Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 kisah cinta dan romantismenya dalam pergaulan diceritakan secara mendetail tetapi tidak sampai menyinggung atau keluar dari syariat. Novel tersebut ditulis berdasarkan pemikiran penulis dan berbagai sumber hukum islam serta etika dan norma islam yang up to date dan terjamin keshahihannya. Wujud tutur kata, tingkah laku dan berbagai macam aspek pergaulan dalam siratan novel tersebut. Didukung sebagian besar remaja sebagai novel pembangun jiwa. Wujud dari nilai yang disampaikan dalam novel tersebut antara lain begaimana sikap menghormati dan menghargai sesama muslim, non muslim, mahram, bukan mahram, sisi islam dalam ajaran mendidik, kasih sayang serta etika islam yang dinilai membangun jiwa. Lain ayat –ayat cinta, lain lagi laskar pelangi. Sastra sains fiksi yang ditulis Andrea Hiratta tersebut memukau sejumlah khalayak sastra. Novel yang menceritakan perjuangan anak – anak sekolah di pulau Belitung itu memicu semangat belajar dan berprestasi bagi para pembacanya. Novel tersebut tercatat sebagai best seller sebagai novel novel sains dan novel bermutu pendidikan. Bahasa yang digunakan dalam novel tersebut tidak tanggung hanya bahasa sastra tetapi juga bahasa ilmiah. 7 Salah satu nilai yang banyak terdapat pada novel adalah nilai-nilai pendidikan agama islam. Namun selain itu, ada pula pendidikan nilai yang diajarkan didalamnya. Supaya novel itu tidak hanya sebagai bahan bacaan, namun sebagai alat yang bisa dimanfaatkan siswa menanamkan berbagai jenis pendidikan nilai untuk merubah akhlak dalam diri mereka masing-masing. Pedidikan nilai dalam agama islam ini juga harus mampu mengarahkan dan mendidik para penikmat atau pembacanya baik dalam berpikir dan berperilaku karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya. Novel sejatinya bukan hanya sekadar bacaan, melainkan mengandung nilai- nilai yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Di dalam novel tergambar lingkungan kemasyarakatan serta jiwa tokoh yang hidup di suatu masa dan di suatu tempat. 7 Jakob Sumardjo, Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977, Bandung: Alumni, 1999, h. 11. 6 Secara sosiologis, manusia dan peristiwa dalam novel adalah pantulan realitas yang ditampilkan oleh pegarang dari suatu keadaan tertentu. 8 Gambaran- gambaran kehidupan tersebutlah yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pembaca.. Dalam novel Rumah Seribu Malaikat, mengisahkan bahwa Yuli Badawi sudah merawat lebih dari lima puluh anak angkat yang ia besarkan. Padahal mereka adalah sepasang suami istri sederhana dengan penghasilan yang biasa- biasa saja. Belum lagi, mereka juga sudah berusia paruh baya dan memiliki empat orang anak yang masih butuh perhatian dan biaya yang tidak sedikit. Selain itu , isi cerita dalam novel “Rumah Seribu Malaikat” juga sangat menarik, lucu, penuh semangat, serta mengharu-biru, sehingga membuat pembaca tidak mudah menutup buku sebelum membacanya sampai tuntas. Novel ini sangat menarik karena ini sungguh sebuah cerita keluarga yang sangat mengharukan, kisah ini menumbuhkan tekad yang kuat untuk menunjukkan rasa syukur pada ilahi dengan menolong sesama. Menumbuhkan rasa keikhlasan materi yang ternyata justru membuahkan kebahagiaan tanpa henti. Maka, untuk mengetahui pendidikan nilai dalam keagamaan islam yang terkandung dalam novel tersebut, dalam skripsi ini penulis akan membahasnya dengan judul: “Pemanfaatan Novel Rumah Seribu Malaikat Karya Yuli Badawi dan Hermawan Aksan Sebagai Pendidikan Nilai Dalam Islam”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Banyaknya novel best seller akan tetapi isi kandungannya tidak mengandung pendidikan nilai dalam Islam. 2. Banyaknya sikap orang tua yang acuh terhadap akhlak anak pada masa kini. 3. Banyaknya guru yang kurang menanamkan pendidikan nilai ke dalam diri peserta didik. 8 Korrie Layun Rampan, Suara Pancaran Sastra, Jakarta: Garuda Metropolitan, 1988, h. 17. 7 4. Guru bisa menjadikan novel Rumah Seribu Malaikat untuk menanmkan nilai ke dalam diri siswa.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan tidak melebar, maka dalam penelitian ini dibatasi hanya pada pemanfaatan novel Rumah Seribu Malaikat karya Yuli Badawi dan Hermawan Aksan sebagai media pendidikan nilai dalam keagamaan islam.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam novel “Rumah Seribu Malaikat” karya Yuli Badawi dan Hermawan Aksan? b. Bagaimana metode pendidikan nilai yang terkandung dalam novel “Rumah Seribu Malaikat” karya Yuli Badawi dan Hermawan Aksan? c. Apa kontribusi pendidikan nilai dalam novel Rumah Seribu Malaikat terhadap pengembangan pendidikan Islam?