60
VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI
KONVENSIONAL
7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara usaha tani padi metode SRI dan usaha tani padi konvensional dilihat dari sisi penerimaan.
Penerimaan yang diperoleh petani merupakan nilai dari total produksi usaha tani yang dikelolanya. Hasil penjualan gabah yang merupakan output dalam usaha tani
merupakan pendapatan kotor sebelum dkurangi dengan biaya-biaya yang digunakan dalam usaha tani.
Tabel 16. Penerimaan Petani Padi Metode SRI dan Petani Padi Konvensional di Desa Jambenenggang, Kec. Kebon Pedes, Kab. Sukabumi
Jenis Usaha tani Satuan
Produktivitas KgHa
Harga Rpsatuan
Nilai Rp SRI Kg
5.894,07 2.800
16.503.396 Konvensional Kg
4.402,17 2.500
11.005.435 Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan total usaha tani padi sawah dengan menggunakan metode SRI lebih besar dari
rata-rata penerimaan total usaha tani padi konvensional. Rata-rata penerimaan total usaha tani padi SRI adalah Rp 16.503.396,- dengan hasil produksi
GKPHa 5.894,07 kg, sedangkan rata-rata penerimaan total usaha tani padi konvensional adalah Rp 11.005.435,- dengan hasil produksi GKPHa sebesar
4.402,17 kg. Jika dilihat dari hasil produksi GKP per hektar ternyata padi sawah dengan menggunakan metode SRI lebih besar jika dibandingkan dengan padi
konvensional, dan rata-rata penerimaan total petani sawah metode SRI lebih besar
61
dari petani konvensional. Besarnya rata-rata penerimaan total yang diperoleh petani padi dikarenakan harga jual GKP padi SRI per kilogram lebih tinggi dari
harga jual GKP padi konvensional per kilogramnya, yaitu Rp 2.800Kg sedangkan harga GKP untuk padi konvensional adalah Rp 2.500Kg
7.2 Analisis Perbandingan Biaya Usaha tani
Tabel 17 . Biaya Usaha tani Padi Metode SRI dan Padi Konvensional di Desa Jambenenggang, Kec. Sukabumi 2011 Hektar
Sumber :Data Primer Diolah
Berdasarkan Tabel di atas, dapat ketahui bahwa biaya total yang dikeluarkan petani padi sawah dengan metode SRI mengeluarkan biaya rata-rata sebesar Rp
No Pengeluaran Padi Metode SRI
Padi Konvensional Biaya Rp
Biaya Rp 1. Biaya
Tunai Biaya Variabel
Benih 204.060 1,83
572.340 6,63
Pupuk 6.963.769 62,66
5.837.830 67,62
MolPestisida 787.444 7,08 222.123 2,57
Tenaga Kerja Luar Keluarga
TKLK 3.157.593 28,41
2.000.00 23,16
Sub Total 11.112.866 99,98
8.632.293 99,98 2. Biaya
Hitung Tenaga Kerja
Dalam Keluarga
260.740 0,02 147.408 0,02
Sub Total 260.740
0,02 147.408
0,02 Biaya Total
11.373.606 100,00
8.779.701 100,00
62
11.373.606 per hektar. Biaya tersebut merupakan hasil penjumlahan dari total
penggunaan biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Dari data yang diperoleh, menunjukkan bahwa biaya tunai proporsinya lebih besar dari biaya yang
diperhitungkan dalam struktur biaya total, karena biaya ini merupakan modal operasional yang harus dimiliki oleh petani untuk menjalankan aktifitas usaha
taninya. Apabila dilihat dari perbandingan penggunaan biaya tunainya antara petani pemilik dan petani penggarap maka diketahui ternyata biaya tunai yang
dikeluarkan pada petani penggarap lebih besar dari petani pemilik. Biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani padi sawah dengan menggunakan metode SRI
sebesar Rp 11.112.866 per hektar atau sekitar 99.98 dari total biaya yang
dikeluarkan dalam satu musim tanam, sisanya merupakan biaya yang diperhitungkan yaitu sebesar Rp 260.740 per hektar atau 0,02 dari total biaya
yang digunakan dalam satu musim tanam usaha tani. Berdasarkan data yang diperoleh, besarnya penggunaan biaya oleh petani
dalam usaha tani padi SRI ini sebagian besar dialokasikan untuk membayar upah tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja dalam usaha tani padi metode SRI sebagian
besar menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Adapun biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja dari luar keluarga TKLK yaitu
sebesar Rp 3.157.593 per hektar dari total kebutuhan usaha tani, sedangkan pengeluaran untuk pengadaan pupuk kompos adalah sebesar Rp 6.963.769
per hektar. Jumlah biaya untuk penggunaan tenaga kerja yang lebih besar pada
budidaya padi metode SRI disebabkan oleh proses budidayanya yang membutuhkan tahapan cukup banyak jika dibandingkan dengan tahapan budidaya
pada pertanian padi konvensional.
63
Biaya diperhitungkan yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja dalam keluarga TKDK relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan untuk membayar upah TKLK, yaitu sebesar Rp 260.740 per hektar. Artinya, kegiatan dalam usaha tani tidak dapat dilakukan oleh tenaga kerja dalam
keluarga sehingga kekurangan tenaga kerja dicukupi dengan menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Dari segi kesempatan kerja, budidaya padi sawah dengan
menggunakan metode SRI memberikan kesempatan kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan padi sawah yang menggunakan metode konvensional,
namun disisi lain, biaya tunai yang akan dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja akan semakin tinggi. Dengan demikian, petani seharusnya
memperhatikan kebutuhan tenaga kerja yang benar-benar diperlukan untuk menggarap sawahnya, sehingga pemborosan biaya yang disebabkan oleh
penggunaan tenaga kerja yang berlebihan dapat diminimalisir. Berdasarkan tabel di atas, dapat dikaji bahwa alokasi pembagian biaya pada
padi konvensional pun sama dengan padi metode SRI, yakni pada penggunaan biaya tenaga kerja dan pupuk. Bagian biaya total yang digunakan untuk biaya
tenaga kerja luar keluarga TKLK adalah sebesar Rp 2.000.000 per hektar atau 23,16 , untuk pengadaan pupuk alokasi biaya yang dikeluarkan adalah sebesar
67,62 atau Rp 5.837.830 per hektar. Biaya total yang dikeluarkan petani padi
sawah dengan menggunakan SRI lebih besar dibandingkan dengan petani padi sawah yang menggunakan metode konvensional.
64
7.3 Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani