Lokasi Perusahaan Daerah Pemasaran Metode Pengukuran Waktu Uji Keseragaman Data Dan Uji Kecukupan Data

dengan mendatangkan dari Ciawi, yang mampu memproduksi sebanyak yang dibutuhkan. PT. Jakarana Tama, Tanjung Morawa menitikberatkan produksinya pada produk mie instan, dengan memproduksi berbagai jenis mie instan yaitu : 1. Gaga mie 100 Ayam Bawang 2. Gaga mie 100 Soto Mi 3. Gaga mie 100 Kaldu Ayam 4. Gaga mie 100 Goreng Spesial 5. Gaga mie 100 Goreng Extra Pedas 6. Gaga mie 1000 Ayam Bawang 7. Gaga mie 1000 Rasa Soto 8. Gaga mie 1000 Goreng Spesial 9. Gaga mie 1000 Kaldu Ayam

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Jakarana Tama, Tanjung Morawa berlokasi di Jalan Raya Medan Tanjung Morawa KM. 9,5 Kelurahan Timbang Deli Amplas, Medan, Sumatera Utara.

2.4. Daerah Pemasaran

PT. Jakarana Tama, Tanjung Morawa memasarkan produknya untuk wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Aceh, dan Sumatera Selatan. Universitas Sumatera Utara

2.5. Organisasi dan Manajemen

2.5.1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT. Jakarana Tama berbentuk fungsional. Untuk gambaran struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara Factory Manager TEKNIK SPV SENIOR PRODUKSI SPV SENIOR KEPALA PERSONALIA HRD UTILITY SPV KASEK. WORK SHOP SPV. PROD SHIFT A KOORD. PROD SHIFT B Teknik Field SPV. PROD SHIFT B Opr. Bubut Opr. Scrap Opr. Mixer Opr. Press Opr. Fryer Opr. Packing Seksi Pay Roll Seksi GA Seksi Keamanan Seksi Opr. Seksi Administrasi Seksi Medis Seksi Analis QC Pe- racikan QC Field QC Raw Material WARE HOUSE SPV PPIC SPV QC SPV Seksi Sanitasi Seksi gudang bahan jadi Seksi gudang bahan baku Sumber: PT. Jakarana Tama Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Jakarana Tama Universitas Sumatera Utara

2.5.2. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Untuk menggerakkan suatu organisasi dibutuhkan orang-orang yang memegang jawaban tertentu dalam organisasi, dimana masing-masing melaksakan tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan jabatannya. Dapat dilihat pada Lampiran. 2.5.3. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja 2.5.3.1.Jumlah Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan sumber daya yang paling menentukan bagi perusahaan karena pada prinsipnya sumber daya manusia bagian integral dari unsur-unsur manajemen. Setiap jabatan atau pekerjaan memerlukan persyaratan minimal dari personil yang menjabatnya. Persyaratan ini harus dipenuhi agar setiap tugas dalam jabatan tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Latihan dan pendidikan tenaga kerja langsung dilakukan dalam pabrik melalui latihan oleh pekerja yang terlatih. Untuk tenaga kerja langsung terlebih dahulu diberikan masa percobaan selama 3 tiga bulan sesuai dengan peraturan dan persyaratan bagi karyawan baru. Dan dalam masa percobaan harus bersedia lembur dan patuh terhadap peraturan. Perincian jumlah tenaga kerja pada PT. Jakarana Tama dapat dilihat pada Tabel 2.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Pada PT Jakarana Tama, Tanjung Morawa No Bagian Jenis Kelamin Jumlah Pria Wanita 1. HRD 21 4 24 2. Accounting 2 2 4 3. SalesMarketing 10 2 12 4. Purchasing 1 - 1 5 Quality Control 7 6 12 6 Gudang Bahan Jadi 12 1 13 7 Gudang Bahan Baku 11 1 12 8 Produksi 77 179 256 9 Anodle 6 4 10 10 Teknik 13 1 14 11 PPIC 1 - 1 Jumlah Karyawan 161 200 361 Sumber : PT. Jakarana Tama 2.5.3.2.Jam Kerja Jam kerja pada perusahaan ini secara umum dibagi atas 2 shift. Pembagian jam kerja ini hanya berlaku untuk bagian pabrik dan satpam dengan perincian: 1. Kantor Hari kerja Senin sampai Jumat Universitas Sumatera Utara Pukul 08.00 – 12.00 WIB Bekerja Pukul 12.00 – 13.00 WIB Istirahat Pukul 13.00 – 16.00 WIB Bekerja Untuk Hari Sabtu Pukul 08.00 – 12.00 WIB Bekerja Hari Minggu adalah hari libur 2. Pabrik Senin sampai Sabtu diatur dalam 2 shift sebagai berikut: - Shift I bertugas mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB - Shift II bertugas mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB 3. Khusus karyawan keamanan dibagi dalam satu kelompok 4 orang. Untuk setiap kelompok dilakukan pergantian tiap 12 jam dari hari Senin sampai Minggu 2.5.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Pendukung 2.5.4.1.Sistem Pengupahan Besarnya gajiupah untuk setiap karyawan ditentukan menurut tingkat golongannya. Perusahaan ini menerapkan ketentuan pemerintah tentang Upah Minimum Regional UMR yang berlaku bagi seluruh karyawan. Dalam hal upah atau gaji karyawan PT. Jakarana Tama melakukan pembayaran sekali setiap bulan. Besar upah atau gaji yang dibayarkan perusahaan sesuai dengan ketentuan dari Departemen Tenaga Kerja yaitu sebesar Rp.1.105.000,- setiap bulannya dan Universitas Sumatera Utara tentunya didasarkan pada data-data masing-masing pekerja ada kerja lembur atau tidak. Disamping upaqh tersebut perusahaan juga memberikan subsidi konsumsi karyawannya satu kali setiap hari kerja untuk masing-masing shift, sebanyak Rp.5.500,- per orang dan uang transportasi Rp. 3.000,- per orang. Perusahaan juga memberi tambahan gaji kepada karyawan berdasarkan intensif yang besarnya ditentukan berdarkan prestasi dan lamanya kerja. 2.5.4.2.Jaminan Sosial Untuk menolong karyawannya agar bekerja lebih giat dalam meningkatkan prestasinya, perusahaan memberikan jaminan social dalam tunjangan antara lain: 1. Asuransi a. Asuransi Tenaga Kerja 1. Jaminan Hari Tua 2. Dana Pensiun 3. Santunan Hari Tua 4. Asuransi Kecelakaan Kerja 5. Asuransi Kematian 6. Asuransi Jaminan Sosial Tenaga Kerja Jamsostek kepada semua karyawan berupa jaminan kecelakaan, kematian, dan hari tua. 2. Tunjangan a. Tunjangan Hari Besar Agama Universitas Sumatera Utara Setiap tahunnya karyawan juga mendapat Tunjangan Hari Raya THR dan paket Hari Raya yang beragama Islam dan paket Tahun Baru bagi yang beragama Kristen. b. Tunjangan jabatanfungsional c. Tunjangan hari tua d. Tunjangan Sosial dalam kemalangan maupun sukacita e. Tunjangan kesehatan karyawan dan keluarga, yaitu: 1. Berobat ke dokter yang ditunjuk perusahaan 2. Rawat inap 3. Perawatan gigi

2.6. Proses Produksi

Proses produksi didefinisikan sebagai suatu cara, metode dan teknik- teknik mengubah sumber atau input menjadi hasil atau output, sehingga hasil yang berupa barang atau jasa serta hasil sampingannya memberi nilai tambah atau nilai guna yang berarti. Pengolahan atau pengubahan pada proses tersebut dapat terjadi secara fisik maupun nonfisik yang berupa bentuk.

