Kebijakan Pemerintah terhadap Input-Output

domestik pada harga privat lebih kecil daripada biaya faktor domestik pada harga sosial. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat kebijakan pemerintah berupa subsidi terhadap faktor domestik sehingga produsen membayar input lebih rendah dari harga yang sebenarnya.

7.3.3. Kebijakan Pemerintah terhadap Input-Output

Kebijakan pemerintah terhadap input-output dapat dilihat dari indikator Koefisien Proteksi Efektif KPE, Transfer Bersih TB, Koefisien Keuntungan KK, dan Rasio Subsidi bagi Produsen RSP. Nilai KPE menggambarkan sejauh mana kebijakan pemerintah terhadap input dan output bersifat melindungi atau menghambat produksi domestik. Nilai KPE pada skala usaha kecil diperoleh sebesar 0.64, pada skala usaha sedang diperoleh sebesar 0.65, dan pada skala usaha besar diperoleh sebesar 0.65 Tabel 22. Nilai KPE dari ketiga skala usaha kurang dari satu KPE1 yang artinya kebijakan pemerintah terhadap input dan output tidak berjalan secara efektif atau menghambat produsen untuk berproduksi. Hal tersebut menyebabkan nilai tambah yang diperoleh peternak ikan privat rata-rata lebih rendah 35 persen pada setiap skala usaha daripada nilai tambah yang seharusnya diterima sosial. Transfer Bersih TB menggambarkan dampak kebijakan pemerintah secara keseluruhan terhadap penerimaan. Nilai Transfer Bersih TB pada skala usaha kecil diperoleh sebesar negatif Rp 13 211 067.59 per tahun, pada skala usaha sedang diperoleh sebesar negatif Rp 21 870 079.35 per tahun, dan pada skala usaha besar diperoleh sebesar negatif Rp 33 264 272.03 per tahun Tabel 22. Masing-masing skala usaha memiliki nilai TB negatif, hal tersebut menunjukan bahwa kebijakan yang ada terhadap input dan output masih belum memberikan insentif ekonomi untuk meningkatkan produksi, karena telah terjadi pengurangan surplus produsen. Pengurangan surplus produsen terbesar terjadi pada skala usaha besar. Koefisien Keuntungan KK menunjukkan pengaruh keseluruhan dari kebijakan yang menyebabkan perbedaan antara keuntungan privat dan sosial. Nilai KK pada skala usaha kecil diperoleh sebesar 0.47, pada skala usaha sedang diperoleh sebesar 0.56, dan pada skala usaha besar diperoleh sebesar 0.57 Tabel 22. Nilai KK dari ketiga skala usaha kurang dari satu KK1 yang artinya kebijakan pemerintah mengakibatkan keuntungan yang diterima produsen lebih rendah jika dibandingkan tanpa adanya kebijakan. Peternak pada skala usaha kecil memperoleh 47.90 persen dari keuntungan yang seharusnya diterima tanpa adanya kebijakan, sedangkan peternak pada skala usaha sedang dan besar hanya memperoleh keuntungan 56.30 persen dan 57.40 persen. Rasio Subsidi Produsen RSP adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seluruh dampak transfer. Ketiga skala usaha memperoleh nilai RSP sebesar negatif 0.28 RSP0, artinya kebijakan pemerintah menyebabkan produsen mengeluarkan biaya produksi lebih besar 28 persen dari biaya sosial opportunity cost untuk berproduksi Tabel 22.

VIII. PENGARUH PERUBAHAN HARGA OUTPUT DAN HARGA

INPUT TERHADAP DAYA SAING USAHA BUDIDAYA IKAN HIAS NEON TETRA Analisis daya saing menggunakan PAM merupakan analisis yang bersifat statis, tidak mengikuti perubahan –perubahan yang terjadi. Analisis perubahan dilakukan untuk mengetahui perubahan pada tingkat daya saing usaha budidaya Ikan Neon Tetra di Kecamatan Bojongsari apabila terjadi perubahan harga output dan harga input. Skenario yang dilakukan diantaranya adalah penurunan harga output, penurunan harga input dan gabungan dari penurunan harga output serta penurunan harga input.

8.1. Skenario 1: Penurunan Harga Output 6.15 Persen

Perubahan yang dilakukan pada skenario 1 adalah penurunan harga output 6.15 persen. Pengaruh penurunan harga output pada indikator Rasio Biaya Privat RBP dan Rasio Biaya Sumberdaya Domestik BSD setiap skala usaha dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Penurunan Harga Output 6.15 persen terhadap Indikator RBP dan BSD pada setiap Skala Usaha Budidaya Ikan Neon Tetra Skala Usaha RBP BSD Sebelum Sesudah Perubahan Sebelum Sesudah Perubahan Skala Usaha Kecil 0.586 0.627 6.997 0.440 0.470 6.818 Skala Usaha Sedang 0.424 0.453 6.840 0.334 0.356 6.587 Skala Usaha Besar 0.397 0.424 6.801 0.313 0.327 4.473 Sumber : Data Primer, diolah 2012 Penurunan harga output menyebabkan penerimaan privat maupun penerimaan sosial menurun, sedangkan biaya input produksi tetap, maka keuntungan privat dan keuntungan sosial pada setiap skala usaha menurun, sehingga keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif pada setiap skala usaha menurun.