54
Tabel 12. Jenis Obat-Obatan Pada Usaha tani Padi Konvensional di Desa Jambenenngang, Kec. Kebon Pedes, Kab. Sukabumi untuk Musim
Tanam MT Periode Januari-Maret 2011 Per Hektar
Sumber : Data primer diolah
6.1.4 Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memiliki pengaruh besar terhadap biaya usaha tani. Oleh karena itu dalam penggunaannya
petani harus memperhitungkannya. Kebutuhan tenaga kerja yang digunakan petani berasal dari tenaga kerja dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja luar
keluarga TKLK. Kebutuhan tenaga kerja dalam satu musim tanam yang digunakan petani baik usaha tani padi SRI maupun padi konvensional di desa
Jambenenggang pada umumnya relatif sama. Namun kebutuhan tenaga kerja pada beberapa kegiatan dalam usaha tani padi SRI dengan padi konvensional berbeda.
Penggunaan tenaga kerja pada kedua jenis usaha tani di desa Jambenenggang dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
No Jenis Obatan Satuan
Penggunaan per Ha
Persentase Pestisida
Cair 1 Allika
ml 9,13
11,67 2 Skor
ml 4,56
5,83 3 Pilia
ml 31,96
40,87 4 Pirtako
ml 31,96
40,87 5 Obat
Eceng ml
0,45 0,58
6 Spontan ml
0,11 0,14
Pestisida Padat
1 Furadam Kg
1,82 100
55
Tabel 13. Perbandingan Kebutuhan Tenaga Kerja pada Usaha tani Padi Metode SRI dan Usaha tani Padi Konvensional di Desa Jambenenggang, Kec.
Kebon Pedes, Kab. Sukabumi Tahun 2011 HOKHa
No Kegiatan Metode SRI
Metode Konvensional Kebutuhan
HOK Kebutuhan
HOK 1 Pengolahan
Tanah 153
20.90 117 27,70
2 Penyiapan Media
25 3.41
30 7,10
3 Menaplak 32
4.37 15
3,55 4 Menanam
tandur 138
18.80 78 18,48
5 Penyiangan 90
12.20 58 13,70
6 Penyulaman 39
5.32 7 Pemupukan
30 4.09
16 3,79
8 Penyemprotan 45
6.14 10
2,36 9 Pembersihan
Pematang 41
5.60 30
7,10 10 Panen
139 18.90
68 16,11
Total 732
100.00 422 100.00
Δ KK = TK
Sri
– TK
Konvensional
= 732 - 422 = 310 HOK
Sumber : Data primer diolah Berdasarkan Tabel 13 di atas memperlihatkan perbandingan kebutuhan
tenaga kerja metode SRI lebih banyak dibandingkan dengan usaha tani metode konvensional. Proporsi kebutuhan tenaga kerja untuk kedua jenis usaha tani
tersebut paling besar dialokasikan pada kegiatan pengolahan tanah, menanam tandur, penyiangan, dan panen. Pada usaha tani SRI, sebanyak 20.9
dialokasikan untuk pengolahan tanah, kemudian diikuti oleh kegiatan menanam tandur sebesar 18.8 , kegiatan penyiangan sebesar 12.2 dan kegiatan panen
sebesar 18.9 . Pada usaha tani padi konvensional membutuhkan tenaga kerja jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan usaha tani metode SRI. Penggunaan jumlah tenaga
56
kerja dimasing-masing usaha tani terlihat perbedaan yang cukup besar, yakni pada kegiatan pengolahan tanah, menanam tandur, penyiangan, dan penyemprotan.
Pada kegiatan pengolahan tanah kebutuhan tenaga kerja usaha tani SRI lebih banyak dibandingkan usaha tani konvensional, hal ini disebabkan karena pada
proses pengolahan tanah sawah yang diusahakan dengan metode SRI membutuhkan tahapan pengolahan yang lebih banyak dibandingkan dengan
konvensional, karena pada prinsipnya usaha tani metode SRI tidak menggunakan pupuk kimia sehingga dibutuhkan pembajakan tanah yang lebih banyak yang
bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Penggunaan tenaga kerja yang dibutuhkan pada dua proses lainnya yaitu penyiangan dan penyemprotan lebih
banyak digunakan pada usaha tani padi sawah metode SRI, hal ini disebabkan karena tanaman padi dengan menggunakan SRI merupakan tanaman organik
sehingga sangat mudah untuk terserang hama tanaman, hal ini menyebabkan proses penyiangan pada usaha tani SRI lebih banyak dibandingkan dengan
konvensional. Kedua kegiatan tersebut memerlukan tambahan tenaga kerja lebih banyak karena proses penyemprotan MOL pada usaha tani padi metode SRI
dilakukan sebanyak empat kali jika dibandingkan dengan proses penyemprotan yang dilakukan pada usaha tani padi konvensional yang dilakukan sebanyak dua
kali pada setiap musim tanam. Pada kegiatan penyemprotan membutuhkan 45 HOK dan penyiangan membutuhkan tenaga kerja sebesar 90 HOK jika
dibandingkan dengan usaha tani konvensional yang membutuhkan tenaga kerja untuk penyemprotan sebanyak 7 HOK dan tenaga kerja untuk penyiangan
sebanyak 58 HOK.
57
Upah yang diterima buruh tani di desa Jembenenggang, baik pada usaha tani padi SRI maupun padi konvensional pada umumnya adalah sama. Kisaran
upah yang berlaku sekitar Rp 15.000,00 – Rp 25.000,00 untuk hari kerja pria dan Rp 10.000,00 – Rp 15.000,00 untuk hari kerja wanita. Berdasarkan Tabel di atas
dapat dianalisis perubahan kesempatan kerja secara keseluruhan yang terjadi sebanyak 310 HOK, yang berarti bahwa penggunaan tenaga kerja sistem
usahatani metode SRI lebih banyak 310 HOK dibandingkan dengan sistem usahatani konvensional.
6.2 Output Usaha tani