2.6.1. Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam melakukan proses produksi mencakup tiga hal yaitu bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan. Universitas Sumatera Utara 2.6.1.1.Bahan Baku Bahan baku merupakan bahan yang paling penting digunakan dalam pembuatan suatu produk dimana keberadaan bahan tersebut mempengaruhi nilai produk. Dengan kata lain, bahan baku adalah bahan utama dalam pembuatan produk. a. Tepung Terigu Tepung terigu merupakan bahan baku utama dalam proses pembuatan mie instan. Dalam membuat satu adonan atau satu adukan dibutuhkan 225 kg 9 sak 25 kg tepung terigu satu adonan ini dapat menghasilkan sekitar 4000 bungkus mie atau ± 100 sakhari yang didatangkan dari Surabaya PT. Bogasari dengan proses kedatangan seminggu. b. Tepung Tapioka Tepung tapioka berfungsi sebagai bahan baku yang ditambahkan pada tepung terigu yang dapat membuat adonan menjadi kenyal pada setiap keping mie blok. c. Bumbu penyedap dan sauce Bumbu penyedap dan sauce tidak di produksi sendiri oleh pabrik tetapi didatangkan dari Ciawi yang menangani bumbu pada grup yang sama. Jadi bumbu sudah dalam bentuk kemasan. Pemberian bumbu pada setiap kemasan berbeda-beda menurut jenisnya dan rasa mie. Bumbu dan mie disatukan pada waktu pembungkusan. Bumbu ini terdiri dari pala, lada. Monosodium Universitas Sumatera Utara glutamate, rasa daging ayam, garam, hidrolisa, protein sayur, bumbu seledri, kecap, bumbu bawang putih dan daun bawang. 2.6.1.2.Bahan Tambahan Bahan tambahan merupakan bahan-bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk atau suatu bahan yang ditambahkan pada produk dimana keberadaannya sebagai bahan pelengkap dan merupakan bagian dari produk akhir. Dengan kata lain, bahan tambahan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan sebagai pelengkap bahan baku untuk sama-sama membentuk barang jadi, dimana komponen bahan tambahan ini biasanya tidak dapat dibedakan secara jelas pada barang jadi tersebut. Bahan tambahan yang digunakan dalam proses pembuatan mie instan adalah sebagai berikut : a. Etiket atau pembungkus Etiket atau pembungkus terbuat dari plastik yang telah diberi merek berbagai jenis dan rasa mie yang hendak dibungkus. Etiket ini dibuat berbentuk roll gulungan yang telah disesuaikan dengan keadaan mesin pembungkus. b. Kotak karton Kotak karton digunakan untuk mengepak mie yang telah dibungkus pada masing-masing etiket yang memuat 40 bungkus. Kotak karton ini juga telah diberi label berdasarkan jenis dan rasa mie yang akan dikemas. Universitas Sumatera Utara c. Selotif Selotif digunakan untuk merekatkan tutup kotak karton satu sama lain. 2.6.1.3.Bahan Penolong Bahan penolong merupakan bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi yang dikenakan langsung terhadap bahan baku yang sifatnya hanya membantu atau mendukung kelancaran proses produksi dan bahan ini bukan bagian dari produk akhir. Bahan penolong ini tidak tampak pada barang jadi. Bahan penolong yang digunakan adalah : a. Natrium polipospat NaH 2 PO 4 Natrium polipospat NaH 2 PO 4 berfungsi untuk membuat adonan menjadi kenyal dan bersatu. b. Natrium karbonat Na 2 CO 3 Natrium karbonat Na 2 CO 3 berfungsi sebagai pengembang dalam proses pembuatan mie instan. c. Potassium karbonat Potassium karbonat berfungsi untuk membuat adonan menjadi kenyal dan bersatu d. Karboksimetil selulosa Karboksimetil selulosa berfungsi untuk membuat adonan menjadi kenyal dan bersatu. Universitas Sumatera Utara e. Tetrazine CL 19140 Tetrazine CL 19140 berfungsi sebagai bahan pewarna untuk pembuatan mie instan, agar mie tersebut tampak menarik. f. Garam NaCl Garam digunakan untuk memberikan rasa asin terhadap mie. g. Air Dalam proses pembuatan mie, air berfungsi untuk melarutkan zat-zat yang digunakan serta menjadikan adonan dapat bercampur secara homogen. Air berasal dari sumur pompa yang ditampung dalam tangki penyaring atau filter yang akan menyaring kotoran-kotoran sehingga dihasilkan air yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. h. Minyak goreng Minyak goreng berfungsi untuk menggoreng mie yang sudah diadon dan dibentuk dalam mangkok-mangkok penggorengan. Minyak goreng yang dipakai harus mempunyai titik didih yang tinggi dan mengandung lemak rendah, sehingga hasil produksi tidak berbau tengik dan dapat bertahan lama. Minyak goreng didatangkan dari PT. Asianagro Tanjung Balai.

2.6.2. Uraian Proses

Uraian proses produksi pembuatan mie instan adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan Larutan Konsui

Larutan alkali atau larutan konsui adalah campuran formula-formula tertentu dengan air dengan komposisi formula dan air adalah 1 : 3, formula- Universitas Sumatera Utara formula yang dimaksud adalah komposisi dari sodium polipospat, sodium karbonat, garam, karboksimentil, selulosa, tetrazine yang berfungsi untuk memberi warna, mengatur keasaman, mengentalkan dan member rasa dari mie yang dibuat. Dikatakan larutan alkali karena bersifat basa dengan pH 9-10. Pencampuran dan pengadukan larutan alkali ini dilakukan di tangki konsui selama ± 1 jam sehingga larutan homogen, lalu larutan ini dialirkan ke mesin mixer. Untuk satu adonan dibutuhkan 70 liter larutan alkali. Larutan alkali ini digunakan untuk campuran dalam pengadukan tepung terigu dan tepung tapioka menjadi adonan pembentuk mie di mesin mixer.

