Biaya Produksi Air Baku Produksi Marginal Prinsip Budidaya Padi Metode SRI

18 input produksi pertanian. Tujuan dari efsiensi penggunaan input-input produksi adalah untuk menghemat biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani. Efisiensi penggunaan input produksi juga sangat penting yang bertujuan agar stok sumber daya yang semakin terbatas dapat dimanfaatkan dengan baik untuk peningkatan kesejahteraan petani.

2.5 Biaya Produksi Air Baku

Air baku dalam pengertian ini merupakan air yang berasal dari air tanah termasuk mata air yang diambil dari sumbernya dan telah siap untuk dimanfaatkan. Harga air baku merupakan nilai rupiah dari biaya eksploitasi atau investasi untuk mendapatkan air baku tersebut. Harga Air Baku HAB adalah harga rata-rata air tanah per satuan volume di suatu daerah yang besarnya sama dengan nilai investasi untuk mendapatkan air tanah tersebut dibagi dengan volume produksinya Sukanto, 1989. Harga air baku adalah sejumlah biaya dan upaya yang dikeluarkan sekarang untuk mendapatkan atau mengeluarkan air tanah sampai ke permukaan tanah yang meliputi biaya konstruksi, biaya tetap dan biaya operasional selama umur ekonomis Abidin, 2008.

2.6 Produksi Marginal

Dalam ekonomi, produk marjinal atau produk fisik marjinal adalah output tambahan yang dihasilkan oleh satu unit atau lebih dari input yang digunakan. Dengan asumsi bahwa tidak ada faktor lain yang dapat mengubah input produksi, produk marjinal dari input yang diberikan X, dimana dapat dinyatakan sebagai : 19 Dimana ΔX adalah perubahan input produksi yang digunakan, sedangkan ΔY adalah perubahan output yang dihasilkan Soekartawi, 1990. Untuk mengestimasi nilai air dapat digunakan dengan pendekatan marginal produksi dimana dapat diketahui dengan menghitung berapa jumlah output tambahan GKP yang dihasilkan dari setiap volume m 3 air yang digunakan untuk berproduksi.

