Perhitungan Nilai DPMO dan Nilai σ Sigma Penentuan Critical To Quality CTQ Dominan

suatu produk dikategorikan sebagi produk cacat, maka kriteria-kriteria tentang kegagalan atau kecacatan itu harus didefenisikan terlebih dahulu, kriteria karakteristik kualitas yang mengakibatkan kecacatan disebut CTQ Critical To Quality. Adapun CTQ Critical To Quality potensial yang terdapat pada produk Gaga 100 Ayam Bawang dapat dilihat pada Tabel 5.9. Tabel 5.9. CTQ Potensial Produk Gaga 100 Ayam Bawang No Critical To Quality CTQ Keterangan 1 Cemaran Produk yang terkontaminasi oleh minyak atau bumbu. 2 Mie Mentah Mie hasil penggorengan yang salah satu atau beberapa bagian tidak matang atau masih lembek 3 Etiket Rusak Tulisan pada pembungkus tidak jelas atau terjadi delaminasi mengkerut 4 Mie Gosong Mie yang digoreng berlebihan sehingga warna mie menjadi kecoklatan. 5 Mie Hancur Patah Mie mengalami patah pada saat proses pemotongan .

5.2.2.3. Perhitungan Nilai DPMO dan Nilai σ Sigma

DPMO Defect Per Million Opportunity adalah ukuran kegagalan dalam six sigma yang menunjukkan kegagalan persejuta kesempatan. Nilai DPMO produk Gaga 100 Ayam Bawang untuk periode Oktober 2011 diperoleh dengan menggunakan persamaan yaitu: = 000 . 1000 5 72820 7382 x x = 20274.6498 Universitas Sumatera Utara Nilai sigma σ merupakan ukuran dari kinerja perusahaan yang menggambarkan kemampuan dalam menghasilkan produk bebas cacat. Nilai σ untuk periode November 2010 diperoleh dengan menggunakan persamaan yaitu: = Normsinv 000 . 1000 20274.6498 000 . 1000 − + 1.5 3.5 Untuk nilai DPMO dan σ selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.10. Tabel 5.10 . Nilai DPMO dan σ Produk Gaga 100 Ayam Bawang Periode Produksi pcs Cacat pcs Jumlah CTQ DPMO Nilai σ September 2011 275200 7382 5 20274.6498 3.5 Oktober 2011 357000 9136 5 12999.7083 3.7 November 2011 562240 2173 5 16706.3889 3.6 Desember 2011 304000 15059 5 22532.4505 3.5 Jumlah 1498440 33750 5 18128.2994 3.575

5.2.2.4. Penentuan Critical To Quality CTQ Dominan

Untuk produk Gaga 100 terdapat 5 CTQ potensial yang dapat menimbulkan kecacatan pada produk. Dari kelima CTQ potensial tersebut terdapat beberapa jenis CTQ yang bersifat dominan. Kriteria CTQ dominan yaitu CTQ yang paling sering muncul pada produk dengan persentase kecacatan terhadap seluruh jumlah CTQ potensial paling besar dan terjadi berulang. Untuk contoh perhitungan jenis cacat cemaran adalah sebagai berikut: Cacat = X 100 Universitas Sumatera Utara = 33750 6826 X 100 = 20.2252 Persentase semua CTQ potensial untuk produk Gaga 100 Ayam Bawang dapat dilihat pada Tabel 5.11. Tabel 5.11. Persentase CTQ Potensial Produk Gaga 100 No CTQ Sept’11 pcs Oct’11 pcs Nov’11 pcs Des’11 pcs Jumlah Cacat pcs Cacat 1 Cemaran 1256 1125 2764 1681 6826 20.2252 2 Mie Mentah 662 810 1132 1167 3771 11.1733 3 Etiket Rusak 3148 1726 1789 2450 9113 27.0015 4 Mie Gosong 927 669 1124 675 3395 10.0593 5 Mie Hancur Patah 3143 2698 1928 2876 10645 31.5407 Total 9136 7028 8737 8849 33750 100 Setelah didapat nilai persentase untuk tiap jenis CTQ, kemudian CTQ diurutkan mulai dari persentase yang terbesar dan dihitung kumulatifnya seperti yang terlihat pada Tabel 5.12. Tabel 5.12. Persentase Kumulatif CTQ Potensial Gaga 100 No. CTQ Jumlah Cacat Cacat Kumulatif 1 Mie Hancur Patah 10645 31.5407 31.5 2 Etiket Rusak 9113 27.0015 58.5 3 Cemaran 6826 20.2252 78.8 4 Mie Mentah 3771 11.1733 89.9 5 Mie Gosong 3395 10.0593 100 Total 33750 100 Untuk mengetahui jenis kecacatan yang dominan digunakan Diagram Pareto yang dapat dilihat pada Gambar 5.4. berikut Universitas Sumatera Utara Gambar 5.4. Diagram Pareto Jenis Kecacatan Produk Gaga 100 Ayam Bawang Dari Diagram Pareto di atas dapat dilihat jenis cacat dengan persentase terbesar yaitu untuk jenis cacat mie hancur patah, pembungkus rusak dan, cemaran. Persentase kumulatif untuk ketiga jenis cacat tersebut mencapai 78.8. Nilai tersebut sesuai dengan prinsip Pareto 80-20, dimana 80 produk cacat disebabkan oleh 20 jenis kecacatan. Sehingga untuk mengurangi jumlah produk cacat sampai tingkat 80 cukup dengan mengendalikan jenis cacat cemaran, mie hancur patah dan pembungkus rusak. Sebab jika mengendalikan semua jenis kecacatan yang ada akan menjadi tidak efisien karena akan memakan waktu, biaya dan tenaga yang sangat besar.

5.2.3. Tahap Analyze