2. Pencampuran Pengadukan di Mesin

Mixer Tepung terigu sebanyak 9 sak 225 kg dan tepung tapioca sebanyak 10 kg yang berada di lantai I lantai produksi dipompakan melalui screw conveyor ke mesin mixer yang berada pada lantai II. Pengadukan tepung terigu dan tepung tapioka merupakan tahap awal proses pembuatan mie instan ini. Proses ini merupakan proses pencampuran tepung terigu dan tepung tapioka dengan larutan alkali pada temperatur 30 – 36 C selama 12-18 menit, dengan kecepatan 60-70 rpm. Pengadukan dilakukan secara perlahan-lahan sampai terbentuk adonan yang homogen dan memiliki tekstur yang elastis. Adonan yang dihasilkan berwarna kuning muda, yang tidak menggumpal tidak mudah pecahhancur. Adonan yang baik adalah adonan yang lembut dan kadar airnya cukup. Proses kerja mesin mixer ini diatur melalui sebuah panel control untuk mengetahui suhu, waktu, dan kecepatan pengadukan. Universitas Sumatera Utara

3. Penampungan di Mesin

Feeder Bila pencampuran selesai yang berarti telah terbentuk adonan yang baik menurut standar produk maka tutup bagian bawah damper mesin mixer terbuka dan adonan ditampung oleh mesin feeder yang berada tepat di bawah mesin mixer di lantai I, sehingga adonan dapat berpindah hanya dengan menggunakan gaya gravitasi. Mesin feeder ini berfungsi sebagai tempat penampungan adonan untuk diratakan dan juga untuk mengatur jumlah adonan yang akan di press, agar adonan yang akan di press rata. Proses kerja mesin feeder ini diatur melalui sebuah panel control sehingga proses dapat berjalan secara kontiniu selama masih ada adonan di dalam mesin ini. Mesin ini juga dilengkapi sensor infra merah, yang akan mengatur jumlah adonan yang akan jatuh ke mesin press.

4. Pengepresan di Mesin

Press Dari mesin feeder, adonan didorong sedikit demi sedikit ke mesin press dengan menggunakan roller-roller press yang akan menekan dan menipiskan adonan menjadi lembaran-lembaran. Di mesin press terdapat 2 pasang secara seri. Dari masing-masing roller akan keluar lembaran-lembaran dengan ketebalan yang semakin kecil. Pada hasil output roller ke-8 akan memberikan ketebalan yang dikehendaki yaitu pada toleransi antara 1,0-1,2 mm. Ketebalan dari lembaran adonan ini selalu dikendalikan dengan menyetel setiap pasangan-pasangan roller. Universitas Sumatera Utara Lebar lembaran adonan adalah 80 cm dan lembaran yang dihasilkan tidak boleh putus atau berlubang, bersifat elastis dan tidak tegang.

5. Penyisiran di Mesin

Slitter Mesin slitter atau penyisir terletak tepat berada di ujung mesin press. Lembaran adonan yang keluar dari roller terakhir mesin press akan masuk ke mesin slitter penyisir. Kemudian lembaran dipotong-potong menjadi mie yang berukuran sekitar 1 mm dengan mesin slitter. Kemudian mie diuntai dibuat bergelombang dengan menampung mie hasil sisiran dari slitter pada conveyor dengan kecepatan yang lebih kecil dari kecepatan keluaran potongan-potongan mie dari mesin slitter. Kecepatan yang lebih kecil atau lebih lambat ini dibuat dengan tujuan agar potongan-potongan mie menjadi menumpuk, sehingga mie menjadi mengendur dan akhirnya bergelombang dan keriting. Selanjutnya mie dilewatkan pada alat pemisah yang berbentuk roda-roda yaitu alat-alat yang membagi-bagi mie menjadi 5 bagian. Perbedaan kecepatan dari motor conveyor dengan motor slitter juga digunakan untuk menentukan berat mie yang akan diproduksi. Jika conveyor bergerak lambat maka gelombang mie akan rapat yang berarti akan semakin berat dan sebaliknya.

6. Penguapan atau Pengukuran di

Steam Box Selanjutnya untaian mie yang selalu berada di atas conveyor dilewatkan melalui steam box. Steam box ini sepanjang ± 12 meter berisi uap panas 100 C Universitas Sumatera Utara yang dialirkan dari boiler dan dilewati mie selama 1 menit. Disini dimasak dengan cara mengukur karena hanya menggunakan uap panas atau tanpa kontak dengan api. Pengukuran mempunyai tujuan : a. Mendapatkan mie dengan kematangan yang baik b. Menghasilkan mie dengan tekstur yang empuk dan elastis c. Mempercepat pemasakan mie pada saat dikonsumsi oleh konsumen. Kemudian dari steam box untaian mie dilewatkan melalui 2 unit kipas angin fan untuk menurunkan suhu dari mie agar dapat diproses pada proses selanjutnya.

7. Pemotongan dan Pelipatan di Mesin

Cutter Untaian mie yang dilewatkan melalui 2 unit kipas angin fan untuk menurunkan suhu dimaksudkan agar mie tidak terlalu lembek untuk dipotong dan dilipat dengan alat pelipat. Cutter ini terdiri dari pisau pemotong dan alat pelipat sendiri dari cangkul-cangkul pelipat. Untaian mie pada akhir conveyor dilewatkan pada mesin pemotong dan kemudian untaian mie tersebut dipotong berdasarkan ukuran panjang yang ditentukan yaitu sekitar 24 cm dan kemudian untaian mie yang telah dipotong dilipat dengan cangkul pelipat yang tepat berada dibawah pisau pemotong, sehingga panjang mie hasil lipatan menjadi 12 cm. Universitas Sumatera Utara

8. Pendistribusian

Kemudian mie yang telah dilipat dijatuhkan ke conveyor distribusi yang membawa potongan-potongan mie conveyor penggorengan yang berisi mangkok- mangkok. Dalam letakkan mie dari bagian distribusi sering mie yang dijatuhkan tidak tepat pada mangkok karena kecepatan antara conveyor tidak sama. Untuk menghindari hal ini perusahaan menggunakan tenaga karyawan untuk mengatur atau meletakkan mie pada mangkok.

