Analisis Regresi Analisis Regresi Jalur Modal Inti, DPK, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar

77 Menggunakan cara kedua atau membandingkan besarnya angka taraf signifikasi sig penelitian dengan taraf signifikasi sebesar 0,05. Kriterianya sebagai berikut: Jika sig penelitian 0,05maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jika sig penelitian 0,05maka H0 diterima dan Ha ditolak. Berdasarkan perhitungan angka signifikasi sebesar 0 0,05 Ho ditolak dan H a diterima. Artinya, secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara Modal Inti, Dana Pihak Ketiga DPK, Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi terhadap pembiayaan yang diberikan pada Bank Muamalat Indonesia. 2 Melihat Pengaruh Modal Inti, Dana Pihak Ketiga DPK, Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi secara parsial terhadap pembiayaan yang diberikan pada Bank Muamalat Indonesia. Untuk melihat besarnya variabel antara Modal Inti, Dana Pihak Ketiga DPK, Suku bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi terhadap pembiayaan yang diberikan pada Bank Muamalat Indonesia secara sendiri-sendiri, digunakan uji t, uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen terhadap variabel dependen berpengaruh signifikan secara parsial, yang didapat dari tabel koefisien regresi statistik. Jika nilai signifikansi atau probabilitas lebih besar atau sama dengan 0,05 maka tidak terjadi pengaruh secara signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil atau sama 78 dengan 0,05 maka terdapat pengaruh secara signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.Riduwan dan Engkos 2008:118. Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh, digunakan angka Beta atau Standardized Coeffecient di bawah ini. Tabel 4.9 Uji t Regresi Sumber: output SPSS Untuk melihat apakah terdapat pengaruh variabel Modal Inti terhadap pembiayaan yang diberikan Bank Muamalat Indonesia adalah sebagai berikut : Besarnya pengaruh Modal Inti terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia sebesar 0,056 atau 5,6 dianggap tidak signifikan. Hal ini tercermin dalam angka signifikansi sebesar 0,083 yang lebih besar dari 0,05. Modal inti memiliki pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap pembiayaan. Artinya, apabila terjadi kenaikan Modal inti, maka Model Standardized Coefficients t Sig. Beta lnmi 0,056 1,762 0,083 lndpk 0,916 27,843 0,000 sbi 0,004 0,180 0,857 lnkurs 0,040 2,943 0,004 inflasi 0,049 2,155 0,035 79 jumlah Pembiayaan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratin Akhyar Adnan Edisi Khusus On finance,2005 yang menggunakan metode analisis uji t, yang mengemukakan bahwa Modal inti menunjukkan pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. Hal ini berbeda karena Ekuitas sebagai modal inti digunakan hanya sebatas untuk perhitungan CAR Capital Adequate Ratio sebagai indikator kemampuan penyerapan kerugian dan sebagai batas maksimum pemberian pembiayaan. Untuk memperoleh tingkat CAR yang baik memenuhi peraturan BI bank tidak hanya mengandalkan modal inti saja bank juga bisa mencari sumber dana lain seperti modal pinjaman dan pinjaman subordinasi sebagai modal pelengkap. Modal Inti hanya sebagai sandaran perlindungan kecil terhadap depositorkreditor atas penurunan nilai aset bank, bank bergantung terutama pada kompetensi dan kehati-hatian competency and prudence manajemen dan stabilitas sistem keuangan bank. Selama modal inti masih bisa memenuhi kewajiban minimum penyediaan modal maka suatu lembaga bank akan mengoptimalkan peran simpanan DPK untuk meningkatkan pembiayaan yang disalurkan. Untuk melihat pengaruh variabel Dana Pihak Ketiga DPK terhadap pembiayaan yang diberikan Bank Muamalat Indonesia, adalah sebagai berikut: 80 Hasil Penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 27,843 dengan ketentuan, taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan dk dengan ketentuan : dk = n – 2 atau 73 – 2 = 71. dari ketentuan tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 1.66660. Karena nilai t penelitian t tabel maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H a diterima, artinya DPK Dana Pihak