Model Pengembangan Kognitif Pendidikan Nilai

22 Menurut Imam Syafi‟i dalam kitab beliau ar-Risalah, syari‟at adalah peraturan-peraturan lahir yang bersumber dari wahyu dan kesimpulan-kesimpulan yang berasal dari wahyu itu mengenai tingkah laku manusia. c Akhlak Pengertian akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab akhlaq, bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis antara lain berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi‟at Rachmat Djatnika, 1987: 25. 27 Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya telah dijumpai pemakaiannya di dalam al- Qur‟an maupun Hadits sebagai terlihat berikut ini:      Artinya: “Dan sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar berbudi pekerti yang agung”. QS. al-Qalam66: 4       Artinya: “Agama kami ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan yang dahulu”. QS. al-Syu’ara26: 137 Artinya: “Bahwasannya aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran budi pekerti”. HR. Ahmad Budi pekerti, perangai, tingkah laku atau ta bi‟at, kita ketahui maknanya dalam percakapan sehari-hari. Namun, agar lebih jelas, tidak ada salahnya kalau dituliskan juga di antaranya dalam uraian ini. Budi pekerti adalah kata mejemuk perkataan budi dan pekerti, gabungan kata yang berasal dari basa Sansekerta dan bahasa 27 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, h. 345 23 Indonesia. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia 1989 budi pekerti mengandung makna perilaku yang baik, bijaksana, dan manusiawi. Kalau perkataan budi pekerti dihubungkan dengan perangai, kata budi pekerti mengandung arti yang lebih dalam karena telah mengenai sifat dan watak yang dimiliki seseorang, sifat danwatak yang telah melekat pada diri pribadi telah menjadi kepribadiannya. Dapat juga dikatakan bahwa perangai adalah sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang. 28 Kalau perkataan budi pekerti dihubungkan dengan akhlaq, jelas seperti yang disebutkan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia di atas, kedua-duanya mengandung makna yang sama. Baik budi pekerti maupun akhlak mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan atau penerapannya melalui tingkah laku yang mungkin positif, mungkin negatif, mungkin baik dan buruk. Yang termasuk kedalam pengertian positif baik adalah segala tingkah laku, tabi‟at, watak dan perangai yang sifatnya benar, amanah, sabar, pemaaf, dan lain-lain sifat yang baik. Sedang yang termasuk ke dalam pengertian akhlak atau budi pekerti yang buruk adalah semua tingkah laku, tabi‟at, watak, perangai sombong, dendam, dan lain-lain sifat-sifat yang buruk. Yang menentukan suatu perbuatan atau tingkah laku itu baik atau buruk adalah nilai dan norma agama, juga kebiasaan atau adat istiadat. Akhlak dari segi bahasa ini membantu kita dalam menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah. Namun demikian pengertian akhlak dari segi bahasa ini sering digunakan untuk mengartikan akhlak secara umum. Akibatnya segala sesuatu perbuatan yang sudah dibiasakan dalam masyarakat, atau nilai-nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat disebut akhlak. 28 ibid., h. 346-348 24 Demikian pula aturan baik buruk yang berasal dari pemikiran manusia, seperti etika, moral dan adat kebiasaan juga dinamakan akhlak. Persepsi ini tidak sepenuhnya tepat, sebab antara akhlak, etika, moral, dan adat kebiasaan terdapat perbedaan. Akhlak bersumber pada agama, sedangkan etika, moral, dan adat kebiasaan berasal dari pemikiran manusia. 29 Akhlak atau sistem perilaku ini terjadi melalui satu konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu harus terwujud. Konsep atau seperangkat pengertian tentang apa dan bagaimana sebaiknya akhlak itu, disusun oleh manusia di dalam sistem idenya. Sistem ide ini adalah hasil proses daripada kaidah-kaidah yang dihayati dan dirumuskan sebelumnya, norma yang bersifat normatif dan norma yang bersifat deskriptif. Kaidah atau norma yang merupakan ketentuan ini timbul dari satu sistem nilai yang terdapat dalam al- Qur‟an atau sunnah yang telah dirumuskan melalui wahyu ilahi maupun yang disusun oleh manusia sebagai kesimpulan dari hukum-hukum yang terdapat dalam alam semesta yang diciptakan Allah SWT. 30

3. Pendidikan Nilai Estetik

Dalam rangka teori umum tentang nilai, The Liang Gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik nilai keindahan. 31 Nilai estetik adalah nilai yang lebih menghasilkan pada penilaian pribadi seseorang yang bersifat subyektif. Selain itu nilai estetik melekat pada kualitas barang atau memiliki sifat indah. Kecenderungan orang yang 29 Koordinasi Dakwah Islam KODI, Dirasah Islamiyah Pendidikan Kader Mubaligh, Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, 1997, h. 3 30 Abu Ahmadi, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, Cet. Ke-4, h. 199 31 Alfan, op. Cit., h. 194.