2.7 Prinsip Budidaya Padi Metode SRI

Secara umum dalam konsep SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, tidak diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi, tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya. Hal ini karena SRI menerapkan konsep sinergi, dimana semua komponen teknologi SRI berinteraksi secara positif dan saling menunjang sehingga hasil secara keseluruhan lebih banyak daripada jumlah masing-masing bagian. Menurut Mutakin dalam Berkelaar 2001, Kuswara 2003 dan Wardana et al, 2005 terdapat beberapa komponen penting dalam penerapan SRI yaitu : 1. Bibit dipindah lapangan Transplantasi lebih awal bibit muda. 2. Bibit ditanam satu batang per lubang tanam. 3. Jarak tanam lebar. 4. Kondisi tanah tetap lembab tapi tidak tergenang air irigasi berselang 5. Menggunakan pupuk dari bahan organik kompos dan mikro organisme lokal MOL 6. Dilakukan Penyianganpendangiran. 20 Hal paling mendasar dalam budidaya SRI adalah menerapkan irigasi intermiten artinya siklus basah kering bergantung pada kondisi lahan, tipe tanah dan ketersediaan air. Selama kurun waktu penanaman lahan tidak tergenang tetapi macak-macak basah tapi tidak tergenang. Cara ini bisa menghemat air 46. Selain itu sedikitnya air juga mencegah kerusakan akar tanaman. Menurut Simarmata 2009 diacu dalam Trubus 2008, penggenangan air menyebabkan kerusakan jaringan perakaran akibat terbatasnya suplai oksigen. Semakin tinggi air semakin kecil oksigen terlarut, dampaknya akar tanaman tidak mampu mengikat oksigen sehingga jaringan perakaran rusak. Selain itu jika air tergenang menyebabkan musuh alami hama padi tidak dapat hidup sedangkan hama padi dapat hidup dan dapat memunculkan hama padi baru yang berasal dari lingkungan aquatik. Disamping menghemat air, budidaya intensif itu juga menghemat penggunaan bibit, sebab satu lubang tanam hanya ditanam satu bibit. Menurut Abdulrachman, 2008 diacu dalam Trubus 2008, bahwa dengan menanam satu bibit per lubang berarti menghindari perebutan cahaya atau hara dalam tanah sehingga sistem perakaran dan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Sebaliknya jika penanaman terdiri atas 9 bibit per lubang menyebabkan terjadinya kompetisi hara pada tanaman. Dalam pertanian dengan menggunakan metode SRI digunakan bibit muda umurnya 7 hari pasca semai dan terdiri atas dua daun. Penggunaan bibit muda berdampak positif karena lebih mudah beradaptasi dan tidak gampang stress, ini dikarenakan perakaran belum panjang maka penanaman pun tidak perlu terlalu dalam cukup 1-2 cm dari permukaan tanah. Untuk menghasilkan bibit muda yang berkualitas petani mempersiapkan sejak penyemaian. Populasi di persemaian 50 21 grm2 dimaksudkan agar bibit cepat besar, karena tidak terjadi persaingan unsur hara, dengan demikian bibit sudah siap tanam pada umur 7-10 hari. Transplantasi saat bibit muda dapat mengurangi guncangan dan meningkatkan kemampuan tanaman dalam memproduksi batang dan akar selama pertumbuhan vegetatif, sehingga jumlah anakanbatang yang muncul lebih banyak dalam satu rumpun, dan bulir padi yang dihasilkan oleh malai padi juga lebih banyak. Petani SRI menanam bibit muda dengan jarak tanam 40 cm x 30 cm, total populasi dalam satu hektar mencapai 83.000 tanaman, sementara pada sistem konvensional berjarak tanam 20 cm x 20 cm terdiri atas 250 ribu tanaman. Pada jarak tanam longgar sinar matahari dapat menembus sela-sela tanaman dengan baik. Tanaman memerlukan sinar matahari untuk melakukan proses fotosintesis yang bertujuan unutk menjaga pasokan makanan tercukupi. Dengan demikian dalam umur 30 hari, dari satu bibit sudah menghasilkan 65 anakan. SRI menganjurkan pemakaian bahan organik kompos dan Mikro Organisme Lokal MOL untuk memperbaiki struktur tanah agar padi dapat tumbuh dengan baik dan hara tersuplai kepada tanaman secara baik tanpa menimbulkan efek kimia. Keterlibatan kompos dan MOL Mikro organisme lokal sangat membantu dalam pencapaian produktivitas yang berlipat ganda, karena peran kompos lebih komplek dari pupuk dan selain sebagai penyuplai nutrisi kompos juga berperan sebagai komponen bioreaktor yang bertugas menjaga pertumbuhan tetap optimal. Konsep bioreaktor adalah kunci sukses SRI, bioreaktor yang dibangun oleh MOL dan kompos, menjamin bahwa padi selama pertumbuhan dari bibit sampai dewasa tidak mengalami hambatan. Fungsi bioreaktor sangatlah komplek, fungsi yang telah diidentifikasi antara lain sebagai 22 penyuplai nutrisi melalui eksudat, kontrol mikroba sesuai kebutuhan padi, menjaga stabilitas kondisi tanah menuju kondisi ideal bagi pertumbuhan padi bahkan kontrol terhadap penyakit yang dapat menyerang padi Uphoff, 2002. Pendangiranpenyiangan dianjurkan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari menggunakan gasrok atau lalandak, selain untuk membersihkan gulma juga dapat memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan aerasi tanah. Penerapan SRI bisa diperuntukkan bagi berbagai varietas padi lain yang pernah ditanam petani, hanya saja diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemudian untuk bereksperimen. Oleh karena itu, kajian SRI menggarisbawahi bagaimana pentingnya integrasi dan interdisiplin yang menggabungkan aspek biofisik dan sosial ekonomi dalam usaha tani padi. Kenyataan tersebut telah membuka stagnasi produksi padi di Madagaskar dan beberapa negara lain di dunia melalui pengurangan biaya produksi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Penerapan SRI di Indonesia terus berkembang dan dipraktekkan para petani di beberapa kabupaten di pulau Jawa, Sumatera, Bali, NTB, Kalimantan, Sulawesi serta di beberapa lokasi lainnya di tanah air, sekalipun dengan menggunakan pengistilahan yang berbeda. Di Sumatera Barat SRI berkembang sebagai model tanam padi sebatang, khususnya di Sawahlunto penanaman padi sebatang sebagai teknologi SRI pada tahun 2006 mencapai 175 hektar, meningkat menjadi 280 hektar pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 ditergetkan mencapai 450 hektar. Metode pertanaman padi sebatang diperkenalkan melalui Universitas Andalas atas permintaan petani karena tingkat produksinya tinggi, mencapai 8 - 8,5 tonha Kompas 2008. 23

2.8 Teknik Usaha tani Padi Metode SRI

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Usaha Tani Padi Sawah Sistem Sri (System Of Rice Intensification) Dengan Sistem Konvensional Di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai

12 168 47

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification) Studi Kasus Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

2 21 241

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Metode System Of Rice Intensification (SRI) dan Padi Konvensional di Desa Kebonpedes, Sukabumi

0 5 87

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 5 120

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 12

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 1

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 7

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 18

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 2