194
Kalaupun ada daun yang muncul, warnanya akan berubah dan jaringan dibeberapa tempat pada helai daun akan mati.
g. Magnesium Mg. Tanah dengan kandungan Mg yang rendah
menyebabkan daun tua mengalami klorosis dan tampak bercak-bercak coklat. Daun yang semula hijau segar menj adi kekuningan. Daun akan
mengering dan kerap kali langsung mati . Pada tanaman berbij i , sangat j elek pengaruhnya bila kekurangan Magnesium. Daya tumbuh bij i tidak
mantap, melemah bij inya tampak lemah. Tanah dikatakan subur dan sempurna jika mengandung lengkap unsur-
unsur hara seperti Nitrogen, Fosfor, Kalium, Calsium, Magnesium, Sulfur, Klor, Ferum, Mangan, tembaga, Zeng, Boron dan Molibdenum. Unsur-unsur
tersebut sangat terbatas jumlahnya dalam tanah atau terkadang tanahpun tidak mengandung unsurunsur tersebut di atas.
c. Pengelolaan Tanah Dan Air Secara Lestari
Pembicaraan pengelolaan sumber daya alam secara lestari timbul sejak tahun 1987, dan pada tahun 1992 diterima sebagai agenda politik oleh
semua negara di dunia sebagaimana dikemukakan dalam Agenda 21, Rio de Jeneiro. Dalam pertemuan tersebut ditegaskan bahwa pembangunan
ekonomi jangka panjang dapat dilakukan bila dikaitkan dengan masalah perlindungan lingkungan. Pertemuan Johanesberg, Afrika Selatan 2-4
September 2002 yang merupakan pertemuan puncak Pembangunan Berkelanjutan World Summit On Sustainable Development menegaskan
bahwa pembangunan berkelanjutan membutuhkan pandangan dan
penanganan jangka panjang dengan partisipasi penuh semua pihak. Secara jelas dinyatakan bahwa pembangunan yang dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan generasi masa kini tanpa harus mengorbankan kebutuhan dan
195
aspirasi generasi mendatang. Di bidang kehutanan diterapkan dengan pendekatan pengelolaan hutan secara lestari atau berwawasan lingkungan.
Pengelolaan hutan secara lestari atau berkelanjutan memiliki kegiatan yang secara ekonomis, ekologis, dan sosial bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan
secara ekonomis berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, dan penggunaan sumberdaya serta
investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan termaksud harus dapat mempertahankan integritas
ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati. Sementara itu,
keberlanjutan secara sosial mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pernbangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil-hasil
pernbangunan, mobilitas. sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pernberdayaan masyarakat, identitas sosial, dan pengembangan
kelembagaan. Kerusakan tanah terjadi akibat hilangnya unsur hara dan bahan organik di
daerah perakaran, terakumulasinya garam di daerah perakaran salinisasi, terakumulasinya unsur beracun bagi tanaman, penjenuhan tanah oleh air
water logging; dan erosi. Kemampuan tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman akan berkurang apabila kerusakan tanah oleh satu
atau lebih proses tersebut terjadi. Erosi tanah merupakan masalah kerusakan tanah yang sering terjadi dan
ditemui dalam kegiatan pengusahaan hutan atau pembukaan lahan perkebunan. Pengaruhnya bersifat langsung dan tidak langsung. Pengaruh
langsung adalah penurunan produktivitas lahan dan produksi tanaman, sedangkan pengaruh tak langsung dapat berupa siltasi reservoir, saluran
dan sungai, penurunan pasokan air, penurunan kapasitas energi listrik, banjir, kerusakan jalan akibat longsor, dan lain-lain.
196
Tanah yang tererosi terangkut aliran permukaan yang akan diendapkan di tempat- tempat yang alirannya melambat atau berhenti di dalam berbagai
badan air seperti sungai, saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Endapan tersebut menyebabkan pendangkalan pada badan sungai dan
akan mengakibatkan semakin sering terjadi banjir dan semakin dalam banjir yang terjadi. Berkurangnya infiltrasi air ke dalam tanah
menyebabkan berkurangnya pengisian kembali air bawah tanah yang berakibat tidak ada air masuk ke sungai pada musim kemarau. Dengan
demikian peristiwa banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau merupakan peristiwa lanjutan yang tidak terpisahkan dari
peristiwa erosi. Selain itu peristiwa tercucinya unsur hara yang menyebabkan eutrofikasi menjadi salah satu penyebab lain dari proses
erosi. Kerusakan sumber air terjadi berupa hilangnya atau mengeringnya mata
air berhubungan erat dengan peristiwa erosi. Menurunnya kualitas air dapat disebabkan oleh kandungan sedimen dan unsur yang terbawa masuk
oleh air yang bersumber dari erosi, tercuci oleh air hujan dari lahan-laha pertanian, atau bahan dan senyawa dari limbah industri. Peristiwa ini
disebut dengan polusi air. Masuk dan mengendapnya sedimen di dalam air secara berlebihan akan menyebabkan pedangkalan dan memungkinkan
terjadinya banjir akibat berkurangnya daya tampung air. Sedangkan masuknya unsur hara ke badan air menyebabkan terjadinya eutrofikasi
yang merupakan meningkatnya unsur hara dalam air sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman air dan mikroba. Eutrofikasi
menyebabkan menurunnya fungsi badan air seperti ikan, alur transportasi, dan sumber air untuk konsumsi dan irigasi.
Pada setiap pembangunan pertanian dan kehutanan apapun jenisnya, terdapat beberapa tahapan kegiatan pengelolaan tanah dan air, yakni
197
meliputi tahapan penyiapan Lahan; tahapan penanaman; pemeliharaan; panen; dan transportasi.
d. Tahapan Penyiapan Lahan