembudidaya, nelayan, pengolah, pemasar, dan petambak garam.
Selain kebijakan industrialisasi, dalam rangka mendorong peningkatan produksi perikanan budidaya diperlukan pengembangan usaha bidang perikanan
berbasis kelompok masyarakat menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 4PERMEN-KP2013. Ruang lingkup
pengembangan usaha bidang perikanan berbasis kelompok masyarakat meliputi kegiatan pembudidayaan ikan dan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan minat masyarakat berusaha, menumbuh kembangkan kelompok usaha baru, serta meningkatkan produksi dan
pendapatan di bidang perikanan. Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok sudah memberikan
penyuluhan mengenai budidaya ikan hias dan bantuan berupa modal yang diberikan kepada peternak ikan hias secara bergilir melalui kelompok
pembudidaya ikan yang dibentuk di Kelurahan Bojongsari Lama pada tahun 2008. Bantuan berbentuk modal tersebut dirasakan belum cukup meningkatkan
produktivitas budidaya ikan hias karena masih banyak kendala dalam proses pengembalian modal, dan tidak berjalan efektif lagi sampai saat ini. Peternak ikan
hias dengan skala usaha yang masih kecil sangat bergantung kepada modal usaha yang akan dikeluarkan apabila ingin berkembang lebih luas lagi.
2.4. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian dan kajian berkaitan dengan daya saing antara lain dilakukan oleh Mastuti 2011, Suprapto 2005, Sadikin 2000, Malian et
al .,2004, Zakaria et al.,2010, Rohman 2008, Kurniawan 2008, Suprihatini
Tabel 5. Penelitian Terdahulu
No. PenelitiJudul
Tujuan Metode
Hasil
1. Bayu Rahmawan 2004
Analisis Kelayakan Investasi Pengembangan
Usaha Pemasok
Supplier Ikan Hias Adil Fish Farm di
Depok. 1.
Menunjukkan tingkat
keuntungan usaha Adil Fish Farm.
2. Menganalisis
kelayakan investasi
pengembangan usaha ikan hias Adil Fish
Farm. 3.
Menganalisis tingkat
kelayakan usaha akibat terjadinya kenaikan harga
pakan dan harga bahan bakar minyak.
Analisis pendapatan
usaha dan
analisis kelayakan investasi.
1. Tingkat keuntungan diperoleh Rp 126 781 000 dengan
nilai RC Ratio lebih dari satu yaitu 1.15, artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan
penerimaan Rp 1.15. 2.
Aspek pasar, menunjukkan usaha ini memiliki peluang pasar yang baik. Aspek finansial, usaha ini layak untuk
dijalankan dilihat dari NPV0 yaitu Rp 483 160 979, Net BC Ratio1 yaitu 2.7, dan IRRtingkat suku
bunga yang berlaku yaitu 66 persen.
3. Kenaikan harga bahan bakar minyak lebih
mempengaruhi usaha pemasok supplier ikan hias Adil Fish Farm dibandingkan dengan kenaikan harga
cacing pakan namun dengan adanya perubahan tersebut usaha masih tetap layak untuk dilanjutkan.
2. Intan
Dyah Mastuti
2011 Analisis
Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Usaha
Pembenihan Ikan Patin Siam
Studi Kasus:
Perusahaan Deddy Fish Farm.
1. Menganalisis keunggulan
komparatif dan kompetitif pengusahaan benih ikan
patin Deddy Fish Farm. 2.
Menganalisis dampak
perubahan kebijakan
pemerintah dan
faktor lainnya
terhadap keunggulan komparatif dan
kompetitif pengusahaan
benih ikan patin. Analisis
daya saing
menggunakan Policy
Analysis Matrix .
1. Usaha pembenihan ikan patin memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif dilihat dari nilai PCR dan DRC yang kurang dari satu. Pada tahun 2008 nilai
PCR=0.548 dan nilai DRC=0.567. Pada tahun 2009 nilai PCR=0.597 dan nilai DRC=0.572.
2. Kenaikan UMR 7 persen, kenaikan harga input 4
persen, dan menurunkan harga output 20 persen dapat menurunkan
keunggulan kompetitif,
dapat ditanggulangi dengan kebijakan pemerintah berupa
penghapusan PPN pakan sebesar 10 persen dan adanya kelembagaan yang berfungsi sebagai penampung
benih. Penurunan keunggulan komparatif disebabkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika dapat ditanggulangi dengan kebijakan pemerintah yang berupa kelembagaan seperti koperasi.
