III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Daya Saing
Daya saing merupakan suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu komoditi dengan mutu yang cukup baik dan
biaya produksi yang cukup rendah, sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional, komoditi tersebut diproduksi dan dipasarkan oleh produsen
dengan memperoleh laba yang mencukupi, sehingga dapat mempertahankan kelanjutan biaya produksinya Simanjuntak, 1992. Konsep daya saing berawal
dari pemikiran Adam Smith dengan teori keunggulan absolut. Teori tersebut menjelaskan bahwa apabila suatu negara memproduksi suatu komoditi lebih
efisien dan kurang efisien dalam memproduksi komoditi kedua alternatif dari negara lainnya, maka keuntungan dapat diperoleh dengan melakukan spesialisasi
dalam meproduksi komoditi unggulan tersebut. Teori Adam Smith tersebut diperluas oleh David Ricardo yang dipopulerkan melalui bukunya Principles of
Political Economy and Taxation , yaitu teori keunggulan komparatif Hadi, 2004.
3.1.1.1. Keunggulan Komparatif
Pada tahun 1817 David Ricardo dalam bukunya yang berjudul Principles of Political Economi and Taxation
, menjelaskan mengenai Hukum Keunggulan Komparatif The Law of Comparative Advantage. Hukum keunggulan
komparatif model Recardian menyatakan bahwa sekalipun suatu negara mengalami ketidakunggulan absolut dalam memproduksi suatu komoditi jika
dibandingkan dengan negara lain, namun perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung. Negara yang kurang efisien akan
berspesialisasi dalam produksi dan mengekspor komoditi yang mempunyai kerugian absolut lebih kecil Salvatore, 1997. Komoditi yang diusahakan suatu
negara akan memiliki keunggulan komparatif jika komoditi tersebut memiliki ketidakunggulan absolut terkecil. Keunggulan absolut adalah keunggulan suatu
komoditi karena dapat memproduksi lebih efisien dibanding negara-negara lain Salvatore, 1997.
Tahun 1977 Heckscher dan Ohlin kemudian menyempurnakan konsep keunggulan komparatif yang dikenal dengan teorema Heckscher-Ohlin H-O.
Teorema ini menganggap bahwa setiap negara akan mengekspor komoditi yang menyerap faktor produksi yang melimpah dan relatif murah di negara tersebut.
Negara akan mengimpor komoditi yang proses produksinya menyerap sumber daya yang langka dan relatif mahal di negara tersebut. Teorema H-O memberikan
penjelasan mengenai keunggulan komparatif pada suatu negara berdasarkan kepemilikan faktor produksi yang tersedia di masing-masing negara Salvatore,
1997.
3.1.1.2. Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif merupakan ukuran daya saing suatu komoditi pada kondisi harga aktualnya harga pasar, yaitu tingkat harga yang dipengaruhi oleh
kebijakan pemerintah. Warr 1994 dalam Aulinuriman 1998 menerangkan bahwa konsep keunggulan kompetitif bukan merupakan konsep yang sifatnya
menggantikan konsep keunggulan komparatif, tetapi merupakan konsep yang sifatnya melengkapi. Keunggulan kompetitif dapat diartikan sebagai keunggulan
komparatif dengan distorsi pasar yaitu adanya sistem pemasaran dan intervensi pemerintah. Apabila keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing yang
relevan bagi suatu negara, maka keunggulan kompetitif merupakan ukuran daya saing untuk suatu perusahaan individu.
Teori keunggulan kompetitif dikembangkan pertama kali oleh Porter 1990 sebagai perluasan dari teori keunggulan komparatif. Menurut Porter
keunggulan kompetitif tidak bergantung pada kondisi alam suatu negara, namun lebih ditekankan pada produktivitas. Porter menyebutkan bahwa peran pemerintah
sangat penting dalam peningkatan daya saing selain faktor produksi. Keunggulan dapat diciptakan antara lain melalui implementasi kebijakan pemerintah Lindert
dan Kindleberger, 1995.
3.1.1.3. Kebijakan Pemerintah