9. Penggorengan

Prinsip penggorengan mie adalah pengeringan mie basah dengan media minyak goreng pada temperatur tinggi sehingga mencapai kadar air tertentu dengan tujuan membentuk mie kering yang matang, renyah, gurih, tahan lama, dan siap dikemas. Mie yang dimasukkan ke dalam mangkok-mangkok penggorengan ditutup dengan jarring-jaring yang bertujuan untuk menjaga mie agar tidak mengembang melebihi ukuran yang diinginkan dan tidak mengapung saat digoreng. Mangkok-mangkok conveyor dilewatkan dalam penggorengan yang telah berisi minyak yang telah dipanaskan. Penggorengan berbentuk memanjang sekitar 6 meter dan dilalui conveyor dengan kecepatan sangat lambat. Sebelum penggorengan dimulai, minyak dipanaskan dulu dengan pipa-pipa panas yang dipanaskan oleh uap panas dari boiler dengan tekanan 0,5 kgcm 2 . Dibagian awal penggorengan sekitar 135 C, dibagian tengah 165 C dan dibagian ujung 150 C. Universitas Sumatera Utara Minyak yang telah dipakai untuk menggoreng lalu dialirkan kembali ke heat exchanger, agar panasnya tetap. Lalu dipompakan kembali ke penggorengan. Lama penggorengan sekitar 2 menit. Mie keluar dari penggorengan dijatuhkan ke conveyor lain yang berbentuk jaring-jaring. Ini dimaksudkan untuk meniriskan sisa minyak dari penggorengan.

10. Pendinginan

Potongan-potongan mie yang telah digoreng kemudian dibawa ke mesin pedingin cooling fan dengan menggunakan conveyor. Pendinginan mie ini dilakukan di dalam cooling box dengan menghembuskan udara kearah mie melalui kipas angin yang ditempatkan sedemikian rupa di dalam cooling box. Adapun jumlah kipas angin yang berada dalam mesin pendingin adalah 20 unit. Tujuan pendinginan mie adalah untuk mengeringkan minyak yang bersisa saat penggorengan. Sehingga mie menjadi benar-benar kering dan tidak berbau tengik dan tahan lama. Proses pendinginan berlangsung selama 2 menit. Temperatur ideal untuk produk akhir ialah pada temperatur kamar atau suhu sekitar 27 C.

11. Pembungkusan

Setelah mie didinginkan dan keluar dari cooling fan, mie didistribusikan oleh conveyor menjadi 2 jalur dan di bawa ke mesin pembungkus di bagian kiri dan bagian kanan. Di pembungkusan, mie yang bergerak akan melewati operator yang bertugas menyusun dan membenarkan letak mie berdasarkan panjangnya Universitas Sumatera Utara dan memeriksa mie yang layak dibungkus. Operator pengisian mie memeriksa agar setiap conveyor pada mesin pembungkus berisi mie. Selanjutnya operator pengisi bumbu memasukkan bumbu ke setiap mie sesuai dengan rasa dan jenis mie dan kemudian conveyor mie berjalan menuju pembungkus dimana plastik pembungkus telah ada pada mesin tersebut. Mesin ini dilengkapi dengan sensor yang member nomor produksi dari masing-masing mie dan tanggal penggunaan yang diperbolehkan. Pembungkusan ini mempunyai tujuan sebagai berikut : a. Melindungi produk dari kotoran debu dan bahan lain yang dapat mencemari. b. Mencegah proses oksidasi lebih lanjut dari oksigen yang berasal dari udara dan sinar matahari. c. Memberi daya tarik sehingga lebih mampu bersaing terhadap produk-produk sejenis lainnya. d. Memberi informasi pada konsumen tentang cara penggunaan, kandungan gizi dan hak produk secara hukum.

12. Pengepakan

Dipengepakan, mie dikemas ke dalam karton-karton yang masing-masing berisi 40 bungkus. Mie dimasukkan ke dalam karton dengan cara manual. Kemudian karton atau kardus ditutup dengan selotip oleh mesin khusus selanjutnya dibawa ke gudang bahan jadi untuk disimpan. Di kotak karton dicantumkan jenis mie, isi karton, tanggal produksi, batas tanggal pemakaian produk, kode produksi dan nama perusahaan. Universitas Sumatera Utara 2.7. Mesin dan Peralatan 2.7.1. Mesin

2.7.1.1. Mesin Pada Produksi

Mesin untuk proses produksi yang digunakan dalam pembuatan mie instan adalah sebagai berikut:

1. Mesin Screw Conveyor

Induction motor : 3 Unit Type : 90-LG Putaran : 910 rpm Daya : 10 kW Tegangan : 220380 Volt Fungsi : Untuk Menghisap tepung terigu dan tepung dan tepung tapioka oleh screw conveyor di dilantai I ke mixer di lantai II sebanyak 235 kg selama 3 menit.

2. Mixer

Induction motor : Super line Type : SF-JR Putaran : 1420 rpm Daya : 11 kW Tegangan : 380 Volt Universitas Sumatera Utara Fungsi : Untuk Mencapur dan menganduk tepung terigu bersama tepung tapioka dengan larutan alkali sampai menjadi adonan selama 15 menit

3. Mesin Feeder

Type : SF-JH Putaran : 1420 rpm Daya : 2,2 kW Tegangan : 220 Volt Fungsi : Menampung dan memecahkan gumpalan adonan ke mesin press. Sparepart : a. Box transmisi b. Tali Kipas c. Bearing dan rumah bearing d. Rantai double e. Sprocket f. Motor feeder g. Pulleyz pada motor feeder dan box tranmisi

4. Mesin Press Roller

Putaran : 1440 rpm Daya : 5,5 kW Tegangan : 380 Volt Fungsi : Merubah bentuk dari adonan menjadi lembaran. Sparepart : a. Box transmisi Universitas Sumatera Utara b. Motor Press c. Rantai double d. Sprocket boss

5. Mesin Rolling Motor

Model : CM-6-800 Daya : 5,5 kW Tegangan : 380 Volt Putaran : 1440 rpm Fungsi : Menghindari terjadinya rongga-rongga pada lembar

6. Mesin Sliter

Asal : Jepang Fungsi : Merubah bentuk lembaran menjadi untaian dengan cara menyisir. Sparepart : a. Sliter b. Boss pada sisir sliter c. Sprocket

7. Mesin Steam Box

Pressure gauge : 0-5 kgcm 2 Asal : Jepang dengan merek Tokyo Menki Fungsi : Membasahi, mematangkan dan mengeringkan mie Sparepart : a. Box transmisi b. Rantai stainless c. Bearing Universitas Sumatera Utara d. Wire mash e. Variable speed reduser f. Sprocket boss g. Valve h. Karet-karet steam box dan fan.