1 3
Tabel 5. Lanjutan
No. PenelitiJudul
Tujuan Metode
Hasil
3. Restu Edianur Rohman
2008 Analisis Daya Saing
Beras Pandan
Wangi dan
Varietas Unggul Baru Oryza
sativa Kasus
Desa Bunikasih
Kecamatan Warungkondang
Kabupaten Cianjur
Provinsi Jawa Barat. 1.
Menganalisis daya saing dan
dampak kebijakan
pemerintah terhadap
usahatani padi
Pandan Wangi
dan Varietas
Unggul Baru di Desa Bunikasih,Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur.
2. Menganalisis daya saing
usahatani padi
Pandan Wangi
dan Varietas
Unggul Baru
akibat adanya perubahan variabel
penerimaan dan variabel biaya di Desa Bunikasih,
Kecamatan Warungkondang,
Kabupaten Cianjur. Analisis
daya saing
menggunakan Policy
Analysis Matrix .
1. Pengusahaan beras Pandan Wangi dan beras Varietas
Unggul Baru memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Nilai PCR dan DRC yang bernilai kurang
dari satu. 2.
Jika terjadi penurunan output sebesar 20 persen, komoditas beras Pandan Wangi masih tetap memiliki
daya saing dan layak diusahakan secara finansial maupun ekonomi. Namun komoditas beras Varietas
Unggul Baru, kehilangan keunggulan kompetitifnya dan secara finansial komoditas ini tidak memberikan
keuntungan pada saat terjadi perubahan. Pada kondisi terjadi kenaikan harga input pupuk
sebesar 16.67 persen dan saat terjadi penurunan harga output serta biaya imbangan penggunaan lahan
sebesar 12 persen kedua komoditi masih tetap memiliki daya saing dan tetap layak diusahakan baik
secara finansial dan maupun ekonomi. Perubahan 16 persen pada masing-masing variabel,
menunjukan bahwa pengusahaan kedua komoditi beras yang dianalisis lebih peka terhadap perubahan
harga jual output, terutama jika terjadi penurunan harga.
4. Suprapto
2005 Keunggulan Kompetitif
dan Koparatif Ekspor Ikan Hias DKI Jakarta
di Pasar Internasional. 1.
Mengetahui penerimaan, biaya,
dan keuntungan
usahatani ikan hias di DKI Jakarta
2. Menganalisis keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetititf ekspor ikan
Analisis daya
saing menggunakan
Policy Analysis Matrix
. 1.
Penerimaan finansial dan ekonomi Rp 60 000 000. Biaya finansial sebesar Rp 13 503 275 dan biaya
ekonomi sebesar Rp 13 198 280. 2.
Pengusahaan ikan betta memiliki keunggulan komparartif dan keunggulan kompetitif. PCR=0.18
dan DRC=0.03. 3.
Dampak kebijakan pemerintah terhadap output
14
Tabel 5. Lanjutan
No. PenelitiJudul
Tujuan Metode
Hasil
hias DKI Jakarta di pasar internasional.
3. Mengetahui
dampak kebijakan
pemerintah terhadap ekspor ikan hias.
menyebabkan penurunan penerimaan karena harga output yang diterima lebih rendah daripada harga yang
sesungguhnya. Kebijakan
terhadap input
menyebabkan penerimaan berkurang karena harus membayar
input lebih
besar daripada
harga ekonominya. Kebijakan pemerintah terhadap output
dan input menyebabkan keuntungan yang diterima lebih rendah daripada keuntungan sesungguhnya jika
tidak ada kebijakan.
5. Ikin Sadikin 2000
Analisis Daya Saing Komoditi Jagung dan
Dampak Kebijakan
Pemerintah Terhadap
Agribisnis Jagung di Nusa Tenggara Barat
Pasca Krisis Ekonomi. 1.
Menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif
komoditas jagung di NTB 2.
Menganalisis dampak
kebijakan pemerintah
dalam penerapan harga dan mekanisme pasar jagung
setelah tiga tahun masa krisis berlangsung 1997.
Analisis daya
saing menggunakan
Policy Analysis Matrix
. 1.
Pengembangan usaha jagung efisien, sebab produksi jagung pada saat krisis berlangsung mempunyai
keunggulan kompetitif dan komparatif lebih baik daripada sebelum terjadi masa krisis.
2. Dampak dari instrumen kebijakan pemerintah dalam
subsidi input memberikan insentif terhadap petani jagung menyebabkan biaya input lebih rendah dari
harga sosial. Dampak dari instrumen kebijakan pemerintah dalam harga dan mekanisme pasar output
kurang memberi perlindungan terhadap pembentukan harga jagung sehingga pendapatan yang diterima
petani lebih rendah daripada harga sosial. Dampak dari instrumen kebijakan pemerintah dan mekanisme pasar
input-output kurang memberikan rangsangan, nilai tambah atau keuntungan yang diperoleh petani lebih
rendah dari keuntungan sosial yang seharusnya diterima petani.
