Perbedaan Kemampuan Membaca Cerita Anak Kelompok Eksperimen

secara individu mereka juga mengisi bagian rumpang dari cerita yang diberikan oleh guru. Jadi siswa semakin paham dengan isi cerita. Selain memahami isi cerita, tingkat apresiasi siswa pada kelas ini juga tinggi. Hal ini karena tingkat pemahaman siswa tinggi maka tingkat apresiasinyapun juga meningkat. Terbukti siswa bisa menemukan manfaat ataupun nilai-nilai luhur setelah membaca cerita. Hal di atas sesuai dengan tujuan membaca yang disampaikan oleh Suryaman 2012:27, pembelajaran membaca sastra dalam dunia pendidikan ditujukan untuk meningkatkan apresiasi terhadap sastra agar siswa memiliki kepekaan terhadap sastra yang baik dan bermutu yang akhirnya menimbulkan keinginan untuk membacanya. Pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan pengertian tentang manusia dan kemanusiaan, mengenal nilai, mendapatkan ide-ide baru, meningkatkan pengetahuan sosial budaya, serta terbinanya watak dan kepribadian. Kegiatan pembelajaran pada kelompok pemetaan episodik hampir sama dengan langkah pembelajaran pada kelompok eksperimen pemetaan cerita rumpang. Pada strategi ini, setelah siswa selesai membaca, mereka juga memetakan cerita dalam bentuk bagan. Tetapi, unsur yang dipetakan berbeda, unsur yang dipetakan adalah latar, masalah, klimaks major episodik , kesimpulan, tema. Ada beberapa kesulitan yang dialami siswa, diantaranya merekamasih bingung dalam menentukan klimaks major episodik . Mereka masih asing dengan istilah major episodik . Guru membimbing siswa untuk mengatasi kesulitan itu dengan cara mengajak siswa untuk menguraikan cerita secara bersama-sama sampai siswa paham.Pada strategi ini siswa lebih unggul dalam memetakan alur cerita karena pada strategi ini lebih ditekankan agar siswa lebih ingat dengan isi cerita. Namun, siswa lemah dalam hal memetakan unsur cerita lain seperti tokoh, sudut pandang. Setelah diberi perlakuan, selanjutnya memberikan pascates untuk mengetahui perbedaan kemampuan antara kelompok eksperimen cerita rumpang dan kelompok pemetaan episodik. Dari analisis data memperlihatkan perbedaan yang signifikan dari hasil pascates dari dua kelompok strategi tersebut. Terbukti dari hasil pascates analisis uji-t yang dilakukan menunjukkan bahwa besar nilai p 0,0000,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat perbedaan kemampuan yang signifikan antara kelompok eksperimen pemetaan cerita rumpang dan kelompok pemetaan episodik terhadap kemampuan membaca cerita. Berdasarkan peningkatan nilai prates dan pascates dari kelompok eksperimen pemetaan cerita rumpang dan kelompok pemetaan episodik. Nilai rata-rata prates kelompok eksperimen pemetaan cerita rumpang adalah 66,31; yang meningkat menjadi 78,99 pada saat pascates. Hal ini menunjukkan bahwa pada nilai prates dan pascates kelompok eksperimen pemetaan cerita rumpang terdapat perbedaan yang signifikan. Begitu juga dengan nilai rata-rata kelompok pemetaan episodik pada saat prates dan pascates sebesar 66,32 menjadi 73,20 pada saat pascates. Kemampuan membaca cerita anak kelompok eksperimen pemetaan cerita rumpang dan kelompok pemetaan episodik sama-sama mengalami peningkatan. Akan tetapi, peningkatan kelompok eksperimen pemetaan cerita rumpang lebih tinggi. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran membaca cerita anak menggunakan strategi pemetaan cerita rumpang lebih efektif daripada pembelajaran menggunakan strategi pemetaan episodik.

