astronomi yang dipelajarinya. Dan menara astronomi ini juga digunakan oleh para ilmuan astronomi, geografi, dan matematika.
5. Sekolah
Pendidikan meliputi cabang-cabang ilmu seperti filsafat, falak, kedokteran, matematika, dan berbagai bahasa seperti bahasa Yunani, Persia, India disamping
bahasa Arab. Metode sekolah dalam pendidikan yang berada di Baitul Hikmah ini dibuat dalam dua aturan, yaitu metode muhadharah ceramah, metode dialog dan
wacana serta debat. Guru-guru yang mengisi ceramah-ceramah perkuliahan berada ditempat yang besar. Guru yang mengajarkan ceramah itu naik ketampat
tinggi atau kenal dengan mimbar pada zaman sekarang, kemudian murid-murid berkumpul dan guru pun menerangkan kepada mereka apa yang menjadi uraian
dari muhadharah, lalu murid-murid berdialog sesuai bidangnya, dan ustadz atau guru itu menjadi rujukan terakhir dari materinya.
6. Kantor Baitul Hikmah
Kantor Baitul Hikamah dikelola oleh sejumlah mudir direktur para ilmuan dan mendapat gelar “Shahib”. Mudir Baitul Hikmah ini disebut dengan “Shahib
Baitul Hikmah”, sedangkan mudir pertama Baitul Hikmah ini adalah Sahal bin Harun al-Farisi 830 M 215 H yang diangkat oleh Harun Al-rasyid sebagai
penanggung jawab perbendaharaan kitab-kitab Hikmah yang disalin dari bahasa Persia ke bahasa Arab dan apa yang didapatinya dari semua hikmah Persia.
C. Penerjemahan Buku-Buku Ilmu Pengetahuan ke Dalam Bahasa Arab
Penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab merupakan peranan yang paling besar dalam mempelajari ilmu pengertahuan yang
lebih berkembang. Pada dasarnya, penerjemahan dari bahasa asing ke bahasa Arab telah dilakukan sejak masa Dinasti Umayyah, seperti yang dilakukan oleh
Khalid bin Yazid. Khalid bin Yazid memerintahkan kepada sekelompok orang di Mesir untuk
menerjemahkan buku-buku kedokteran, perbintangan, dan kimia yang berbahasa Yunani ke bahasa Arab. Akan tetapi, penerjemahan buku-buku pada masa Dinasti
Umayyah hanya dilakukan oleh orang-orang yang berkepentingan atau untuk kebutuhan spesifik serta dilakukan terhadap buku-buku yang ada kaitannya
langsung dengan kehidupan sehari-hari.
37
Gerakan penerjemahan yang berlangsung di Baghdad tidak dapat dilepaskan dari gerakan penerjemahan yang sebelumnya dilakukan pada masa kekaisaran
Sassaniyah, yakni yang berpusat di sebuah akademi bernama Jundishapur. Akademi ini merupakan pusat penerjemahan karya-karya ilmu pengetahuan dan
filsafat Yunani serta Hindu ke dalam bahasa Pahlavi dan Syiria ke dalam bahasa Arab.
38
Terjadinya pemindahan ilmu dari luar Islam ke dalam Islam dapat digolongkan ke dalam tiga hal, yaitu ilmu-ilmu kealaman dan filsafat di transfer
dari Yunani, ilmu-ilmu kedokteran dan pengobatan dari Persia, dan ilmu-ilmu terapan dari India dan Cina.
39
Pada masa Dinasti Abbasiyah pada kekhalifahan al-Manshur, seorang pengembara India memperkenalkan naskah astronomi ke Baghdad yang berjudul
Siddhanta, naskah tersebut diterjemahkan oleh Muhammad ibn Ibrahim al-Fazari atas perintah khalifah al-Manshur, dan Muhammad ibn al-Farazi ini menjadi
astronom Islam pertama.
37
Fa‟al, op.cit., h. 63-64.
38
Nakosteen, op.cit., h. 33.
39
Buchori, op.cit., h. 103.
Salah satu penerjemah dari bahasa Yunani adalah Abu Yahya ibn al-Bathriq meninggal antara 796 dan 806, yang dikenal karena menerjemahkan karya-karya
Galen dan Hippocrates w. ± 436 S.M. untuk al-Manshur, dan karya Ptolemius, Quadripartitum, untuk khalifah lainnya.
40
Pada masa Dinasti Abbasiyah, penerjemahan buku-buku terus berlanjut dan semakin berkembang dengan pesat. Pada kekhalifahan Harun Al-rasyid, buku-
buku ilmu pengetahuan Yunani mulai diterjemahkan. Buku-buku itu diterjemahkan dahulu ke dalam bahasa Suriani Bahasa ilmu penegetahuan di
Mesopotamia pada waktu itu, setelah itu baru diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Akan tetapi, aktifitas penerjemahan mencapai puncaknya pada masa al-
Ma‟mun.
41
Nama yang dianggap sebagai penerjemahan besar atau dikenal sebagai “Ketua Para Penerjemah” adalah Hunayn ibn Ishaq 810 M-877 M 194 H-263
H.
42
Dalam melakukan penerjemahan, Hunayn biasanya mengalih bahasakan karya Yunani ke dalam bahasa Syiria, lalu anaknya dan teman-teman yang lain
melakukan penerjemahan dari bahasa Syiria ke dalam bahasa Arab.
43
Menurut keterangan, ia dibantu oleh 90 pembantu dan murid-muridnya.
44
Nama-nama penerjemah lainnya adalah Tsabit ibn Qurrah, Abu Yahya al-Batriq, Qasta ibn Luqa, Hubaysh ibn Hasan, dan Abu Bishr Matta ibn Yunus.
45
Di antara buku-buku berbahasa Arab lainnya, Hunayn tampaknya telah mempersiapkan
penerjemahan buku Galen, Hippocrates, dan Dioscorides w. ± 50 M., juga Plato,
40
Hitti, op.cit., h. 387.
41
Fa‟al, op.cit., h. 65.
42
Hitti, History., h. 155.
43
Saefuddin, Zaman, op.cit., h. 156. Yang dikutip dari Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1990, h. 408.
44
Ibid., yang dikutip dari Charles Michael Stanton, Higher Learning in Islam, The Classical Periode A.D. 700-1300, Rowman Publishing, 1990, h. 79.
45
Ibid.