Harga Bayangan Nilai Tukar Analisis Perubahan Skenario 1: Penurunan Harga Output 6.15 persen

lahan dapat didekati dengan beberapa cara, diantaranya adalah 1 pendapatan bersih usahatani atau usaha peternakan dengan komoditi terbaik diatasnya, 2 berdasarkan nilai sewa yang berlaku di daerah setempat, dan 3 nilai tanah yang hilang karena adanya kegiatan atau proyek diatasnya. Gittinger 1986 mengemukakan bahwa harga bayangan lahan ditentukan berdasarkan nilai sewa lahan yang diperhitungkan setiap musim tanam yang berlaku di masing-masing tempat. Pada lokasi penelitian ini penentuan harga bayangan yang digunakan adalah yang didasarkan oleh nilai sewa lahan tersebut, karena sulit untuk mengukur nilai suatu usahatani atau usaha lainnya di suatu lahan tertentu.

h. Harga Bayangan Nilai Tukar

Penetapan nilai tukar Rupiah didasarkan atas perkembangan nilai tukar mata uang asing yang menjadi acuan US Dollar. Rincian perhitungan nilai tukar bayangan dapat dilihat pada Lampiran 2. Harga bayangan nilai tukar menggunakan formula yang telah dirumuskan oleh Squire Van der Tak 1975 dalam Gittinger 1986, bahwa penentuan harga bayangan nilai tukar mata uang ditentukan dengan menggunakan rumus berikut : S S Keterangan : SER : Nilai Tukar Bayangan Rp.US OER : Nilai tukar Resmi RpUS SCF : Faktor Konversi Standar Nilai faktor konversi standar yang merupakan rasio dari nilai impor dan ekspor ditambah pajaknya dapat ditentukan sebagai berikut : S m Keterangan : SCF : Faktor konversi standar X : Nilai ekspor Indonesia Rp M : Nilai impor Indonesia Rp Tx : Penerimaan pemerintah dari pajak ekspor Rp Tm : Penerimaan pemerintah dari pajak impor Rp

4.5. Analisis Perubahan

Analisis perubahan bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan harga output dan harga input terhadap daya saing usaha budidaya Ikan Neon Tetra khususnya di Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Sasaran dari analisis perubahan ini adalah usaha budidaya Ikan Neon Tetra yang berskala usaha kecil, skala usaha menengah dan skala usaha besar. Instrumen dari analisis perubahan ini adalah harga output dan harga input. Skenario perubahan yang dilakukan adalah:

a. Skenario 1: Penurunan Harga Output 6.15 persen

Penurunan harga output dilakukan atas dasar pertimbangan rata-rata laju perubahan harga output privat ikan hias air tawar di Kota Depok dari tahun 2005 sampai tahun 2011. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Depok, kondisi harga output ikan hias air tawar pada awalnya meningkat namun pada tahun 2007 mengalami penurunan sampai tahun 2011. Pada tahun 2006 harga output mencapai harga tertinggi yaitu Rp 580.12 per ekor, dan pada tahun 2010 harga output mencapai harga terendah yaitu Rp 425.04 per ekor. Rata-rata laju perubahan harga output dalam tujuh tahun terakhir adalah sebesar 6.15 persen. Tren dari perubahan harga tersebut adalah menurun sehingga skenario pertama yang dilakukan adalah penurunan harga output sebesar 6.15 persen. Perubahan harga output ikan hias air tawar di Kota Depok dapat dilihat pada Gambar 8. Sumber: Badan Pusat Statistik Depok 2005 – 2011 Gambar 8. Kurva Perubahan Harga Output Ikan Hias Air Tawar di Kota Depok Tahun 2005-2011

b. Skenario 2: Penurunan Harga Input 18.75 persen