Ketiga berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan yang diberikan pada Bank Muamalat Indonesia. Besarnya pengaruh DPK terhadap pembiayaan yang diberikan Bank Muamalat Indonesia sebesar 0.916 atau 91,6 dianggap signifikan. Hal ini tercermin dalam angka signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Dana Pihak Ketiga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Pembiayaan. Artinya, apabila terjadi kenaikan Dana Pihak Ketiga, maka jumlah Pembiayaan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati siregar 2005, Pratin Dan Akyar Adnan 2005, Luh Gede Meydianawati 2005, Fransisca 2008 yang menyatakan bahwa DPK secara parsial memiliki pengaruh terhadap jumlah pembiayaan yang disalurkan. Baik giro, deposito maupun tabungan turut memberikan andil di dalam kehidupan Perbankan, pengumpulan atas dana-dana tersebut digunakan Perbankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan juga untuk 81 menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan yaitu memberikan pembiayaan kepada masyarakat. Amiranti Marsya, 2009:18. Bank adalah sebagai organisasi Lembaga Keuangan yang berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali pada masyarakat. Jumlah dana yang dihimpun bank syariah dari masyarakat sudah tentu berupa simpanan tabungan, deposito dan giro. Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah keamanan dana mereka dan mereka dapat mengambilnya sewaktu-waktu. Semakin tinggi besar dana yang dihimpun bank syariah dari masyarakat maka jumlah dana bank pun akan meningkat. Seiring dengan hal itu sesuai dengan fungsinya bank harus menyalurkan dananya kembali ke masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel suku bunga SBI dengan Pembiayaan, dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut: Hasil Penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 0,180 dengan ketentuan, taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan dk dengan ketentuan : dk = n – 2 atau 73 – 2 = 71. dari ketentuan tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 1,66660. Karena nilai t penelitian t tabel maka dapat disimpulkan bahwa H o diterima dan H a ditolak, artinya Suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan yang diberikan Bank Muamalat 82 Indonesia. Besarnya pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Pembiayaan sebesar 0,004 atau 0,4 dianggap tidak signifikan. Hal ini tercermin dalam angka signifikansi sebesar 0,857 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Rossar Maries 2008 mengenai dampak fluktuasi variabel ekonomi makro terhadap DPK dan Pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah di Indonesia dengan data- data yang digunakan adalah data time series dari tahun 2003-2007 yang berasal dari statistik perbankan syariah dan statistik ekonomi keuangan Indonesia yang menghasilkan variabel suku bunga SBI tidak signifikan mempengaruhi pembiayaan. Dikarenakan SBI merupakan surat berharga yang dikeluarkan Bank Indonesia sebagai pengakuan atas utang yang memiliki jangka waktu pendek antara 1-3 bulan dengan sistem diskontobunga. Suku bunga SBI mengacu kepada BI rate yang pergerakannya fluktuatif. SBI dikeluarkan dengan tujuan untuk menyerap kelebihan likuiditas pada bank konvensional. Sedangkan Bank Indonesia telah menyediakan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia SWBI untuk menyerap kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang tidak mengenal bunga seperti bank konvensional. Sehingga Suku bunga SBI tidak signifikan mempengaruhi penyaluran pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia 83 Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel nilai tukar Rupiah dengan Pembiayaan, dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut: Hasil Penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 2,943, dengan ketentuan, taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan dk dengan ketentuan : dk = n – 2 atau 73 – 2 = 71 dari ketentuan tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 1.66660. Karena nilai t penelitian t tabel maka dapat disimpulkan bahwa H o ditolak dan H a diterima, artinya Nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia. Besarnya pengaruh Nilai tukar rupiah terhadap pembiayaan yang disalurkan sebesar 0,040 atau 4 dianggap signifikan. Hal ini tercermin dalam angka signifikansi sebesar 0,004 yang lebih kecil dari 0,05. Nilai tukar Rupiah kurs memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pembiayaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rossar Maries 2008 dan Ari Cahyono 2009 yang menghasilkan nilai tukar rupiah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan. Apabila kurs naik, maka suatu mata uang melemah terhadap mata uang negara lain, sehingga produsen yang memproduksi produk dengan bahan baku yang berasal dari impor akan menjadi lebih mahal. Hal tersebut mengakibatkan biaya produksi menjadi meningkat, sehingga produsen menetapkan harga jual produk tersebut menjadi lebih 84 mahal. Akibatnya permintaan terhadap barang akan mengalami penurunan dan tidak tertutup kemungkinan adanya penggunaan barang substitusi yang pada akhirnya akan semakin menekan permintaan. Permintaan yang menurun akan disikapi oleh produsen dengan menurunkan pasokan sehingga tercapai keseimbangan baru. Agar permintaan meningkat kembali produsen perlu mengadakan inovasi dan promosi terhadap produknya. Maka dari itu produsen membutuhkan modal dan biaya tambahan untuk melakukan kegiatan inovasi dan promosi tersebut. Kemudian apabila Kurs turun maka suatu mata uang akan menguat terhadap mata uang negara lain. Produsen yang menggunakan bahan baku impor akan menyebabkan biaya produksi menurun sehingga harga jual stabil, dan berikut juga permintaan terhadap produk tersebut akan menjadi stabil dan produsen tidak membutuhkan dana untuk menjaga permintaan konsumen terhadap produknya, hal tersebut menyebabkan pembiayaan menjadi menurun. Untuk melihat apakah ada hubungan linier antara variabel inflasi dengan Pembiayaan, dapat melakukan langkah-langkah analisis sebagai berikut: Hasil Penghitungan diperoleh angka t penelitian sebesar 2,155 dengan ketentuan, taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan dk dengan ketentuan : dk = n – 2 atau 73 – 2 = 71. dari ketentuan tersebut, diperoleh angka t tabel sebesar 1,66660 . 85 Karena nilai t penelitian t tabel maka dapat disimpulkan bahwa H o ditolak dan H a diterima, artinya inflasi berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan yang disalurkan Bank Muamalat Indonesia. Besarnya pengaruh inflasi terhadap pembiayaan sebesar 0,049 atau 4,9 dianggap signifikan. Hal ini tercermin dalam angka signifikansi sebesar 0,035 0,05. Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pembiayaan. Artinya, apabila inflasi mengalami kenaikan, maka jumlah Pembiayaan juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari Cahyono 2009 bahwa inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan. Setiap kenaikan pada inflasi akan meningkatkan Pembiayaan. Bila inflasi naik, maka konsep Bank Muamalat adalah Bagi hasil. Dengan konsep ini, sesungguhnya bank dan nasabah melakukan pengikatan dalam suatu ikatan investasi bersama, dimana laba dan rugi akan ditanggung bersama, dimana ketika inflasi naik, maka harga akan naik. Dengan pendapatan konsumen yang tetap maka hal tersebut akan menurunkan pendapatan perusahaan. Sehingga produsen akan memilih bank Muamalat Indonesia karena mendapatkan ketenangan dan keadilan dimana laba dan rugi akan ditanggung bersama. Sedangkan dalam kondisi inflasi turun, maka Bank Muamalat kurang menjadi pilihan, karena nasabah biasanya lebih memilih bank 86 konvensional, karena tingkat bunga pinjaman yang rendah dan pendapatan atau laba perusahaan akan cenderung tinggi sementara kewajiban sudah ditetapkan di awal. Namun, sesungguhnya konsep berbagi yang diterapkan bank syariah lebih adil dan menguntungkan kedua belah pihak dalam berbagai kondisi Tabel 4.10 Pengujian pengaruh secara parsial terhadap Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Sumber : data Sekunder diolah Variabel Koefisien Pengaruh Signifikansi Kesimpulan Modal Inti 0.056 0,083 Tidak Signifikan DPK 0,916 0,000 Signifikan SBI 0,004 0,857 Tidak Signifikan Kurs 0,040 0,004 Signifikan Inflasi 0,049 0,035 Signifikan 87