2. Keefektifan Penggunaan Strategi Pemetaan Cerita Rumpang dalam

Pembelajaran Membaca Cerita Anak Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Klaten Keefektifan strategi pemetaan cerita rumpang dalam pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 3 Klaten dapat diketahui dari kenaikan nilai rata-rata pascates kelompok eksperimen pemetaan cerita rumpang dan kelompok pemetaan episodik. Berdasarkan hasil perhitungan data pascates kelompok eksperimen pemetaan cerita rumpang dan kelompok pemetaan episodik, terdapat perbedaan kenaikan nilai rata-rata prates dan pascateskemampuan membaca cerita antara keduanya. Kelompok eksperimen pemetaan cerita rumpang memiliki kenaikan nilai rata-rata sebesar 12,68 sedangkan pada kelompok pemetaan episodik sebesar 6,88. Kenaikan nilai rata-rata kelompok eksperimen pemetaan cerita rumpang yang lebih tinggi dari kelompok pemetaan episodik menunjukkan bahwa pembelajaran membaca cerita siswa kelas VII SMP Negeri 3 Klaten menggunakan strategi pemetaan cerita rumpang lebih efektif dibandingkan pembelajaran membaca cerita menggunakan strategi pemetaan episodik. Kemampuan membaca cerita anak kelompok eksperimen pemetaan cerita rumpang lebih efektif terbukti karena dalam strategi ini siswa lebih bisa memetakan semua unsur cerita yang ada dalam teks seperti tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, alur, tema, dan amanat. Semakin banyak unsur yang dipetakan siswa menjadi lebih paham dengan isi bacaan. Selain itu, untuk menambah pemahaman siswa, mereka juga diberi tugas mengisi bagian rumpang dari cerita. Hal ini juga menjadi keunggulan strategi pemetaan cerita rumpang karena saat siswa menguraikan cerita ada beberapa bagian yang sudah diisi oleh guru, siswa tinggal mengisi bagian yang rumpang saja. Siswa menjadi lebih bersemangat dalam memetakan cerita. Nilai siswa pada saat prates dan pascates dari kelompok eksperimen pemetaan cerita rumpang hampir semua mengalami kenaikan. Siswa yang mengalami kenaikan nilai yang lebih tinggi sebagian besar adalah yang memperoleh nilai rendah saat prates. Hal ini terjadi karena pada saat prates siswa belum mempunyai strategi khusus yang dapat mempermudah siswa dalam membaca cerita anak dan motivasi untuk mengerjakan soal masih rendah. Setelah diberi perlakuan motivasi siswa lebih tinggi sehingga saat pascates hasilnya mengalami peningkatan yang lebih baik dibandingkan saat prates. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa keunggulan strategi pemetaan cerita rumpang cocok digunakan untuk menaikkan nilai siswa yang kemampuan awalnya rendah. Siswa yang mempunyai kemampuan awal hasil prates lebih tinggi kenaikan nilai pascatesnya tidak setinggi siswa yang memperoleh nilai prates rendah. Hal ini dikarenakan siswa pada kelompok ini merasa sudah bisa sehingga kurang bersungguh-sungguh saat perlakuan dan mengerjakan soal. Inilah yang menjadi kelemahan strategi pemetaan cerita rumpang, yaitu tidak cocok digunakan bagi siswa yang sudah mempunyai kemampuan awal yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa penggunaan strategi pemetaan cerita rumpang efektif digunakan dalam pembelajaran membaca cerita anak siswa kelas VII SMP 3 Klaten. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ageng Pangestuti. Penelitian Ageng Pangestuti menggunakan strategi pengamatan terarah dalam pembelajaran membaca cerita anak. Walaupun strategi yang digunakan berbeda tetapi langkah yang dilakukan hampir sama yaitu memetakan semua unsur instrinsik yang ada dalam cerita dan sama-sama membahas tentang cerita anak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pengamatan terarah efektif digunakan dalam pembelajaran membaca cerita anak.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini secara keseluruhan berjalan dengan lancar. Walaupun ada beberapa keterbatasan yang dihadapi peneliti, antara lain sebagai berikut. 1. Penelitian ini masih terbatas pada kemampuan membaca cerita anak saja, belum mencakup kemampuan membaca yang lain. 2. Penelitian ini juga terbatas pada waktu pelaksanaan sehingga penerapan strategi dalam pembelajaran kurang optimal. 3. Buku penunjang materi yang digunakan siswa di kelas masih minim. Ada beberapa siswa yang tidak mempunyai buku paket sebagai sumber belajar sehingga siswa hanya menggunakan LKS sebagai sumber belajar. Keadaan tersebut mengakibatkan pengetahuan siswa tentang sastra masih rendah. 69

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan membaca cerita anak antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi pemetaan cerita rumpang dan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi pemetaan episodik pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Klaten. Hal tersebut ditunjukan oleh hasil perhitungan uji-t nilai pascates kelompok eksperimen pemetaan cerita rumpang dan kelompok pemetaan episodik yang memiliki t hitung 3,817 dengan db 74 pada taraf signifikansi 5 dan nilai p sebesar 0,000. Data tersebut menunjukkan bahwa nilai p 0,05, yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan. Selanjutnya, pembelajaran membaca cerita anak menggunakan strategi pemetaan cerita rumpang lebih efektif dibandingkan pembelajaran membaca cerita anak menggunakan strategi pemetaan episodik pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Klaten. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan nilai rata-rata nilai pascates. Kelompok eksperimen pemetaan cerita rumpang mengalami kenaikan sebesar 12,68 sedangkan kelompok pemetaan episodik sebesar 6,88. Kenaikan nilai rata- rata kelas eksperimen pemetaan cerita rumpang lebih tinggi daripada kelas pemetaan episodik. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan pembelajaran membaca cerita anak menggunakan strategi pemetaan cerita rumpang lebih efektif dibandingkan menggunakan strategi pemetaan episodik.