Perumusan Masalah Kerangka Konseptual

Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Fluktuasi nilai tukar dapat menjadi pertimbangan bagi para investor. Apabila nilai tukar mata uang suatu negara berfluktuasi tajam dan mengalami apresiasi, maka investor cenderung tidak tertarik berinvestasi di negara tersebut. Apabila mata uang suatu negara berfluktuasi tidak terlalu tajam dan mengalami apresiasi, maka investor cenderung lebih tertarik berinvestasi di negara tersebut. Investor lebih tertarik lagi, apabila nilai tukar suatu negara terus tidak terdepresiasi, akan tetapi kejadian tersebut tidak pernah terjadi karena harga saham dapat berubah sewaktu-waktu, dan harga saham dipengaruhi banyak faktor. Pasar modal Indonesia yang semakin berkembang, menuntut pengetahuan yang baik dalam berinvestasi saham di pasar modal, sehingga penulis mencoba meneliti pengaruh risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham. Penelitian ini melibatkan industri Tekstil yaitu dengan judul “ Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap Harga Saham pada Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia ”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : a. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap Harga Saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia ? b. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap Harga Saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia ? Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009

C. Kerangka Konseptual

Harga saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran. Menurut Boedie et. al. dalam Utami dan Mudjilah, 2003 menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu profitabilitas, suku bunga, inflasi, nilai tukar, tingkat pengangguran, transaksi berjalan, defisit anggaran. Variabel profitabilitas tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa analisis fundamental mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Variabel tingkat pengangguran juga tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena sudah tercakup pada tingkat inflasi sebagaimana dikatakan oleh Samuelson dalam Utami dan Mudjilah, 2003, yakni: “the phillip curve illustrates the trade-off theory of inflation. According to this view, a nation can buy a lower level of unemployment if is willing to pay the price level of inflation”. Selain itu transaksi berjalan juga diabaikan karena sudah tercakup dalam nilai tukar sebagaimana diungkapkan oleh Samuelson; bahwa pergerakan nilai tukar akan terus berlanjut sampai neraca modal dan neraca berjalan kembali dalam posisi keseimbangan. Defisit anggaran tidak digunakan dalam penelitian ini yaitu karena defisit anggaran terjadi bila pengeluaran pemerintah lebih besar dari penerimaan pajak. Bila defisit anggaran ini ditutup dengan cara menerbitkan obligasi pada pasar modal maka secara otomatis harga saham akan terpengaruh. Namun defisit anggaran yang terjadi di Indonesia ditutup dengan utang luar negeri sehingga tidak ada dampak langsung terhadap harga saham. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lainnya Sukirno, 2004 : 397, maksudnya mengukur nilai suatu valuta suatu negara dari perspektif valuta negara lain. Hubungan nilai tukar dengan harga saham adalah berlawanan arah negatif dimana pada saat nilai tukar terdepresiasi maka harga saham naik, dan pada saat nilai tukar megalami apresiasi maka harga saham turun. Banyak penelitian menemukan bahwa di dalam kondisi yang normal dimana fluktuasi nilai tukar yang tidak terlalu tinggi, hubungan perubahan nilai tukar terhadap harga saham adalah positif. Namun, apabila terjadi depresiasi ataupun apresiasi nilai tukar maka hubungan nilai tukar dengan harga saham adalah negatif. Nilai tukar dimasukkan dalam penelitan ini karena nilai tukar saat ini sering berfluktuasi yang dapat mengakibatkan pasar modal Indonesia mengalami kemunduran yang berdampak terhadap perekonomian Indonesia. Dan adanya perbedaan pendapat hubungan antara nilai tukar dengan harga saham. Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk secara keseluruhan Tandelilin,2001:212 . Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan kepada barang lainnya. Inflasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang pada akhirnya juga akan menyebabkan hutang pada pihak ketiga berupa beban bunga akan menjadi meningkat. Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi variabilitas return suatu investasi yang tercemin akibat perubahan harga saham Tandelilin, 2001:48-49. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik ceterus Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 paribus. Apabila suku bunga meningkat maka harga saham akan turun, hal tersebut dapat terjadi karena investor akan lebih tertarik terhadap investasi yang terkait dengan suku bunga misalnya deposito dengan cara memindahkan investasinya dari saham. Risiko sistematis menurut James dan Ross Tandelilin, 2001 yaitu “a sistematic risk is any risk that effects a large number of assets, each to a greater or lesser degree”. Risiko pasar berhubungan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan, perubahan tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Risiko sistematis diukur melalui indeks beta. Indeks beta adalah angka yang menunjukkan tingkat sensitivitas suatu saham terhadap kondisi pasar secara umum atau mengukur sampai sejauh mana harga saham individual berfluktuasi bersamaan dengan berfluktuasinya harga pasar. Beta merupakan pengukur volatilitas votality return suatu sekuritas atau potofolio terhadap return pasar. Dengan demikian, beta merupakan risiko sistematik systematic risk dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar Jogiyanto, 2003 : 265-266. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka variabel yang mempengaruhi harga saham digunakan dalam penelitian ini yaitu risiko sistematis dan nilai tukar. Kerangka konseptual dapat digambarkan pada Gambar 1.1 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual Sumber : Utami dan Mudjilah, 2003 1102008, diolah

D. Hipotesis