b. Analisis Korelasi

Korelasi antara Modal inti, DPK, Suku Bunga SBI, Kurs, dan inflasi. Tabel 4.11 Korelasi Hubungan Koefisien Korelasi Kategori Probabilitas Kesimpulan MI dengan DPK 0,917 sangat kuat 0,000 Signifikan MI dengan SBI 0,271 Sangat Lemah 0,021 Tidak Signifikan MI dengan Kurs 0,473 Cukup kuat 0,000 Signifikan MI dengan Inflasi 0,167 Lemah 0,158 tidak signifikan DPK dengan SBI 0,103 Sangat Lemah 0,385 Tidak signifikan DPK dengan Kurs 0,577 Cukup kuat 0,000 Signifikan DPK dengan Inflasi 0,051 Sangat Lemah 0,666 Tidak signifikan SBI dengan Kurs 0,102 Sangat Lemah 0,392 tidak signifikan SBI dengan Inflasi 0.870 Sangat kuat 0,000 Signifikan Kurs dengan Inflasi 0,121 Sangat Lemah 0,306 Tidak signifikan Sumber : out put SPSS 17 1. Korelasi Antara Modal Inti dan DPK. Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel SBI dan Inflasi sebesar 0,917. untuk menafsirkan angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut: • 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah dianggap tidak ada • 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat • 0,5 – 0,75: Korelasi kuat • 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat Korelasi sebesar 0,917 mempunyai maksud hubungan antara variabel Modal Inti dan DPK yang sangat kuat. Artinya jika nilai DPK mengalami 88 kenaikan maka nilai Modal Inti akan mengalami kenaikan. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,000 0,01. 2. Korelasi Antara Modal Inti dan SBI • 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah dianggap tidak ada • 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat • 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat • 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat Korelasi sebesar 0,271 mempunyai maksud hubungan antara variabel Modal Inti dan DPK yang cukup kuat. Korelasi dua variabel tersebut bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,021 0,05. 3. Korelasi Antara Modal Inti dan Kurs • 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah dianggap tidak ada • 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat • 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat • 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat Korelasi sebesar 0,473 mempunyai maksud hubungan antara variabel Modal Inti dan Kurs cukup kuat. Artinya jika nilai kurs mengalami kenaikan maka nilai modal inti akan mengalami kenaikan. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,000 0,01. 89 4. Korelasi Antara Modal Inti dan Inflasi • 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah dianggap tidak ada • 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat • 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat • 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat Korelasi sebesar 0,167mempunyai maksud hubungan antara variabel Modal Inti dan Inflasi sangat lemah dan searah. Korelasi dua variabel tersebut tidak bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,158 0,05. 5. Korelasi Antara DPK dan SBI • 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah dianggap tidak ada • 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat • 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat • 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat Korelasi sebesar 0,103 mempunyai maksud hubungan antara variabel DPK dan SBI sangat lemah. Korelasi dua variabel tersebut tidak bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,385 0,05. 6. Korelasi Antara DPK dan Kurs • 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah dianggap tidak ada • 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat • 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat • 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat 90 Korelasi sebesar 0,577 mempunyai maksud hubungan antara variabel DPK dan Kurs kuat. Artinya jika nilai kurs mengalami kenaikan maka nilai DPK akan mengalami kenaikan. Korelasi dua variabel tersebut mempunyai bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,000 0,01. 7. Korelasi Antara DPK dan Inflasi • 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah dianggap tidak ada • 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat • 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat • 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat Korelasi sebesar 0,051 mempunyai maksud hubungan antara variabel DPK dan Inflasi sangat lemah. Korelasi dua variabel tersebut tidak bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,666 0,05. 8. Korelasi Antara SBI dan Kurs • 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah dianggap tidak ada • 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat • 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat • 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat Korelasi sebesar 0,102 mempunyai maksud hubungan antara variabel SBI dan Kurs sangat lemah. Korelasi dua variabel tersebut tidak bersifat signifikan karena angka signifikansi sebesar 0,392 0,05.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Di PT. Bri Persero Tbk Cabang Balige

2 48 98

Analisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dan Dollar Inflasi, dan Jumlah uang beredar (M2) terhadap dana pihak ketiga (DPK) serta implikasinya pada pembiayaan Mudharabah pada perbankan Syariah di Indonesia

0 13 137

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit perbankan; studi kasus pada bank umum di Indonesia periode tahun 2001-2009

0 5 153

Analisis pengaruh inflasi, nilai tukar (KURS), suku bunga SBI dan jumlah berdar (M2) terhadap dan pihak ketiga DPK) serta implikasinya terhadap volume transaksi pasar uang antara bank (PUAB)

2 17 152

Analisis Pengaruh dana Pihak ketiga (DPK), Nilai Tukar, Suku Bunga Serifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi dan Capital Adequacy ratio (CAR) terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Periode 2007-2011

0 18 159

Pengaruh DPK, CAR, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Komposisi Pembiayaan Mudharabah (Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Indonesia)

0 5 119

Analisis Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Infalsi Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Penyaluran Kredit serta Dampaknya Kepada Profitabilitas pada Bank Umum

0 5 192

Analisis pengaruh dana pihak ketiga, BI Rate, dan kurs rupiah terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Persero di Indonesia pada periode 2008-2014

0 13 122

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, NILAI EKSPOR, SUKU BUNGA KREDIT, PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, NILAI EKSPOR, SUKU BUNGA KREDIT, DAN DANA PIHAK KETIGA TERHADAP KREDIT MODAL KERJA.

0 3 13

PENDAHULUAN PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, NILAI EKSPOR, SUKU BUNGA KREDIT, DAN DANA PIHAK KETIGA TERHADAP KREDIT MODAL KERJA.

1 6 8