64
7.3 Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani
Suatu usaha tani dikatakan menguntungkan apabila selisih antara penerimaan dengan pengeluarannya itu bernilai positif. Pendapatan usaha tani
tersebut dianalisis dengan menggunakan konsep pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari hasil
pengurangan penerimaan petani terhadap komponen biaya-biaya yang dikeluarkan secara tunai dalam proses usaha taninya. Sedangkan pendapatan atas biaya total
diperoleh dari penerimaan petani yang dikurangi dengan seluruh biaya biaya total yang telah dikeluarkan dalam proses usaha taninya, termasuk biaya yang
diperhitungkan, sehingga hasil akhir dari pendapatan atas biaya total akan lebih rendah dari pendapatan tunai.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden, dapat dikaji bahwa penjualan gabah hasil panen padi metode SRI menghasilkan nilai total produksi
rata-rata sebesar Rp 16.503.396,-. Hasil penjualan dari padi konvensional rata-rata sebesar Rp 11.005.435,- . Perbedaan jumlah penerimaan pada kedua usaha tani
tersebut disebabkan perbedaan tingkat harga jual hasil panen yang cukup besar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari harga jual tersebut mengakibatkan
penerimaan untuk padi sawah dengan menggunakan SRI lebih besar jika dibandingkan dengan penerimaan padi konvensional.
Jika dilihat dari sisi biaya, usaha tani padi sawah dengan metode SRI memiliki biaya yang lebih besar dibandingkan dengan padi konvensional,
terutama pada komponen biaya tenaga kerja luar keluarga TKLK dan pengadaan pupuk. Pada Tabel di atas diketahui bahwa pendapatan atas biaya tunai padi
metode SRI nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatan atas biaya
65
tunai padi konvensional. Petani padi sawah metode SRI memperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 5.390.530,- per hektar, pendapatan atas biaya tunai
padi konvensional diketahui bahwa nilainya sebesar Rp 5.129.790,- per hektar. Hal tersebut terjadi karena rata-rata penerimaan tunai petani padi SRI lebih besar
dari petani padi konvensional, sehingga diketahui bahwa selisih antara padi dengan metode SRI dengan petani padi konvensional rata-rata sebesar Rp
2.593.905,- per hektar dan ternyata nilainya lebih menguntungkan bagi petani padi sawah metode SRI jika dibandingkan dengan petani konvensional. Efisiensi
usaha tani aktual diperlihatkan oleh nilai RC ratio atas biaya tunai. Tabel 20 menjelaskan bahwa nilai RC ratio atas penggunaan biaya usaha tani padi SRI
lebih besar dari RC ratio usaha tani padi sawah Konvensional yaitu sebesar Rp 1,48 Hal ini menjelaskan bahwa petani padi SRI memperoleh keuntungan sebesar
Rp 1,48 dari setiap satu rupiah input yang dikeluarkan, sementara petani padi konvensional hanya menerima keuntungan sebesar Rp 1,27 dari setiap satuan
inputnya. Jika menggunakan biaya total usaha tani, petani padi metode SRI memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,45 sedangkan petani padi konvensional
memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,25 dari setiap satu rupiah yang digunakan
dalam proses usaha tani. Meskipun demikian, jika dilihat dari RC ratio biaya tunai kedua sistem usaha tani tersebut masih tergolong menguntungkan secara
ekonomi karena nilai RC ratio masing-masing usaha tani tersebut bernilai positif RC 1.
66
Tabel 18. Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Metode SRI dan Usaha tani Padi Konvensional di Desa Jambenenggang, Kec.
Kebon Pedes Januari – April 2011 RpHa
No Uraian Padi SRI
Rp Padi
Konvensional Rp
1 Pendapatan usaha tani
16.503.396 11.005.435
2 Biaya usaha
tani : Tot.Biaya tunai
11.112.866 99,98
8.632.293 99.98 Tot.Biaya
diperhitungkan 260.740
0,02 147.408 0,02
Total Biaya 11.373.606
100,00 8.779.701 100,00
3 Pendapatan
atas B.Tunai 5.390.530 2.373.142
4 Pendapatan
atas B.Total 5.129.790
2.225.734 5
RC Ratio B.Tunai
1,48 1,27
6 RC Ratio
B.Total 1,45
1,25 Sumber :Data Primer Diolah
7.4 Perhitungan Estimasi Nilai Ekonomi Air