15
Tabel 5. Lanjutan
No. PenelitiJudul
Tujuan Metode
Hasil
6. A. Husni Malian, Benny
Rachman, dan Adimesra Djulin
2004 Permintaan Ekspor dan
Daya Saing Panili di Provinsi Sulawesi Utara.
1. Menganalisis struktur dan
permintaan pasar ekspor komoditas panili.
2. Menganalisis daya saing
komoditas panili
dari Provinsi Sulawesi Utara di
pasar dunia. Analisis
permintaan menggunakan
model analisis permintaan pasar
ekspor. Analisis daya saing
menggunakan Policy Analysis Matrix
. 1.
Nilai impor panili dan PDB Amerika Serikat mempengaruhi pangsa ekspor panili Indonesia.
Elastisitas nilai impor = 1.14 dan elastisitas pendapatan = 0.95. Elastisitas substitusi = -0.46
menunjukan bahwa setiap kenaikan harga panili dari negara pesaing sebesar 10 persen, maka pangsa ekspor
panili Indonesia ke Amerika Serikat akan meningkat sebesar 4.6 persen, cateris paribus.
2. Petani panili memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif dengan nilai DRCR dan PCR lebih kecil dari satu.
7. Amar
K. Zakaria,
Wahyuning K. Sejati, dan Reni Kustiari 2010
Analisis Daya Saing Komoditas
Kedelai Menurut
Agro Ekosistem : Kasus di
Tiga Provinsi
di Indonesia.
1. Menganalisis
tingkat profitabilitas finansial dan
ekonomi usahatani kedelai berdasar
agrosistem wilayah.
2. Menganalisis daya saing
dan kelayakan ekonomi usahatani kedelai.
3. Merumuskan rekomendasi
kebijakan pengembangan komoditas kedelai.
Analisis daya
saing menggunakan
Policy Analysis Matrix
. 1.
Nilai profitabilitas di ketiga wilayah agroekosistem diperoleh nilai yang tertinggi di lokasi lahan sawah
irigasi dengan profitabilitas privat 49 persen dan profitabilitas ekonomi 41 persen.
2. Kegiatan usahatani kedelai pada lahan sawah irigasi,
sawah tadah hujan, dan lahan keringtegalan, berdasar analisis PAM menunjukkan keuntungan yang positif
serta memiliki keunggulan daya saing komoditas pada tingkat kompetitifnya maupun komparatifnya.
3. Penetapan harga dasar yang memadai untuk
melindungi petani serta menjamin memberikan keuntungan
yang layak
sehingga pendapatan
meningkat. 8.
Ahmad Yousuf
Kurniawan 2008
Analisis Efisiensi
Ekonomi dan
Daya Saing Usahatani Jagung
1. Menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi
produksi jagung
dan tingkat efisiensi teknis dan
alokatif usahatani lahan 1.
Analisis fungsi
produksi Stochastic
Frontier dan fungsi
biaya dual frontier. 2.
Analisis daya saing 1.
Produksi jagung secara nyata dipengaruhi secara positif oleh penggunaan luas lahan, benih, pupuk
organik, pupuk P, pestisida, tenaga kerja dan dummy olah tanah. Sedangkan pupuk N dan K tidak
berpengaruh nyata. Rata-rata petani jagung telah
16
Tabel 5. Lanjutan
No. PenelitiJudul
Tujuan Metode
Hasil
Pada Lahan Kering di Kabupaten Tanah Laut
Kalimantan Selatan. kering.
2. Menganalisis daya saing
keunggulan kompetitif
dan komparatif usahatani jagung lahan kering di
Kabupaten Tanah Laut dan pengaruh
efisiensi terhadap daya saingnya.
menggunakan Policy Analysis Matrix
. efisien secara teknis, tetapi belum efisien secara
alokatif dan ekonomis. Hal ini karena penggunaan input yang berlebihan sehingga kurang efisien.
2. Komoditas jagung memiliki keunggulan kompetitif
dan komparatif dan dianggap mampu membiayai input domestiknya. Peningkatan efisiensi alokatif, dengan
cara menurunkan penggunaan pupuk N menjadi sesuai rekomendasi, menyebabkan daya saing meningkat.
