Ilmu Hadits Kemajuan Dalam Bidang Ilmu Agama Islam

f. Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi‟i al-Qazwini atau biasa disebut Ibn Majah w. 887 273 H, yang terkenal dengan kitabnya Sunan Ibn Majah yang memuat 4.241 Hadits. Imam Bukhari melakukan penelitian Hadits dengan melakukan riset lapangan dengan cara rihlah ilmiah atau perjalanan menemui ulama-ulama Hadits terkemuka di berbagai negeri seperti Baghdad, Basrah, Kufah, Mekah, Syria, Hamsh, Asqalan, dan Mesir. Diantara gurunya yang terkenal adalah Makki Ibn Ibrahim al-Balkhi, Ibn al- Madini, Ahmad Ibn Hanbal Yahya Ibn Mu‟in, Muhammad Ibn Yusuf al-Faryabi, Muhammad Ibn Yusuf al-Baykundi, dan Muhammad Ibn Rawahaih. 108 Sedangkan Imam Muslim, sama dengan Imam al-Bukhari yaitu melakukan penelitian Hadits dengan melakukan riset lapangan dengan cara rihlah ilmiah atau perjalanan menemui ulama-ulama Hadits terkemuka di berbagai negeri seperti Hijaz, Syam, dan Mesir. Diantara ulama yang ditemuinya yaitu Yahya Ibn Yahya, Ishaq Ibn Rawahaih, Muhammad Ibn Mahran, Abu Insan, Ahmad Ibn Hanbal, Abdullah Masalamah, Sa‟id Ibn Mansyur, Abu Mas‟ad, Amr Ibn Suwad, dan Harmalah Ibn Yahya. 109

3. Ilmu Kalam

Lahirnya ilmu kalam karena dua faktor: 110 a. Untuk membela Islam dengan bersenjatakan filsafat seperti halnya musuh yang memakai senjata itu. b. Karena semua masalah termasuk masalah agama telah bergeser dari pola rasa kepada pola akal dan ilmu. Kaum Mu‟tazilah orang yang 108 Saefuddin, Zaman, op.cit., h. 159. 109 Ibid., h. 160. 110 Sunanto, op.cit., h. 68. memisahkan diri berjasa dalam menciptakan ilmu kalam, karena kaum tersebut adalah pembela gigih terhadap Islam dari serangan Yahudi, Nasrani, dan Wasani. Menurut riwayat, mereka mengirim juru-juru dakwah ke segenap penjuru untuk menolak serangan musuh. Diantara pelopor dan ahli ilmu kalam yang terbesar yaitu Washil bin Atho, Abu Huzail al-Allaf, Abu Hasan al-Asyari, dan Imam Ghazali. Prinsip- prinsip kalam Mu‟tazilah terhimpun dalam pokok-pokok yang lima al-ushul al-khamsah yaitu: 111 a. Al-Tawhid Yang dimaksud dengan al-Tawhid dalam Mu‟tazilah adalah bahwa Tuhan tidak bisa disamakan dengan sesuatu, tidak ber-jism tidak berjenis, tidak berunsur, bukan substansi, bahkan Tuhanlah yang menciptakan segalanya yang berbadan, berunsur, dan bersubstansi. b. Al-Manzilah Bayna al-Manzilatayn Maksud dari al-Manzilah Bayna al-Manzilatayn adalah bahwa orang mukmin yang berbuat dosa besar statusnya bukan mukmin, bukan juga kafir, melainkan fasik. 111 Saefuddin, Zaman, op.cit., h. 171-172. c. Al-Wa‟d wa al-Wa‟id Maksud dari Al- Wa‟d wa al-Wa‟id adalah bahwa Tuhan akan memberikan balasan sesuai dengan perbuatan manusia di dunia. d. al-„Adl Yang dimaksud dengan al- „Adl adalah bahwa Allah tidak menyukai keburukan dan tidak menciptakan perbuatan, tapi manusialah yang melakukan apa yang diperintahkan-Nya dengan daya yang diberikan kepada manusia. e. Al-Amr bi al-Ma‟ruf wa al-Nahy „an al-Munkar Bahwa semua kaum Muslim wajib menegakkan perbuatan yang ma‟ruf dan menjauhi perbuatan yang munkar.

4. Ilmu Fiqih

Zaman keemasan Dinasti Abbasiyah telah melahirkan ahli-ahli hukum Fuqaha yang namanya besar dan terkenal pada sejarah Islam dengan kitah-kitab fikihnya yang terkenal sampai sekarang. Terdapat empat Imam madzhab fikih diantaranya yaitu Imam Abu Hanifah Nu‟man bin Tsabit bin Zauthi w. 768 M 150 H, Imam Malik Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir w. 795 M 179 H, Imam Syafi‟i Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman bin Syafi‟i w. 820 M 204 H, dan Imam Ahmad bin Hambal Ahmad bin Hambal bin Hilal az-Zahliy as-Syaibani w. 855 M 240 H. Para fuqaha ini terbagi dalam dua aliran, yaitu ahli Ha dits, dan ahli Ra‟yi. Ahli Hadits adalah aliran yang mengarang fiqh berdasarkan Hadits. Pemuka aliran ini adalah Imam Malik dengan pengikut- pengikutnya Imam Syafi‟i dengan pengikut-pengikutnya, Sufyan dengan pengikut-pengikut Sufyan, Imam Hambali