8. Mesin Cutter

Puturan : 1410 rpm Kuat Arus : 1,2 Amp Daya : 0,4 kW Tegangan : 220 Volt Fungsi : Memotong dan melipat untaian mie menjadi kepingan mie. Sparepart : a. Cangkulan b. Pisau potong c. Roll karet d. Sprocket cutter e. Bearing f. Elektromotor

9. Mesin Fryer

Putaran : 1410 rpm Daya : 2,2 kW Tegangan : 220 Volt Universitas Sumatera Utara Kuat Arus : 1.2 Amp Fungsi : Menggoreng mie dan memberi aroma mie

10. Mesin Cooling Conveyor

Fan : 10 Unit FA 10 x 0,4 kW CCV 800 x 120 Cooling conveyor : 1 Unit Putaran : 1420 rpm Daya : 10,75 kW Tegangan : 380 volt Kuat Arus : 1,2 Amp Fungsi : Mendinginkan mie yang telah digoreng dan mengeringkannya. Sparepart : a. Fan b. Bearing c. Sprocket d. Cooling conveyor f. Motor

11. Mesin Unit Packing

Mesin ini berfungsi untuk membungkus mie. Dengan panjang etiket atau bungkus ini adalah 170 mm. Mesin ini dilengkapi dengan alat sensor yang dapat mengatur pemotongan mie dan pembungkusnya tidak terpotong Universitas Sumatera Utara sehingga mie terbungkus dengan baik. Mesin ini juga memberi nomor produksi dan tanggal penggunaan yang diperbolehkan. Mesin ini berasal dari jepang dengan merek Tokiwa. Sparepart dari mesin packing ini adalah : 1. Film Holder Film holder berfungsi sebagai tempat letak plastik pembungkus mie. 2. Forming Box Forming box berfungsi menentukan lebar dari pembungkus sesuai dengan produk. 3. Long Sealer Long sealer berfungsi sebagai alat perekat pembungkus dengan menggunakan elemen panas yang diatur oleh termokopel disuplai ke termocontrol dengan menggunakan arus listrik. Temperatur 230 – 250 C. Kecepatan potong 105 potong per menit. 4. Follow up motor Follow up motor berfungsi sebagai motor penggerak bila ada kesalahan pada film holder. 5. Bag Length Bag length berfungsi untuk mengetahui panjangnya pembungkus. 6. End Sealer Upperand Sealer Lower End sealer berfungsi sebagai alat perekat pembungkus dengan menggunakan elemen panas yang diatur oleh termokopel disuplai ke termocontrol dengan menggunakan arus listrik. Temperatur 170 – 200 C. Kecepatan potong 105 Universitas Sumatera Utara potong per menit. End sealer upper berguna untuk menutup pada bagian kiri dan kanan kemasan. 7. Discharge Conveyor Discharge conveyor berfungsi sebagai pembawa mie untuk dibungkus. 8. Follow up timing Follow up timing berfungsi sebagai penentuan letak pembukus suatu produk. 9. Data Printer Data printer berfungsi sebagai data printer 10. Counter Counter berfungsi untuk mengetahui jumlah produksi. 11. Tubbing Conveyor Tubbing conveyor berfungsi sebagai alat penekan bumbu dan minyak sebelum dibungkus. 12. Control Panel Control panel berfungsi sebagai panel pengontrol. 13. Mark Sensor Mark sensor berfungsi sebagai menentukan langkah pemotongan. 14. Stop Switch Stop Switch berfungsi sebagai tombol untuk menghentikan infeed conveyor. 15. Main Motor Main motor berfunsi sebagai motor induk penggerak keseluruhan mesin packing. Universitas Sumatera Utara

2.7.2. Peralatan

Untuk mendukung proses produksi diperlukan berbagai peralatan. Adapun jenis peralatan yang digunakan sebagai berikut: 1. Screw Conveyor Screw Conveyor berfungsi mengangkat tepung terigu dan tepung tapioka dari gudang bahan baku dilantai I ke lantai II. 2. Roller Conveyor Roller conveyor berfungsi untuk mengangkut mie yang telah dikemas. 3. Net Conveyor Net conveyor berfungsi untuk mengangkut mie yang telah dipotong ke fryer. 4. Cooling Conveyor. Cooling conveyor berfungsi untuk mengangkut mie yang telah digoreng ke cooling fan. 5. Plat Conveyor Plat conveyor berfungsi untuk mengangkut mie yang telah dikeringkan ke bagian pembungkus. 6. Belt Conveyor Belt conveyor berfungsi untuk mengangkut mie yang telah dibungkus ke bagian pengepakan. 7. Kereta Sorong Kereta sorong berfungsi untuk mengangkut karton yang telah berisi mie ke gudang bahan jadi. Universitas Sumatera Utara 8. Forklift Forklift berfungsi untuk mengangkut karton mie dari gudang bahan jadi ke truk. Forklift juga digunakan sebagai alat angkut bahan-bahan kebutuhan proses produksi. Universitas Sumatera Utara

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Konsep Lean

3.1.1. Defenisi Lean

Defenisi lean berdasarkan kamus bahasa Inggris diartikan sebagai perampingan, ataupun sesuatu yang tidak sesuai dengan proporsi dasarnya. Dalam bukunya Lean Thinking, Jaures Womack dan Daniet Jones mendefinisikan lean manufacturing sebagai suatu proses yang terdiri dari lima langkah: mendefinisikan nilai bagi pelanggan, menetapkan value stream, membuatnya “mengalir, ditarik oleh pelanggan, dan berusaha keras untuk mencapai yang terbaik. Untuk menjadi perusahaan manufaktur yang lean diperlukan suatu pola pikir yang terfokus pada membuat produk mengalir melalui proses penambahan nilai tanpa interupsi one-piece flow, suatu sistem “tarik yang berawal dari permintaan pelanggan, dengan hanya menggantikan apa yang diambil oleh proses berikutnya dalam interval yang singkat, dan suatu budaya dimana semua orang berusaha keras melakukan peningkatan secara terus-menerus 1 Tujuan utama dari implementrsi lean adalah untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi waste dari suatu stasiun kerja. Eliminasi waste dilakukan dengan mengidentifkasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah terhadap konsumen karena aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dapat menambah waktu 1 Likert,J.K. 2006. The Toyota Way. Jakarta:Penerbit Erlangga Universitas Sumatera Utara dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan pada akhirnya akan mengurangi produktivitas dari tiga faktor produksi yang mempengaruhi efisiensi proses antara lain pekerja peralatan, dan fasilitas 2 Pendekatan lean biasa dianggap sebagai perpanjangan dan kombinasi dari dua pendekatan terdahulu yaitu craft production dan mass production. Craft Lean pada awalnya merupakan terminologi yang digunakan untuk mendeskripsikan pendekatan yang dilahirkan di industri otomotif Jepang yaitu Toyota untuk membedakannya dengan pendekatan produksi massal yang ada di Barat. Pendekatan lean yang diterapkan di pabrik Toyota kemudian disarikan oleh Womack dan Jones dalam bukunya Lean Thinking menjadi lima prinsip berikut: l. Identifikasi apa yang memberikan nilai dan apa yang tidak dilihat dari sudut pandang pelanggan dan bukan dari perspektif organisasi, fungsi dan departemen. 2. Identifikasi langkah-langkah yang diperlukan untuk merancang, memesan dan memproduksi produk di sepanjang aliran proses nilai tambah untuk menandai adanya pemborosan. 3. Buat kegiatan yang memberikan nilai tambah mengalir tanpa gangguan, berbalik atau menunggu 4. Buatlah hanya yang diminta oleh pelanggan. 5. Berupayalah untuk sempurna dengan secara kontinyu mengurangi pemborosan.

