Hipotesis Kedua Pembahasan Hasil Analisis Data Prestasi Kognitif

commit to user 138 merasa tertantang untuk mencari jawaban karena siswa merasa wordsquare adalah permainan yang baru belum pernah diketahui sebelumnya. Siswa seusia SMP atau yang lebih rendah adalah usia yang masih mencari jati diri sehingga senang dan lebih tertarik dengan hal-hal yang baru. Sedangkan permaianan crossword siswa sudah sering dilihat atau bahkan pernah menggunakannya karena sudah tersedia banyak dipasaran, bahkan ada beberapa siswa yang mengisi waktu luang menggunakan crossword. Dua media pembelajaran tersebut karakteristiknya berbeda sehingga memberikan pengaruh berbeda pula terhadap prestasi belajar. Kesimpulan ini sesuai dengan teori belajar yang menyatakan bahwa belajar harus menyenangkan dan mampu membangkitkan minat siswa untuk mendapatkan nilai yang lebih baik. Pemilihan media permainan merupakan salah satu langkah pembelajaran yang berperan dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Media permaianan yang memberi pengaruh besar terhadap peningkatan prestasi adalah permainan wordsquare, hal ini dikarenakan siswa lebih tertantang dan telaten untuk belajar sambil bermain.

b. Hipotesis Kedua

H : tidak ada pengaruh tingkat keingintahuan kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. H 1 : ada pengaruh tingkat keingintahuan kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Dari komparasi antar kolom keingintahuan, baris 2 efek utama BKeingintahuan, dapat dilihat bahwa anava tiga jalan dengan sel tak sama untuk hipotesis kedua diperoleh harga F obs = 633,2471 F tabel = 3,91, sehingga Ho commit to user 139 ditolak, artinya terdapat pengaruh keingintahuan yang dimiliki siswa akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajarnya . Kenyataan tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik 2007, 159-160, bahwa keingintahuan adalah keadaan selalu ingin tahu yang merupakan salah satu komponen dalam dari motivasi. Sehingga jika keingintahuan siswa tinggi, maka motivasi untuk berprestasi juga besar, dan jika keingintahuannya rendah, maka motivasi untuk berprestasi juga rendah. Dari data amatan rerata siswa yang keingintahuannya tinggi B1 = 77 dan siswa yang keingintahuannya rendah B2 = 67, sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa yang tingkat keingintahuan tinggi berprestasi lebih baik daripada siswa yang tingkat keingintahuannya rendah. Kesimpulan ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa keingintahuan merupakan salah satu komponen dalam dari motivasi belajar, sehingga keingintahuan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar. Tingkat keingintahuan tinggi memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa, daripada tingkat keingintahuan rendah, ini dapat dilihat dari uji lanjut anava dan rerata siswa. Kenyataan tersebut memberikan gambaran bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, guru dituntut untuk mampu meningkatkan peran keingintahuan siswa dalam pembelajaran, sehingga dengan tingkat keingintahuan yang tinggi siswa dapat berprestasi lebih baik. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suharsiwi arikunto, bahwa siswa dengan keingintahuan tinggi akan bersikap positif terhadap pelajaran yang disampaikan oleh gurunya, karena dia akan menganggap pelajaran itu merupakan hal baru yang harus diketahuinya commit to user 140 dan bias menjawab ketidaktahuannya. Sehingga anak yang keingintahuannya tinggi akan lebih banyak dan lebih dulu tahu daripada anak yang keingintahuannya rendah. Hal ini berarti siswa yang tingkat keingintahuannya tinggi memiliki motivasi belajar dan berprestasi lebih kuat daripada yang tingkat keingintahuannya rendah. Menurut Oemar Hamalik, siswa yang memiliki keingintahuan yang tinggi akan sangat sensitive terhadap rangsangan yang mengenainya, sehingga sangat mudah diberi pelajaran atau pengetahuan baru, dan akan tahu lebih banyak daripada siswa yang keingintahuannya rendah.

c. Hipotesis Ketiga