Wisata Belajar di Kebun Binatang

16 Dari sekian banyak kelebihan yang diperoleh siswa dengan mengikuti wisata belajar, terdapat beberapa kekurangan dari kegiatan wisata belajar ini. Seperti yang dikemukakan oleh Humasah 2013:55, kekurangan dari wisata belajar yaitu: a. Persiapan harus matang dan cenderung memakan waktu yang cukup lama. b. Biaya yang relatif tinggi dan sarana prasarana yang relatif banyak. c. Persiapan yang kurang matang akan mempengaruhi hasil yang diperoleh dari kegiatan. d. Resiko yang cukup besar dengan membawa siswa yang jumlahnya banyak ke lingkungan luar kelas. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan wisata belajar memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan akan mudah dirasakan oleh peserta maupun guru pendidik. Sedangkan untuk kekurangan dapat di atasi dengan perencanaan yang matang dan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.

5. Wisata Belajar di Kebun Binatang

Kebun binatang merupakan tempat di mana banyak terdapat satwa-satwa langka dan dilindungi. Satwa yang ada hidup di lingkungan yang sama akan tetapi setiap tempat masing-masing satwa diserupakan dengan habitat aslinya. Selain satwa, tumbuhan-tumbuhan juga banyak terdapat dikebun binatang, hal ini dilakukan agar satwa yang ada dikebun binatang benar-benar merasakan nyaman dan seolah-olah mereka hidup di alam bebas. Kebun binatang sering kali dijadikan sebagai tempat rekreasi juga sebagai tempat wisata belajar. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 497KPS-II1998 yang didalamnya menyebutkan bahwa selain sebagai 17 lembaga konservasi dan pengembangan satwa, kebun binatang juga memiliki fungsi sebagai sarana pendidikan, pengembangan IPTEK, serta sarana rekreasi yang sehat. Menurut Pringle dalam Lai 2012:91 kegiatan belajar di kebun binatang memungkinkan anak-anak untuk mengembangkan pengetahuan tentang binatang dan kesadaran lingkungan dalam upaya menuju lingkungan yang aman untuk mendorong pengembangan ketrampilan sosial. Artinya, anak-anak dapat memanfaatkan lingkungan kebun binatang sebagai sumber belajarnya dan memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari kegiatan tersebut. Menurut Moeslichatoen 2007:72, anak yang dibawa ke kebun binatang akan memperoleh pemahaman penuh tentang bermacam kehidupan fauna yang ada ditempat tersebut sehingga dapat menciptakan sikap mencintai binatang. Anak-anak tidak hanya melihat bentuk dan rupa hewan-hewan yang ada di kebun binatang saja, melainkan dengan adanya pendampingan anak-anak mampu mengetahui karakteristik setiap binatang baik itu sifat, kebiasaan, makanan dan habitatnya. Pembelajaran secara langsung dan nyata akan memudahkan peserta didik untuk mampu menyerap materi yang ada. Menurut Surakhmad dalam Suryaningsih 2012:5 perjalanan wisata dalam rangka belajar merupakan bentuk pengalaman yang tidak pernah dapat diabaikan begitu saja, karena karyawisata sesungguhnya memberikan kesempatan pengalaman kongkrit secara terpimpin. Kegiatan wisata belajar merupakan cara yang tepat untuk 18 menyampaiakan materi dan menjadi alternatif cara belajar agar tidak membosankan. B. Hakikat Pengelolaan 1. Pengertian Pengelolaan Secara etimologi pengelolaan berasal dari kata “kelola” yang berarti mengusahakan, menyelenggarakan, dan mengurus. Kata ini mendapat imbuhan pe-an maka menjadi pengelolaan yang berarti penyelenggaraan atau pengusahaan. Pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar Arikunto, 1992:8. Kata “pengelolaan” dapat disamakan dengan manajemen yang berarti pula pengaturan atau pengurusan Suharsimi Arikunto, 1993:31. Kata lain dari pengelolaan adalah manajemen. Manajemen merupakan kata dalam bahasa inggris, yakni management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan Djamarah dan Zain, 2006:175. Konsep manajemen menurut pengertian bahasa berarti “pengelolaan” sedangkan menurut substansinya adalah kerja sama cooperation diantara anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama Muliawan, 2009:3. Menurut Tatang M. Amirin 2013:7 manajemen mengandung dua substansi wujud yaitu sebagai proses atau kegiatan memanajemen dan sebagai orang yang melakukan kegiatan manajemen tersebut. Pendapat lain tentang manajemen dikemukakan oleh Fattah 2008:1 yang menyatakan manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan 19 upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasinya tercapai secara efektif dan efisien. Manajemen menurut Terry dalam Didin Kurniadin dan Imam Machali 2013:26, adalah suatu proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lainnya. Melengkapi pernyataan di atas, Terry dalam Djati Julistriaso dan Jhon Supriyanto 2001:3 menyebutkan bahwa manajemen adalah soal perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan penggunaan ilmu dan seni secara bersama-sama dan selanjutnya menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan. Menurut Umberto Sihombing 2000:50, manajemen adalah cara kerja yang sistemik dan sistematis pada suatu lembaga dalam melakukan atau menyelesaikan sesuatu yang harus dikerjakan. Berdasarkan definisi manajemen di atas secara garis besar tahap-tahap dalam melakukan manajemen meliputi melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Perencanaan merupakan proses dasar dari suatu kegiatan pengelolaan dan merupakan syarat mutlak dalam suatu kegiatan pengelolaan atau manajemen. Kemudian pengorgansasian berkaitan dengan pelaksanaan perencanaan yang telah ditetapkan. Sementara itu pengarahan diperlukan agar menghasilkan sesuatu yang diharapkan dan pengawsanan yang dekat. Evalusi dapat menjadi proses monitoring aktivitas untuk menentukan apakah individu atau kelompok 20 memperoleh dan mempergunakan sumber-sumbernya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.

2. Fungsi pengelolaan