3.1.2. Keunggulan dan Tujuan Pendekatan Lean

2 Bass, Issa and Barbara Lawton.2006. The Lean Six Sigma Universitas Sumatera Utara production pada intinya adalah kegiatan produksi yang dilakukan dalam skala yang sangat kecil. Karena tidak adanya kemampuan untuk menciptakan standar, tidak ada dua produk yang identik. Pada perusahaan yang beroperasi dengan craft production, tenaga kerja biasanya terampil untuk membuat rancangan produk maupun memproduksi rancangan tersebut. Untuk mengakomodasikan kebutuhan produksi yang bervariasi, mesin-mesin dan alat produksi lainnya bersifat fleksibel dan bisa melakukan multifungsi. Di sisi lain, mass production menekankan pentingnya jumlah output persatuan waktu dan variasi produk bukan merupakan isu yang penting. Pendekatan lean mengkombinasikan kedua pendekatan terdahulu tersebut. Fokus utamanya adalah efisiensi tanpa mengurangi efektivitas proses. Untuk mendukung tujuan ini tenaga kerja biasanya memiliki berbagai keahlian. Hirarki manajemen terpendek sehingga disamping biaya-biaya berkurang, juga terjadi penurunan waktu koordinasi serta peningkatan otonomi di level hirarki yang lebih rendah. Pendekatan lean juga menyadari bahwa penciptaan proses-prosesnya yang efektif dan efisien juga berarti perusahaan harus melihat sumber-sumber pemborosan ke luar organisasi. Mengurangi jumlah defect berarti mengajak supplier meningkatkan kualitas material yang dikirim serta mengajak perusahaan jasa pengiriman untuk menciptakan dan menerapkan standar kualitas pengiriman. Dengan demikain, pihak-pihak di luar organisasi ikut dirangkul untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Karena tantangan untuk melayani pelanggan yang semakin kritis dan siklus hidup produk yang semakin pendek pendekatan lean juga didasari oleh Universitas Sumatera Utara prinsip fleksibilitas. Salah satu implikasinya, fasilitas produksi harus cukup fleksibel dan bisa melakukan multifungsi. Karakteristik pendekatan system produksi craft, massal dan lean dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.l. Era yang Berbeda pada Industri otomotif Diadaptasi dari The Machine that Changed the World Craft Mass Lean Tenaga Kerja Terampil membuat rancangan produk dan mengoperasikan mesin. Spesialisasi tenaga kerja namun dimungkinkan retasi dari satu pekerjaan ke yang lain Tim bersifat fleksibel, hirarki manajemen sedikit, setiap lapisan dijajaran organisasi punya tanggung jawab perbaikan Organisasi Sangat terdesentralisasi tetapi konsentrasi di satu kota Integrasi vertikal. Kegiatan perancangan, teknik dan produksi ada di satu tempat Jaringan supplier dengan kemampuan perancangan dan teknik. Perbaikan terjadi di sepanjang supply chain Alat Peralatan multi fungsi general purpose Mesin-mesin khusus dedicated Multi fungsi Produk Volume produksi sangat rendah dan tidak ada produk yang sama atau identik Volume produksi tinggi, siklus hidup produk panjang. Siklus hidup produk menurun. Konsep lean merupakan konsep perampingan yang fokus utamanya adalah efisiensi tanpa mengurangi efektivitas proses. Mekong Capitals mendefinisikan lean manufacturing yang disebut juga lean production sebagai sekumpulan alat dan metodologi yang mempunyai tujuan untuk mengeliminasi waste secara kontinue dalam proses produksi. Keuntungan utama yang diperoleh adalah biaya produksi lebih rendah output meningkat dan lead time produksi lebih pendek. Secara lebih spesifik beberapa tujuan lean production artara lain sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara l. Defects dan wastage Mengurangi defect dan scrap yang tidak diperlukan termasuk penggunaan input bahan baku yang berlebihan, defect yang dapat dicegah, biaya yang dihubungkan dengan pengulangan proses untuk item yang cacat, dan karakteristik produk yang tidak diperlukan dimana tidak sesuai dengan keinginan customer. 2. Cycle Time Mengurangi manufacturing lead time dan waktu siklus produksi dengan mengurangi waktu tunggu antar proses. 3. Inventory Levels Meminimumkan inventory levels pada semua tahap produksi per bagian pada work-in progress antar tahap pemrosesan. Inventory yang lebih rendah berarti membutuhkan working capltal yang lebih rendah juga. 4. Labor productivity Meningkatkan produktivitas tenaga kerja dengan mengurangi waktu idle dari pekerja dan memastikan bahwa pekerja sedang melakukan pekerjaannya, mereka menggunakan usaha yang seproduktif mungkin dalam bekerja tidak melakukan tugas yang tidak diperlukan atau gerakan yang tidak perlu. 5. Utilizatian of equipment and space Penggunaan peralatan dan ruang manufacturing lebih efisien dengan mengeliminasi bottleneck dan memaksimumkan tingkat produksi dengan peralatan yang ada, meminimasi downtime mesin. Universitas Sumatera Utara 6. Flexibility Mempunyai kemampuan untuk memproduksi produk lebih fleksibel dengan meminimumkan change over cost dan change over time. 7. Output Mengurangi waktu siklus, meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mengeliminasi bottleneck dan downtime mesin yang dapat dicapai, perusahaan dapat meningkatkan output secaras signifikan dengan fasilitas yang ada.

