Ilmu Kalam Kemajuan Dalam Bidang Ilmu Agama Islam

c. Al-Wa‟d wa al-Wa‟id Maksud dari Al- Wa‟d wa al-Wa‟id adalah bahwa Tuhan akan memberikan balasan sesuai dengan perbuatan manusia di dunia. d. al-„Adl Yang dimaksud dengan al- „Adl adalah bahwa Allah tidak menyukai keburukan dan tidak menciptakan perbuatan, tapi manusialah yang melakukan apa yang diperintahkan-Nya dengan daya yang diberikan kepada manusia. e. Al-Amr bi al-Ma‟ruf wa al-Nahy „an al-Munkar Bahwa semua kaum Muslim wajib menegakkan perbuatan yang ma‟ruf dan menjauhi perbuatan yang munkar.

4. Ilmu Fiqih

Zaman keemasan Dinasti Abbasiyah telah melahirkan ahli-ahli hukum Fuqaha yang namanya besar dan terkenal pada sejarah Islam dengan kitah-kitab fikihnya yang terkenal sampai sekarang. Terdapat empat Imam madzhab fikih diantaranya yaitu Imam Abu Hanifah Nu‟man bin Tsabit bin Zauthi w. 768 M 150 H, Imam Malik Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir w. 795 M 179 H, Imam Syafi‟i Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman bin Syafi‟i w. 820 M 204 H, dan Imam Ahmad bin Hambal Ahmad bin Hambal bin Hilal az-Zahliy as-Syaibani w. 855 M 240 H. Para fuqaha ini terbagi dalam dua aliran, yaitu ahli Ha dits, dan ahli Ra‟yi. Ahli Hadits adalah aliran yang mengarang fiqh berdasarkan Hadits. Pemuka aliran ini adalah Imam Malik dengan pengikut- pengikutnya Imam Syafi‟i dengan pengikut-pengikutnya, Sufyan dengan pengikut-pengikut Sufyan, Imam Hambali dan pengikut- pengikut Imam Ahmad bin Hambal. Ahli Ra‟yi adalah aliran yang mempergunakan akal dan pikiran dalam menggali hukum. Pemuka aliran ini adalah Imam Abu Hanifah dan teman-temannya fuqaha dari Irak. 112 Kitab-kitab Hadits para Imam yang agung dan tiada tandingannya didunia Islam yaitu Kitab al-Fiqh al-Akbar karya Imam Abu Hanifah, al- Muwaththa’ karya Imam Malik, al-Umm karya Imam Syafi‟i, dan al-Kharraj karya Imam Ahmad bin Hambal.

5. Ilmu Tasawuf

Ilmu agama Islam selain ilmu tafsir, ilmu Hadits, dan ilmu fikih yang mengalami perkembangan yang pesat yaitu ilmu Tasawuf. Ilmu tasawuf ini mengajarkan untuk tekun beribadah dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, meninggalkan kesenangan dan perhiasan dunia, dan bersunyi diri beribadah. Ulama-ulama sufi atau tasawuf yang terkenal yaitu al-Qusyairi w. 465 H dengan kitabnya ar-Risalah al-Qusyairiyah, Syahabuddin w. 632 H dengan kitabnya Awarif al- Ma’arif, dan Imam Abu Hamid Muhammad al-Ghazali w. 505 H dengan kitabnya Ihya’ Ulumuddin. 113 Imam Ghazali sebagai tokoh pertama yang mencoba mempromosikan ajaran tasawuf yang mulanya seperti terpisah dari syari‟at, sehingga menjadi amalan yang sah di kalangan kaum Muslim Sunni. 114 Ada beberapa ajaran tasawuf yang mengakibatkan perbedaan yang jauh antara spiritual yang diperoleh para sufi dan patokan-patokan buku hukum fikih 112 Sunanto, op.cit., h. 73. 113 Fa‟al, op.cit., h. 75. 114 Saefuddin, Zaman, op.cit., h. 177. Yang dikutip dari Nurcholish Madjid, Khazanah Intelektual Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1984, h. 34. yang tanpa dikaji kembali. Dengan demikian, para sufi dituduh mengabaikan syariat dengan ungkapan-ungkapan yang menjurus syirik. Ajaran-ajaran tersebut yaitu Ajaran tasawuf yang dianut oleh Zunun al- Mishri w. 860 M yaitu al- Ma’rifah, yang dimaksudkan bahwa mengetahui Tuhan dari dekat sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan, ajaran tasawuf Abu Yazid al-Bustami w. 874 M yaitu al-Fana wa al-Baqa, yang dimaksudkan bahwa hancurnya perasaan atau kesadaran tentang adanya tubuh kasar manusia, dan ajaran tasawuf al-Hallaj w. 922 M yaitu al-Hulul, yang dimaksudkan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat didalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan. Menurut Didin Saefuddin, munculnya ajaran-ajaran tasawuf yang disebabkan oleh antiklimaks dari kecenderungan hidup masyarakat yang serba materialistis dan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan serta etika sosial. 115

D. Kemajuan Dalam Bidang Politik

Kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Dinasti Abbasiyah, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, yang menyebabkan pada masa ini mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Dinati Abbasiyah periode pertama 132 H750 M-232 H847 M. 115 Ibid., h. 179.