Sumber Data METODOLOGI PENELITIAN

40 kau harus ingat, Pung.. kamu boleh merawat Azzam dengan syarat. Pertama, kamu nggak boleh mengeluh apa pun risikonya, kedua, jangan minta sumbangan ke orang-orang. Rezeki nggak bakalan kemana. Ketiga, kamu harus adil memperlakukan Azzam, jangan dibedakan dengan anak kandung kita. Makannya, dokternya, semua fasilitas yang disediakan harus sama kualitasnya. Mengerti?” hlm. 16 3. Nilai Keteguhan Pendirian Mengasuh anak orang lain pasti membutuhkan biaya besar, tapi Yuli yakin Allah memampukan rezeki keluarganya. Yuli tidak mau takut kehilangan harta dan benda karena digunakan untuk merawat anak-anaknya itu. Yuli merenungkan apa maksud Allah telah mengirimkan lima bayi pada mereka, tapi lepas semua? Apakah memang belum rezekinya atau memang mereka yang menolak? Yuli menjadi takut Allah murka kepadanya. Sudah diberi pertanda kok ngeyel? Tekadnya semakin bulat. Sekali lagi ini terjadi, dia akan mengambil dan merawat bayi tersebut.” hlm. 31 4. Nilai pertolongan “Mak, tolong diperiksa, Mak... Salsa tadi jatuh, kata Yuli gelisah, sambil menceritakan kronoligasnya, Mak Atik meraba sekujur tubuh Salsa dengan seksama, kemudian dipijatnya. Yuli 41 memperhatikan dengan gundah, setiap terdengar jeritan dari mulut anaknya, kepanikannya semakin menj adi”. hlm. 21 5 Nilai Keharmonisan “Benar saja, Salsa dan Badawi langsung lengket. Salsa tak mau lepas dari gendongan ayahnya. Yuli mendapatkan hadiah kecupan di dahinya. Aaahh.... betapa dia amat merindukan suaminya ini. Salsa ribut menanyakan oleh- oleh. “Iya sayang, ayah bawa boneka unta yang bisa bernyanyi buat Salsa. Nanti ya di rumah kita lihat,” rayu Badawi dengan sabar. Yuli tersenyum. Kalau dipikir-pikir, jika Allah tak mengaruniainya suami sebaik Badawi, apa mungkin dia berkali-kali menginginkan merawat bayi orang lain?” hlm. 14 6. Nilai Kebahagiaan “Yuli mengangguk pelan. Dua bening air mata mulai menitik, tak kuasa menahan haru dan rasa syukur yang membuncah dalam dadanya, atas kado terindah dalam hidupnya.” hlm. 16 7. Nilai Disiplin “Waktu itu ada tujuh orang saudara yang menumpang tinggal dengan mereka. Bayangkan, dalam kondisi kekurangan seperti itu, Soebandji harus memenuhi kebutuhan makan banyak orang. Disitulah uniknya. Setiap mereka masak, nasi yang dicampur gaplek itu terus dicetak di piring- piring, supaya semua kebagian dan tidak ada yang mengambil lebih banyak dari pada