3.1.3. Prinsip Utama Pendekatan Lean

Konsep Lean Thinking ini diprakarsai oleh sistem produksi Toyota di Jepang. Lean dirintis di Jepang oleh Taichi Ohno dan Sensei Shigeo Shingo dimana implementasi dari konsep ini didasarkan pada 5 prinsip utarna Hines dan Taylor,2000 yaitu: 1. Specify value Menentukan apa yang dapat memberikan nilai dari suatu produk atau pelayanan dilihat dari sudut pandang konsumen bukan dari sudut pandang perusahaan. 2. Identify whole value stream Mengidentifikasikan tahapan-tahapan yang diperlukan mulai dari proses desain pemesanan dan pembuatan produk berdasarkan keseluruhan value stream untuk menemukan pemborosan yang tidak memiliki nilai tambah non value adding waste. Universitas Sumatera Utara 3. FIow Melakukan aktivitas yang dapat menciptakan suatu nilai tambah adanya gangguan proses rework, aliran balik, aktivitas menunggu waiting ataupun sisa produksi. 4. Palled Hanya membuat apa yang diinginkan oleh konsumen. 5. Perfection Berusaha mencapai kesempurnaan dengan menghilangkan waste pemborosan secara bertahap dan berkelanjutan. Untuk dapat menerapkan lean production, pemahaman tentang nilai yang didefinisikan oleh customer menjadi hal yang sangat fundamental. Hal yang pertama harus dilakukan adalah mengeliminasi atau mengurangi waste dari aktivitas-aktivitas dalam value strearn,dimana customer tidak berkeinginan untuk membayar aktivitas-aktivitas tersebut. Dalam konteks ini akan dibedakan aktivitas-aktivitas menjadi tiga yaitu: l. Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah non-value adding dan bisa direduksi atau dihilangkan. 2. Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah tapi perlu dilakukan necessary but non-value adding 3. Aktivitas yang memberikan nilai tambah value adding. Aktivitas produksi, yaitu mengubah bahan baku meniadi prduk setengah jadi atau produk jadi adalah kegiatan yang memberikan nilai tambah. Nilai Universitas Sumatera Utara tambah tersebut harus dikaitkan dengan perspektif pelanggan. Artinya perubahan bahan baku menjadi produk jadi adalah sesuatu yang punya nilai bagi pelanggan karena produk tersebut punya fungsi atau bisa dimanfaatkan oleh pelanggan. Kegiatan memindahlkan material tidak memberikan nilai tambah namun sering kali tidak bisa dihilangkan kecuali dengan melakukan perombakan dramatis pada tata letak fasilitas produksi. Demikian halnya dengan kegiatan transportasi dan penyimpanan. Kedua kegiatan ini tidak memberikan nilai tambah namun sering kali harus dilakukan. 3 1. Type one waste

3.1.4 Jenis-Jenis Pemborosan

Pada dasarnya dikenal dua kategori utama pemborosan yaitu : Adalah aktivitas kerja yang tidak menciptakan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output, namun aktivitas itu pada saat sekarang tidak dapat dihindarkan karena berbagai alasan. Misalnya, aktivitas inspeksi dan penyortiran dari perspektif lean merupakan aktivitas tidak bernilai tambah sehingga merupakan waste. Dalam jangka panjang type one waste ini sering disebut sebagai incidental work yang termasuk ke dalam aktivitas tidak bernilai tambah non value adding work or activity 2. Type two waste Merupakan aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah dan dapat dihilangkan dengan segera. Misalnya, menghasilkan produk cacat defect 3 Pujawan, I Nyoman.2005. Supply Chain Management. Surabaya:Guna Widya Universitas Sumatera Utara atau melakukan kesalahan error yang harus dapat dihilangkan dengan segera. Type two waste ini sering disebut sebagai waste saja, karena benar- benar merupakan pemborosan yang harus dapat diidentifikasi dan dihilangkan dengan segera. Secara umum kita mengenal ”seven plus one” types of waste seperti pada penjelasan berikut :

1. Overproduction

Memproduksi lebih dari pada kebutuhan pelanggan internal dan eksternal, atau memproduksi lebih cepat atau lebih awal dari pada waktu kebutuhan pelanggan. 2. Delays waiting time Keterlambatan yang tampak melalui orang-orang yang sedang menunggu mesin, peralatan, bahan baku, suppliers, perawatanpemeliharaan maintanace, atau mesin-mesin yang sedang menunggu perawatan, orang- orang, bahan baku, peralatan.

3. Transportation

Memindahkan material atau orang dalam jarak yang sangat jauh dari suatu proses ke proses berikut yang dapat mengakibatkan waktu penanganan material bertambah.

4. Processes

Mencakup proses-proses tambahan atau aktivitas kerja yang tidak perlu atau tidak efisien. Universitas Sumatera Utara

5. Inventories

Pada dasarnya inventories menyembunyikan masalah dan menimbulkan aktivitas penanganan tambahan yang seharusnya tidak diperlukan. Inventories juga mengakibatkan extra paperwork, extra space, dan extra cost.

6. Motions

Setiap pergerakan dari orang atau mesin yang tidak menambah nilai kepada barang dan jasa yang akan diserahkan kepada pelanggan, tetapi hanya menambah biaya dan waktu saja 7. Defective products Scrap, rework, customer returns, customer dissatisfaction

8. Defective design

Desain yang tidak memenuhi kebutuhan pelanggan, penambahan features yang tidak perlu.

3.1.5. Metode DMAIC dalam Six Sigma

Dalam mengerjakan suatu proyek yang berkaitan dengan Six Sigma atau berkaitan dengan perbaikan kualitas dikenal kerangka berfikir yang dinamakan DMAIC Define-Measure-Analyze-Improve-Control. Sangat penting untuk mengikuti kerangka berfikir ini sehingga permasalahan yang akan diselesaikan benar-benar akan memberikan perbaikan yang menyeluruh kepada perusahaan. Oleh karena itu penting untuk mendalami setiap bagian dari metode DMAIC ini. Adapun lima tahap metodologi DMAIC tersebut yaitu: 1. Define adalah fase pertama dalam siklus DMAIC yang menentukan masalah , proses dan persyaratan pelanggan, karena siklus DMAIC iteratif, masalah Universitas Sumatera Utara proses, aliran dan persyaratan harus diverifikasi dan diperbaharui disepanjang fase-fase yang lain guna mendapat kejelasan. 2. Measure adalah fase kedua dalam siklus DMAIC, dimana ukuran-ukuran kunci diidentifikasi dan data dikumpulkan, disusun dan disajikan. 3. Analyze adalah fase ketiga dalam siklus DMAIC, dimana detail proses diperiksa dengan cermat untuk peluang-peluang. Yang perlu diperhatikan dalam fase ini adalah : a. data diinvestigasi dan diverifikasi untuk membuktikan akar masalah yang diperkirakan dan memperkuat pernyataaan masalah. b. Analisis proes meliputi meninjau peta proses untuk aktivitas bernilai tambah atau tidak bernilai tambah. 4. Improve adalah fase keempat dalam siklus DMAIC, dimana solusi-solusi dan ide-ide secara kreatif dibuat dan diputuskan. Sekali masalah telah diidentifikasi, diukur dan dianalisis, maka dapat ditentukan solusi-solusi potensial untuk memecahkan masalah dalam pernyataan masalah dan mendukung pernyataan tujuan. 5. Control adalah tahap terakhir dalam metode DMAIC, dimana setelah solusi- solusi diestimasi, maka ukuran-ukuran tidak berhenti untuk mengikuti dan memverifikasi stabilitas perbaikan dari proses. 4

