74
UNSUR CUACA - PRESIPITASI
a. Bentuk-bentuk Presipitasi
Adanya awan tidak selalu dapat terjadi hujan. Terjadinya tetes air dengan butiran besar dari uap air melalui proses kondensasi menjadi tetes awan
cair atau padat yang berlangsung di atmosfer dan kemudian jatuh di atas permukaan bumi sebagai curahan contoh hujan, hujan es dan salju.
Sedangkan dari uap air melalui proses pengembunan yang terjadi dekat permukaan bumi akan terbentuk embun, embun beku dan kabut.
Hujan adalah salah satu bentuk presipitasi yang terpenting pada daerah tropis seperti di Indonesia. Selain itu juga bentuk- lain seperti embun,
embun beku dan kabut, namun jumlahnya relatif kecil dan tidak terjadi pada semua tempat, sehingga dalam perhitungan neraca air biasanya
diabaikan. Sedangkan hujan es, kadang-kadang terjadi di Indonesia namun pada waktu tempat tertentu.
b. ProsesTeori Terjadinya Presipitasi
Tetes-tetes awan ukurannya masih relatif kecil untuk jatuh sebagai curahan umumnya kurang dari 100µm. Agar supaya jatuh sebagai curahan, perlu
ditumbuhkan menjadi ukuran yang lebih besar 1000 µm melalui 2 teoriproses yaitu Teori Bergeron dan Teori Penyatuan Tumbukan
Findeisen.
c. Tipe Presipitasi
Berdasarkan mekanisme pengangkatan massa udara atau letakkondisi terjadinya presipitasi dapat dibagi atas tiga yaitu :
75
1. Tipe Konvektif. Hujan tipe ini dihasilkan dari udara lembab yang naik
sehingga mengalami proses pendinginan secara adiabatik. Udara ini naik akibat pemanasan oleh permukaan bumi, kemudian membentuk
awan kumulus dan dapat berkembang menjadi awan Cumulonimbus. Jenis awan ini termasuk awan yang mampu menghasilkan hujan lebat
disertai kilat dan guntur dan sering terdapat butir-butir es. Ada beberapa hal yang dapat diperhatikan dari tipe hujan ini yakni :
a. Daerah cakupan tidak luas 20-50 km sifatnya hujan local terjadi
setelah pemanasan permukaan bumi atau lewat tengah hari. b.
Hujannya singkat tetapi deras berkisar 30-45 menit dan sering disertai badai dan angin kencang
c. Air hujan kebanyakan melimpas di permukaan tanah dan sedikit
yang meresap dalam tanah, akibatnya kurang efektif untuk pertumbuhan tanaman, kemudian banyak menghanyutkan butir-
butir tanah disebut erosi. d.
Hujan ini terjadi pada daerah tropis dan subtropics pada musim panas.
Tipe Orografik. Dihasilkan dari udara lembab yang naik didorong angin oleh adanya dataran tinggi atau pegunungan. Udara lembab yang
didorong ke atas ini mengalami penurunan suhu secara cepat. Gerakan turbulensi udara dan hambatan sehingga mudah terjadinya kondensasi
dan pembentukan awan yang kemudian terjadi hujan. Peristiwa ini sering terjadi pada lereng gunung yang menghadap arah angin. Kondisi
atmosfer biasanya dalam keadaan instabil bersyarat, dan terbentuk jenis awan-awan stratus atau stratocumulus yang menghasilkan hujan
lebih lama dan jangkauannya relatif lebih luas.
76
Pada lereng hadap angin makin tinggi tempat semakin tinggi curah hujannya sampai batas ketinggian tertentu seperti dikemukakan oleh
Braak 1928 : R= 1740 + 2.6.h
Dimana R = curah hujan rata-rata tahunan mm;
h = altitude m; 1740 = constanta curah hujan rata-rata tahunan di
permukaan laut mm.
Batas altitude 1200 m dan penyimpangan 10, misalnya di Malino dengan altitude 1000 m akan diperoleh curah hujan rata-rata tahunan
3906-4774 mm. Sebaliknya pada lereng disebelahnya angin yang turun menelusuri lereng yang mempunyai ciri kering, panas dan kencang yang
bersifat spesifik dan disebut angina-angin spesifik diberi nama sesuai lokasi kejadian. Misalnya angin brubu di Sulsel Maros, angin Bohorok
di Deli yang dapat merusak tanaman tembakau, angin Gending di Pasuruan dan angin Kumbang di Probolinggo. Tipe presipitasi ini terjadi
baik daerah tropika maupun subtropika. Tipe Gangguan. Merupakan tipe presipitasi yang terjadi akibat adanya
gangguan-ganguan atmosfer yang terjadi didaerah front atau siklon. Tipe presipitasi ini dibagi atas dua jenis yakni
a. Tipe frontal. Merupakan tipe yang terjadi akibat adanya daerah front
atau daerah pertemuan massa udara yang mempunyai sifat yang berbeda yaitu suhu, kerapatan dan kerapatan. Daerah ini
merupakan pertemuan massa udara dari daerah beriklim panas tropika dan beriklim dingin kutub yang bertemu pada daerah
lintang pertengahan atau beriklim sedang subtropika. Udara panas
77
akan mendaki di atas udara dingin yang beratnya atau tekanannya lebih tinggi daripada udara panas. Pada lereng pendakian tersebut
akan terjadi kondensasi menghasilkan awan tipe Altostratus, Altocumulus, dan ada kemungkinan awan cirrocumulus, cirrostratus
serta nimbostratus yang menghasilkan hujan relatif tidak tinggi tetapi agak lama dan merata.
b. Tipe siklonik. Terjadi akibat adanya daerah siklon daerah
tekanannya lebih rendah daripada daerah sekitarnya pada daerah tropis sebagai akibat tingginya suhu udara pada daerah tersebut.
Sebagai akibatnya massa udara akan naik keatas karena kerapatannya kecil yang pada akhirnya akan menimbulkan daerah
tekanan rendah di permukaan bumi yang dikenal sebagai daerah depresi atau daerah siklon.
Dengan demikian terjadilah pergerakan udara angin dari daerah sekitarnya yang akan menentukan gejala cuaca dan iklim yang akan
terjadi pada daerah tersebut. Bila massa udara dari luar sarat dengan uap air maka kemungkinan gejala cuaca merupakan angin pusaran
dengan kecepatan yang sangat tinggi dapat mencapai dapat mencapai di atas 300 kmjam yang dapat merusak secara fisik bangunan, vegetasi
dan sebagainya. Dalam waktu yang sama atau bersamaan juga terjadi pengangkatan massa uap air secara besar-besaran, yang makin keatas
semakin melebar sehingga ruang lingkupnya cukup luas yang akan menghasilkan awan-awan konvektif yang akan menghasilkan hujan
dengan curah yang sangat tinggi dan berlangsung cukup lama dapat mencapai diameter rata-rata 650 km dan bahkan dapat mencapai di
atas 1000 km seperti yang pernah terjadi di Cina pada lautan pasifik. Gejala cuaca ini biasanya diberi nama Hurricane, Willy-Willy di
Australia, Buigio di Filipina, Taifun di Cina dan Jepang dan badai tropis di Indonesia.
78
d. Macam-Macam Presipitasi Hujan