cerita rumpang dan pemetaan episodik yang akan diteliti keefektifannya terhadap pembelajaran membaca sastra berupa cerita anak.
D. Penerapan Strategi Pemetaan Cerita Rumpang dan Pemetaan Episodik
dalam Pembelajaran Membaca Cerita Anak 1.
Strategi Pemetaan Cerita Rumpang
Strategi pemetaan cerita rumpang merupakan terjemahan dari strategi
Cloze Story Mapping
. Strategi ini merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran membaca. Strategi ini dikenalkan oleh D. Ray Reutzel pada tahun
1986. Menurut Reutzel via Wiesendanger, 2001: 170, strategi pemetaan cerita rumpang memberikan siswa pola pikir untuk mengatur, memonitor, dan
mengintegrasikan informasi yang diperoleh dari teks. Strategi pemetaan cerita rumpang menggabungkan bagian-bagian isi
dengan strategi pembuatan cerita untuk mempresentasikan konten struktur unsur intrinsik dan semantik dari teks. Strategi pemetaan cerita rumpang dapat
memperjelas struktur dan meningkatkan pemahaman. Kerangka kerja digunakan untuk mengatur, memonitor, dan mengintegrasikan informasi-informasi yang
didapat dari teks. Siswa mengintegrasikan informasi dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Strategi ini cocok untuk level awal untuk
memfasilitasi siswa yang membutuhkan bantuan terkait pemahaman atau organisasi, monitoring dan integrasi informasi.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan strategi pemetaan cerita rumpang yaitu: siswa membaca teks yang diberikan oleh guru. Setelah siswa membaca teks
lalu membuat daftar ringkasan dari gagasan utama, kejadian, karakter berdasarkan
urutan kemunculan dalam teks, yang dimaksud dalam hal ini adalah siswa mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dalam cerita yang telah dibaca.
Selanjutnya, guru menyuruh siswa untuk berkelompok. Setelah berkelompok, siswa berdiskusi dengan kelompoknya mengenai identifikasi unsur intrinsik yang
sebelumnya telah mereka kerjakan sendiri. Setelah siswa selesai berdiskusi, guru menunjukkan contoh peta cerita rumpang.
Selanjutnya, secara berkelompok siswa membuat peta cerita dengan cara meletakkan gagasan utama pada lingkaran atau bentuk lain ditengah peta tersebut.
Setelah itu, siswa membuat garis-garis yang menghubungkan lingkaran di tengah dengan kejadiankarakter lainnya. Garis-garis ini ditempatkan simetris mengitari
lingkaran di tengah yang mengandung gagasan utama. Lalu, siswa menuliskan kejadian-kajadian pada garis yang telah dibuat. Hampir serupa, masukkan sub
kejadian dan sub konsep pada kejadiankonsep utama. Siswa dapat memvariasikan bentuk untuk mencakup gagasan-gagasan tersebut agar struktur peta dapat lebih
mudah dipahami, contohnya, dapat menggunakan satu bentuk yang sama untuk menandai gagasan pokok, bentuk lain untuk gagasan penjelaspendukung. Siswa
juga dapat menggunakan berbagai warna jika diinginkan. Setelah siswa selesai memetakan cerita, langkah selanjutnya yaitu, guru
memberikan peta cerita yang telah dirumpangkan sebelumnya kepada siswa. secara individu siswa menjawabmengisi bagaian yang rumpang. Hal ini
dilakukan untuk mengukur dan memperdalam pemahaman siswa terhadap cerita. Apabila siswa telah selesai mengisi bagian yang rumpang, selanjutnya siswa dan
guru berdiskusi mengenai jawaban yang benar mengenai bagian yang rumpang.