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin di capai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam novel Rumah Seribu Malaikat yang dapat dimanfaatkan sebagai media pendidikan nilai keagamaan dalam islam. Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa tujuan yaitu: 1. Untuk mengetahui nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam novel Rumah Seribu Malaikat yang dapat dikembangkan dalam pendidikan Islam 8 2. Untuk mengetahui bagaimana metode pendidikan nilai yanng terkandung dalam novel Rumah Seribu Malaikat karya Yuli Badawi dan Hermawan Aksa 3. Untuk mengetahui kontribusi pendidikan nilai dalam novel Rumah Seribu Malaikat terhadap pengembangan pendidikan islam Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu: 1. Bagi pendidikan Islam, diharapkan pendidikan nilai menjadi bahan rujukan dalam praktik sebagai pendukung dalam proses dan tujuan pengembangan pendidikan Islam 2. Bagi Guru Pendidikan Agama Islam, diharapkan guru dapat merealisasikan penanaman pendidikan nilai semisal guru bertugas bukan hanya mengajar, tetapi lebih utama sebagai pendidik yang di pundaknya digantungkan harapan untuk mencertak generasi bangsa yang cerdas, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia. 3. Bagi peserta didik, pendidikan nilai untuk membekali individu menjadi manusia yang professional yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, cakap, dan menjadi seseorang yang bertanggung jawab. 4. Bagi peneliti yang lain, Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang menyangkut topik penelitian yang relevan dengan penelitian ini. 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Nilai dalam Karya Sastra

1. Pengertian Nilai

Sastra, sebagaimana dikutip oleh Suyitno, berfungsi sebagai deluce menghibur dan utile mengajarkan sesuatu yang bermanfaat bagi pembaca. Karya sastra dan kehidupan nyata merupakan dua fenomena sosial yang saling melengkapi dalam kedirian masing-masing sebagai sesuatu yang eksistensial. Artinya disamping memiliki otonomi tersendiri, karya sastra dan kehidupan nyata memiliki hubungan timbal balik. Keberangkatan pengarang dalam menciptakan karya sastra, misalnya, diilhami oleh fenomena kehidupan. 9 Perihal keterkaitan sastra dengan kehidupan, Rudolf Unger dalam Wellek, 1990: 141 menyatakan bahwa sastra bukanlah filsafat yang diterjemahkan dalam bentuk pencitraan, melainkan ekspresi atau sikap umum terhadap kehidupan. Unger menambahkan, permasalahan yang digarap sastra antara lain mencakup 1 masalah nasib, yakni hubungan antara kebebasan dan keterpaksaan, semangat manusia dan alam, 2 masalah keagamaan, 3 9 Suyitno, Sastra Tata Nilai dan Eksegesis, Yogyakarta: PT Hanindita, 1986, h. 3. 9 10 masalah mitos dan ilmu gaib, dll. Sedangkan Damono, mengatakan bahwa dalam karya sastra tersirat gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial, yang mencakup 1 hubungan antarmasyarakat, 2 antarmanusia, 3 antarmasyarakat dengan orang-seorang, dan 4 pantulan hubungan orang dengan lain atau dengan masyarakat. 10 Dalam karya sastra tersimpan nilai-nilai budaya, bahkan yang berasal dari masa lalu yang jauh sekalipun. Nilai-nilai tersebut telah teruji dalam perjalanan waktu, baik yang bersifat umum maupun khas, yakni berupa pandangan hidup. Di samping itu karya sastra juga merekonstruksikan pengalaman yang sedang dijalani dalam suatu susuanan yang terpahami. Dengan memasuki segala macam situasi dalam karya sastra, orang akan dapat menempatkan diri pada kehidupan yang lebih luas daripada situasi yang nyata. 11 Sebuah karya sastra memiliki nilai yang luar biasa dalam penceritaannya. Sebuah karya sastra akan memiliki nilai yang luar biasa jika sang pengarang dalam proses pembuatan karyanya mampu melibatkan semua aspek di dalamnya. Sebuah karya sastra yang bernilai tinggi akan terasa ketika membaca isinya yang mampu melibatkan batin pembaca dengan nuansa yang imajinatif pengarang berikan. Maka, dari sini diperoleh kesimpulan sebuah karya sastra yang berkualitas, yang mempunyai nilai tinggi dapat dilihat dari kemampuan pengarang dalam menghasilkan sebuah karya. Kata nilai berasal dari bahasa latin Valare, atau bahasa Prancis kuno valoir yang artinya nilai. Kata valare, valoir, value atau nilai dapat dimaknai sebagai harga. Hal ini selaras dengan definisi nilai menurut pengertian dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, 12 yaitu sebagai harga dalam arti taksiran harga. Akan teta pi, secara luas apabila kata “harga” dihubungkan dengan objek tertentu atau dipersepsi dari sudut pandang tertentu pula, mengandung 10 Muhammad Alfan, Pengantar Filsafat Nilai, Bandung: CV Pustaka Setia, 2013, h. 55 11 Anwar Efendi, Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008, cet. 1, hlm. 1. 12 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2008, h. 963