9. Rohayati
Suprihatini 2005 Daya Saing
Ekspor Teh Indonesia di Pasar Teh Dunia
Menyajikan posisi
pertumbuhan dan daya saing ekspor teh Indonesia
dibandingkan dengan
negara-negara pengekspor teh lainnya di pasar dunia
Analisis daya saing menggunakan
pendekatan Constant Market Share
CMS Pertumbuhan ekspor teh Indonesia jauh di bawah
pertumbuhan ekspor teh dunia bahkan mengalami pertumbuhan negatif. Kondisi tersebut disebabkan
karena 1 komposisi produk teh yang diekspor Indonesia kurang mengikuti kebutuhan pasar yang
tercermin dari angka komposisi komoditas teh Indonesia yang bertanda negatif -0.032; 2 negara-
negara tujuan ekspor teh Indonesia kurang ditujukan ke negara-negara pengimpor teh yang memiliki
pertumbuhan impor teh tinggi yang tercermin dari angka distribusi yang bertanda negatif -0.045; dan
3 daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia yang cukup lemah yang tercermin dari angka faktor
persaingan yang bertanda negatif -0.211.
10. Ikin Sadikin 2003
Keunggulan Komparatif dan Dampak Kebijakan
Pemerintah Pada
Pengembangan Produksi Jagung di Bengkulu.
1. Mengkaji
tingkat keunggulan
komparatif produksi
jagung di
Bengkulu. 2.
Menganalisis dampak
kebijakan pemerintah
dalam pengembangan Analisis daya saing
menggunakan Policy Analysis Matrix
. 1.
Pengembangan usaha produksi jagung di daerah Bengkulu memiliki keunggulan komparatif cukup
tinggi seperti terlihat dari nilai DRCR 0.5814. 2.
Dampak dari instrumen kebijakan pemerintah dalam subsidi input pupuk saat ini kurang nyata
memberikan insentif terhadap petani jagung, harga input yang diterima petani lebih tinggi daripada harga
17
Tabel 5. Lanjutan
No. PenelitiJudul
Tujuan Metode
Hasil
usaha tani
jagung di
Bengkulu. sosial yang seharusnya, seperti tercermin dari nilai
NPCI 1.1704, IT 13.766, dan NPRI 17.04 persen. 3.
Dampak dari instrumen kebijakan pemerintah dalam pasar output saat ini, berpengaruh negatif terhadap
harga jagung, sebab harga jagung yang diterima petani lebih rendah daripada harga sosial yang seharusnya,
seperti tercermin dari nilai NPCO 0.8587, OT - 150.489, dan NRPO -14.13 persen
4. Dampak bersih dari instrumen kebijakan pemerintah
dan mekanisme pasar input-output yang berlaku saat ini kurang memberikan rangsangan insentif terhadap
produsen jagung di Bengkulu, sehingga nilai tambah yang diperoleh petani lebih rendah daripada yang
seharusnya diterima, sebagaimana tercermin dari nilai EPC 0.8331 dan EPR -16.69.
11. Rohayati
Suprihatini 1998 Analisis Daya
Saing Nenas Kaleng Indonesia.
Menganalisa daya saing nenas kaleng Indonesia
Analisis daya saing menggunakan Policy
Analysis Matrix .
Angka PCR yang kurang dari satu yaitu 0,65 menunjukkan bahwa pengusahaan nenas kaleng di
Indonesia memiliki efisiensi secara finansial, atau memiliki keunggulan kompetitif. Nilai DRCR
menunjukkan angka sebesar 0,60 menunjukkan bahwa pengusahaan nenas kaleng di indonesia memiliki
keunggulan komparatif. Guna meningkatkan daya saing nenas kaleng Indonesia, perlu dilakukan
deregulasi untuk mengurangi distorsi kebijakan pemerintah baik pada output dan input tradable
maupun input domestik. Deregulasi dapat dimulai dari penurunan tarif impor input tradable sehingga privat
input tradable mendekati harga impornya.
18
2005, dan Sadikin 2003. Penelitian tersebut bertujuan mengukur daya saing komoditas yang berpotensi menghasilkan pendapatan daerah di pasar domestik
maupun di pasar internasional. Analisis yang digunakan dalam mengukur daya saing adalah dengan menggunakan Policy Analysis Matrix PAM. Hasil
penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dibandingkan dengan
penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Rahmawan 2004 dan Suprapto 2002 adalah komoditas yang diteliti yaitu ikan hias.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian penelitian Mastuti 2011, Suprapto 2002, Sadikin 2000, Malian et al.,2004, Zakaria et al.,2010, Rohman
2008, Kurniawan 2008, Sadikin 2003, dan Suprihatini 1998 adalah analisis pengolahan data menggunakan Policy Analysis Matrix PAM.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lain adalah pemilihan lokasi penelitian serta komoditas yang diteliti. Perbedaan dengan penelitian
Suprihatini 2005 adalah metode pengolahan data untuk melihat daya saingnya
menggunakan pendekatan Constant Market Share CMS.
III. KERANGKA PEMIKIRAN