3.1.6. Critical To Quality CTQ

Critical To Quality adalah kebutuhan yang sangat penting dari produk yang diperlukan oleh pelanggan. Identifikasi CTQ membutuhkan pemahaman 4 Peter S Pande, Neuman, Robert P. Cavanagh, Ronald R, The Six sigma Way, Yogyakarta: Penerbit andi, 2002 hal 427-435 Universitas Sumatera Utara akan suara pelanggan yaitu kebutuhan pelanggan yang diekspresikan dalam bahasa pelanggan itu sendiri. Perusahaan yang bersangkutan harus dengan jelas mendefinisikan bagaimana karakteristik CTQ ini dapat diukur dan dilaporkan. CTQ yang merupakan karakteristik kualitas yang ditetapkan seharusnya berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik pelanggan yang diturunkan secara langsung dari persyaratan output dan pelayanan. Pada akhirnya, perusahaan tersebut harus menghubungkan pengukuran CTQ pada kunci proses dan pengendalian sehingga perusahaan dapat menentukan bagaimana meningkatkan proses. 5 a. Menentukan jenis persoalan pertama

3.1.7. Diagram Pareto

Pareto diagram adalah suatu diagram yang menggambarkan urutan masalah menurut bobotnya yang dinyatakan dengan frekuensinya. Kegunaannya adalah untuk: b. Membandingkan masing-masing jenis persoalan terhadap keseluruhan. c. Menunjukkan tingkat perbaikan yang berhasil dicapai d. Membandingkan hasil perbaikan masing-masing jenis persoalan sebelum dan sesudah perbaikan Langkah-langkah pembuatan pareto diagram sebagai berikut: a. Stratifikasi dari problem, dinyatakan dalam angka 5 Peter S Pande, Neuman, Robert P. Cavanagh, Ronald R, The Six sigma Way hal.31 Universitas Sumatera Utara b. Tentukan jangka waktu pengumpulan data yang akan dibahas untuk untuk memudahkan melihat perbandingan sebelum dan sesudah penanggulangan. c. Atur masing-masing penyebab secara berurutan sesuai besarnya nilai dan gambarnya dalam grafik kolom. Penyebab dengan nilai yang lebih besar terletak disisi kiri. d. Gambarkan grafik garis yang menunjukkan jumlah persentase total 100 pada bagian atas grafik kolom dimulai dengan nilai yang terbesar dan dibagian bawah keterangan kolom tersebut. e. Pada bagian atas dan samping berikan keterangan nama diagram dan jumlah unit seluruhnya. 6

3.1.8. Diagram Sebab Akibat Cause-effect Diagram

Cause-effect Diagram adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat diagram ini digunakan untuk menganalisis persoalan dan faktor yang menimbulkan persoalan yang terjadi. Prinsip yang dipakai untuk membuat diagram sebab-akibat ini adalah sumbang saran brainstorming. Untuk mempermudah menemukan faktor penyebab, pada umumnya faktor-faktor tersebut dikelompokkan dalam 5 faktor utama yaitu man, machine, material, method serta environment. Langkah pertama dalam membuat diagram sebab-akibat adalah tim proyek mengidentifikasi akibat atau masalah kualitas. Ini ditempatkan di sisi kanan kertas yang besar oleh pemimpin team. Kemudian penyebab-penyebab utama 6 Iskandar Indranata Pendekatan Kualitatif untuk Pengendalian Kualitas Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia 2008, hal 239-242 Universitas Sumatera Utara diidentifikasi dan ditempatkan di diagram. Langkah selanjutnya adalah mencari faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh pada faktor utama tersebut. Tulis faktor tersebut dikiri dan dikanan panah penghubung dan membuat panah dibawah faktor tersebut menuju garis penghubung. Dari diagram yang sudah lengkap cari penyebab utama dengan menganalisis data yang ada dan buatlah urutannya dengan memakai diagram Pareto. Bila analisa data tidak dapat dilakukan, pilihlah faktor-faktor yang diduga sangat berpengaruh dalam menentukan urutan menggambarkan pada diagram. 7 1. Pengukuran Waktu secara Langsung

3.2. Metode Pengukuran Waktu

Metode pengukuran waktu dapat dibagi dalam dua bagian yaitu: Yaitu pengukuran yang dilakukan di tempat dimana pekerjaan bersangkutan dijalankan. Terdiri atas dua jenis, yaitu: a. Metode Sampling Pekerjaan, yaitu pengamatan dilakukan pada waktu-waktu tertentu yang telah ditentukan secara acakrandom. b. Metode Jam Henti, yaitu dengan menggunakan instrumen stopwatch dimana metode ini baik diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang. Untuk membuat estimasi mengenai jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan, maka The Maytag Company mengusulkan pelaksanaan pengamatanpengukuran awal dari elemen kegiatan yang ingin diukur waktunya dengan ketentuan sebagai berikut: 7 Iskandar Indranata, Op.cit, hal 208-212 Universitas Sumatera Utara - 10 kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam siklus sekitar 2 menit atau kurang. - 5 kali pengamatan untuk kegiatan yang berlangsung dalam siklus waktu yang lebih besar dari 2 menit. 2. Pengukuran Waktu secara Tidak Langsung Yaitu pengukuran waktu yang dilakukan tanpa harus berada di tempat pekerjaan, tetapi dengan membaca grafik atau tabel yang tersedia. Pengukuran dilakukan terhadap pekerja yang diambil secara acak untuk mencari pekerja normal. Waktu yang diambil adalah waktu siklus dan beberapa pengujian yang dilakukan yaitu:

a. Uji Keseragaman Data Dan Uji Kecukupan Data

Pengujian keseragaman data dilakukan dengan menetapkan batas control atas dan batas kontrol bawah dari data sebaran tersebut. Penentuan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah tergantung pada tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang telah ditetapkan. Rumus yang digunakan dalam pengujian keseragaman data untuk stop watch adalah sebagai berikut : 1 2 − − = ∑ n X Xi σ BKA = X + k σ BKB = X - k σ Dengan : X = Nilai Rata-rata BKA = Batas Kontrol Atas Universitas Sumatera Utara σ = Standar Deviasi BKB = Batas Kontrol Bawah k = Tingkat Keyakinan = 99 ≈ 3 = 95 ≈ 2 Pengujian jumlah data dibutuhkan untuk melihat apakah data yang tersedia memenuhi tingkat keyakinan dan tingkat ketelitian yang telah ditetapkan. Uji kecukupan data dapat digunakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Dengan : N = Jumlah data pengamatan N’ = Jumlah data teoritis Jika N’ N, maka data pengamatan cukup Jika N’ N, maka data pengamatan kurang, dan perlu tambahan data.

b. Tingkat ketelitian dan Tingkat Keyakinan