commit to user
20
dalam pikiran peserta didik. Teori belajar kognitif berkembang dari kerja para tokoh seperti Piaget, Bruner, Vygotsky dan Ausubel. Berikut ini adalah uraian
teori belajar kognitif menurut pandangan kedua tokoh tersebut.
a. Teori Belajar Piaget
Menurut pandangan Piaget, manusia tumbuh, beradaptasi dan berubah menurut perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan
sosioemosional, perkembangan kognitif berpikir dan perkembangan bahasa. Oleh Piaget diungkapkan bahwa struktur intelektual skemata terbentuk ketika
siswa berinteraksi dengan lingkungan dalam Ratna wilis Dahar 1989 : 150. Piaget membagi empat tahap perkembangan anak, yaitu : 1. Tahap
sensormotor usia 0 – 2 tahun, 2. Tahap proporsional usia 2 – 6 tahun, 3. Tahap operasional konkrit usia 6 – 11 tahun, 4. Tahap operasional formal usia
11 – 14 tahun. Dalam pandangan Piaget manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah menurut perkembangan fisik, perkembangan kognitif dan perkembangan
bahasa. Sedangkan struktur intelektual terbentuk ketika siswa berinteraksi dengan lingkungan. Artinya perkembangan kognitif siswa sebagian besar tergantung pada
seberapa jauh siswa tersebut berinteraksi dengan lingkungan secara aktif. Interaksi dengan lingkungan tidaklah cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali
jika intelengensi siswa tersebut mampu memanfaatkan pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Format t ed: Line spacing: single Format t ed: Line spacing: Double
commit to user
21
b. Teori Bruner
Jerome S. Bruner 1915, seorang ahli psikologi, menyatakan bahwa ”inti dalam belajar adalah bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan
mentransformasikan informasi secara aktif”. Dasar pemikiran teorinya memandang manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi.
Menurut Bruner dalam Paulina panen 2004 : 3 - 11, pada dasarnya belajar merupakan proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Ada 3 proses
kognitif yang terjadi dalam belajar yaitu 1. Proses perolehan informasi baru, 2. Proses mentransformasikan informasi yang diterima, dan 3. Menguji relevansi
dan ketepatan pengetahuan. Bruner 1966 : 10 - 11 dalam Azhar arsyad 2005 : 7 mengemukakan tiga
tingkatan utama modus belajar yaitu pengalaman langsung enactive, pengalaman gambar iconic dan pengalaman abstrak symbolic. Ketiga tingkat pengalaman
tersebut saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang baru.
Agar proses belajar berjalan lancar, ada tiga faktor yang ditekankan dan harus diperhatikan dalam menyelenggarakan pembelajaran yaitu: a. Pentingnya
memahami struktur mata pelajaran, b. Pentingnya nilai-nilai dari berfikir induktif, c. Pentingnya belajar aktif supaya seseorang dapat menemukan konsep
sendiri sebagai dasar untuk memahami dengan benar. Pendekatan model belajar Bruner didasarkan pada dua asumsi bahwa: 1.
Perolehan pengetahuan merupakan proses interaktif, artinya pengetahuan akan
Format t ed: I ndent: First line: 0, Line spacing: single
Format t ed: Line spacing: Double
Format t ed: I ndent: Left: 0, First line: 0.5, Line spacing: Double
Format t ed: I ndent: First line: 0.5, Line spacing: Double
commit to user
22
diperoleh bila dalam pembelajaran seseorang berinteraksi secara aktif dilingkungannya. 2. Orang mengkonstruksikan pengetahuannya dengan cara
menghubungkan informasi yang tersimpan yang telah diperoleh sebelumnya. Urutan penyajian harus memperhatikan tingkat kesulitan materi, tingkat
perkembangan anak, dan sifat materi itu sendiri. Menurut Bruner perkembangan intelektual bergerak dari penyajian enaktif, ikonik dan simbolik, karena itu urutan
optimal dalam penyajian materi adalah mengikuti arah yang sama. Pada penelitian ini urutan penyajiannya secar ekonik dan simbolik.
Belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan itu akan bertahan lama dalam ingatan siswa. Kedua, belajar penemuan
mempunyai efek transfer yang lebih baik, artinya konsep-konsep dan prinsip- prisip yang menjadi kognitif siswa lebih mudah diterapkan dalam situasi-situasi
baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan mandiri. Belajar penemuan yang
murni memerlukan banyak waktu, sehingga dalam penggunaan penemuan Bruner menyarankan hanya sampai batas-batas tertentu.
c. Teori Vygotsky