Deskripsi Risiko Sistematis pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI

Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 tertinggi pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 412,5 dan harga saham terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp 175,42. PT. Hanson International Tbk MYRX, memiliki harga saham tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 61,25 dan harga saham terendah pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 15. PT. Panasia Filament Inti Tbk PAFI, memiliki harga saham tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 155,08 dan harga saham terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp 66,67. PT. Pan Brothers Tex Tbk PBRX, memiliki harga saham tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 440,42 dan harga saham terendah pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 369,17. PT. Roda Vivatex Tbk RDTX, memiliki harga saham tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 1.015 dan harga saham terendah pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp 840,83.

2. Deskripsi Risiko Sistematis pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI

periode tahun 2004-2007 Tabel 4.2 Risiko Sistematis Pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 NO EMITEN TAHUN Rata-rata 2004 2005 2006 2007 1 ERTX 0.63355 0.49431 1.68041 1.20571 0.40064 2 ESTI 1.69150 0.13342 0.54176 1.91229 1.00303 3 HDTX 0.99070 1.19829 0.00005 0.13789 0.51273 4 KARW 0.05811 1.73033 2.52858 4.01013 0.04767 5 MYRX 2.15390 0.32662 0.14601 1.70963 1.08404 6 PAFI 0.58188 0.24171 0.51772 4.25271 0.98671 7 PBRX 0.05501 0.05948 0.02308 0.77869 0.21753 8 0.10718 0.00186 0.34610 0.21041 0.11280 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 RDTX Sumber : www.idx.co.id 712009, diolah Tabel 4.2 menunjukkan nilai variabel Risiko Sistematis beta pada masing- masing perusahaan Industri Tekstil yang yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007. Risiko Sistematis merupakan berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Risiko ini menggambarkan kepekaan suatu saham terhadap kondisi pasar secara umum. Pada pengukuran yang dilakukan terhadap 8 sampel perusahaan Tekstil selama tahun 2004-2007, ditemukan adanya indeks beta yang merupakan pengukur risiko sisitematis yang bernilai positif + maupun negatif -. Apabila saham memiliki indeks beta positif , menunjukkan bahwa harga saham emiten mengalami kenaikan pasda saat harga pasar keseluruhan mengalami kenaikan. Apabila indeks saham bernilai negatif menunjukkan bahwa harga saham mengalami penurunan pada saat harga pasar mengalami kenaikan, atau sebailknya harga saham mengalami kenaikan pada saat harga pasar mengalami penurunan. Rata-rata indeks beta terbesar yang bernilai positif dimiliki oleh PT Hanson International Tbk MYRX sebesar 1,08404. Hal ini menunjukkan bahwa saham PT Hanson International Tbk MYRX merupakan saham yang paling sensitif terhadap perubahan harga pasar. Rata-rata indeks beta terbesar yang bernilai negatif dimiliki oleh PT. Panasia Indosyntex Tbk HDTX sebesar -0,51273. Hal ini menunjukkan bahwa saham PT. Panasia Indosyntex Tbk HDTX merupakan saham yang kurang sensitif terhadap perubahan harga pasar, dan hal itu menunjukkan bahwa pada saat harga pasar naik maka harga sahamnya turun, dan demikian juga sebaliknya apabila harga pasar turun maka harga sahamnya akan naik. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Pada tahun 2004, indeks beta terbesar yang bernilai positif dimiliki oleh PT Hanson International Tbk MYRX sebesar 2,15390 . Indeks beta terbesar yang bernilai negatif dimiliki oleh PT Panasia Indosyntex Tbk HDTX sebesar - 0,99070. Hal ini menunjukkan bahwa saham PT Hanson International Tbk MYRX merupakan saham yang paling sensitive terhadap perubahan harga pasar dan saham PT Hanson International Tbk HDTX yang kurang sensitif terhadap perubahan harga pasar. Pada tahun 2005, indeks beta terbesar yang bernilai positif dimiliki oleh PT Eratex Djaja Tbk ERTX sebesar 0,49431. Indeks beta terbesar yang bernilai negatif dimiliki oleh PT Karwell Indonesia Tbk KARW sebesar -1,73033. Hal ini menunjukkan bahwa saham PT Karwell Indonesia Tbk KARWmerupakan saham yang paling sensitif terhadap perubahan harga pasar dan saham PT Karwell Indonesia Tbk KARW merupakan saham yang kurang sensitif terhadap perubahan harga pasar.Pada tahun 2006, indeks beta terbesar yang bernilai positif dimiliki oleh PT Eratex Djaja Tbk ERTX sebesar 1,68041. Indeks beta terbesar yang bernilai negatif dimiliki oleh PT Karwell Indonesia Tbk KARW sebesar - 2,52858. hal ini menunjukkan saham PT Eratex Djaja Tbk ERTX paling sensitif terhadap perubahan harga pasar dan saham PT Karwell Indonesia Tbk KARW merupakan saham yang kurang sensitif terhadap perubahan harga pasar. Pada tahun 2007, indeks beta terbesar yang bernilai positif dimiliki oleh PT Panasia Filament Inti Tbk PAFI sebesar 4,254271. Indeks beta terbesar yang bernilai negatif dimiliki oleh PT Eratex Djaja Tbk ERTX sebesar -1,20571. Hal ini menunjukkan bahwa saham PT Panasia Filament Inti Tbk PAFI merupakan saham yang paling sensitive terhadap perubahan harga pasar dan saham PT Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Eratex Djaja Tbk ERTX merupakan saham yang kurang sensitif terhadap perubahan harga pasar.

3. Deskripsi Nilai Tukar pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI