4 Abdullah al-Baidhawi 1191 M 691 H dengan karyanya Anwar al-
Tanzil wa Asrar at- Ta’wil
5 Abdullah al-Nasafi 1301 M 701 H dengan karyanya Madarik al-
Tanzil 6
Abu Hayyan 754 H dengan karyanya at-Tafsir al-Kabir.
2. Ilmu Hadits
Sebelum masa Dinasti Abbasiyah berdiri banyak pemahaman Hadits Nabi yang dilakukan tanpa melalui penyaringan, sehingga menyebabkan antara Hadits
Nabi dan Hadits palsu bercampur. Masalah sosial umat Islam ini muncul yang memerlukan pemahaman yang terperinci tentang Hadits Nabi.
Keutamaan Hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Al- Quran, para ulama Islam pada masa itu berusaha menyaring Hadits Nabi agar
diterima sebagai sumber hukum. Ulama-ulama besar ternama yang berhasil membukukan Hadits-hadits Nabi, seperti Ahmad bin Hanbal dengan Musnad
Ahmad bin Hanbal. Kitab Hadits ini, masih memiliki kekurangan karena hadits yang shahih
Hadis yang sehat atau Hadits bersambung sanad nya atau jalur periwayatan melalui penyampaian para perawi orang yang meriwayatkan yang
‘adil
104
, dhabith
105
, dari perawi yang semisalnya sampai akhir jalur periwayatan, tanpa ada syudzudz
106
, dan juga tanpa ‘illat
107
. dan yang tidak shahih masih bercampur. Maka dengan demikian, para ulama yang lainnya berusaha untuk membukukan
104
Yang dimaksud „Adil adalah jika memenuhi kriteria seperti muslim, baligh, berakal, tidak fasiq, dan juga tidak cacat wibawanya di masyarakat.
105
Dhabith yaitu perawi ini adalah orang yang kuat hafalannya. Sehingga hadits yang dia bawa tidak mengalami perubahan.
106
Maksudnya hadits yang diriwayatkan itu tidak bertentangan dengan hadis lain yang diriwayatkan dengan jalur lebih terpercaya.
107
‘Illat cacat hadis adalah sebab tersembunyi yang mempengaruhi kesahihan hadits, meskipun bisa jadi zahirnya tampak shahih.
dan menyaring Hadits Nabi antara yang shahih dan yang daif lemah atau tidak memenuhi syarat.
Ulama-ulama besar ternama yang menyaring Hadits shahih dan Hadits daif, yaitu:
a. Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Al Mughirah bin Bardizbah Al
Bukhari Al Ju‟fi atau yang dikenal dengan sebutan Imam al-Bukhari w. 870 M 256 H, Imam al-Bukhari berhasil menghimpun Hadits sebanyak
600.000 Hadits. Salah satu kitabnya yang terkenal adalah al- Jami’ al-
Shahih al-Musnad al-Mukhtashar min al-Hadits Rasulillah saw wa Sunahih wa Ayyamih, yang biasa disingkat dengan sebutan al-Shahih.
b. Muslim bin al Hajjaj bin Muslim bin Kusyadz al-Qusyairi an-Naisaburi
atau biasa dikenal dengan Imam Muslim w. 875 M 261 H, Kitab Haditsnya yaitu Al-Jami al-Shahih atau Shahih Muslim yang memuat
3.030 Hadits. c.
Sulaiman bin al-Asy‟ats bin Ishaq bin Basyir bin Syiddad bin Amar bin Azdi as-Sijistani atau biasa disebut Abu Dawud w. 889 M 275 H,
yang terkenal dengan kitabnya Sunan Abi Dawud yang memuat 4.800 Hadits.
d. Al-Imam Abu Isa Muhammad bin Musa bin ad-Dhahhak as-Sulami at-
Turmudzi atau biasa disebut Al-Tirmidzy w. 893 M 279 H, yang terkenal dengan kitabnya Sunan Tirmidzy yang memuat 3.956 Hadits.
e. Abu Abdurrahman Ahmad bin Ali bin Syu‟aib bin Ali bin Sinan al-
Khurasani atau biasa disebut al- Nasa‟i w. 917 M 303 H, yang terkenal
dengan kitabnya Sunan al- Nasa’i yang memuat 5.761 Hadits.
f. Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi‟i al-Qazwini
atau biasa disebut Ibn Majah w. 887 273 H, yang terkenal dengan kitabnya Sunan Ibn Majah yang memuat 4.241 Hadits.
Imam Bukhari melakukan penelitian Hadits dengan melakukan riset lapangan dengan cara rihlah ilmiah atau perjalanan menemui ulama-ulama Hadits
terkemuka di berbagai negeri seperti Baghdad, Basrah, Kufah, Mekah, Syria, Hamsh, Asqalan, dan Mesir. Diantara gurunya yang terkenal adalah Makki Ibn
Ibrahim al-Balkhi, Ibn al- Madini, Ahmad Ibn Hanbal Yahya Ibn Mu‟in,
Muhammad Ibn Yusuf al-Faryabi, Muhammad Ibn Yusuf al-Baykundi, dan Muhammad Ibn Rawahaih.
108
Sedangkan Imam Muslim, sama dengan Imam al-Bukhari yaitu melakukan penelitian Hadits dengan melakukan riset lapangan dengan cara rihlah ilmiah atau
perjalanan menemui ulama-ulama Hadits terkemuka di berbagai negeri seperti Hijaz, Syam, dan Mesir. Diantara ulama yang ditemuinya yaitu Yahya Ibn Yahya,
Ishaq Ibn Rawahaih, Muhammad Ibn Mahran, Abu Insan, Ahmad Ibn Hanbal, Abdullah Masalamah, Sa‟id Ibn Mansyur, Abu Mas‟ad, Amr Ibn Suwad, dan
Harmalah Ibn Yahya.
109
3. Ilmu Kalam
Lahirnya ilmu kalam karena dua faktor:
110
a. Untuk membela Islam dengan bersenjatakan filsafat seperti halnya
musuh yang memakai senjata itu. b.
Karena semua masalah termasuk masalah agama telah bergeser dari pola rasa kepada pola akal dan ilmu. Kaum Mu‟tazilah orang yang
108
Saefuddin, Zaman, op.cit., h. 159.
109
Ibid., h. 160.
110
Sunanto, op.cit., h. 68.