Ciri-ciri Novel Unsur-unsur Novel

32 fiksi. Atau, ketiga hal inilah yang secara konkret dan langsung membentuk cerita. 43 Secara garis besar unsur latar sebuah cerita dapat dikategorikan menjadi tiga unsur pokok, yaitu: 44 a. Latar Tempat Latar tempat merupakan hal yang berkaitan dengan masalah geografis, yang menyangkut deskripsi tempat suatu cerita terjadi. b. Latar Waktu Latar waktu mengacu kepada saat terjadinya peristiwa secara historis. Dengan demikian, saat kejadian dalam cerita akan tergambar pula tujuan fiksi tersebut secara jelas. c. Latar Sosial Merupakan lukisan status yang menunjukkan hakikat seseorang atau beberapa orang tokoh di dalam masyarakat yang ada disekelilingnya.Statusnya di dalam kehidupan sosialnya boleh jadi digolongkan menurut tingkatannya, seperti sosial kelas bawah, latar sosial kelas menengah, dan latar sosial kelas atas. 5. Sudut Pandang Menurut M.H. Abrams, seperti dikutip oleh Burhan Nurgiyantoro, sudut pandang menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk karya fiksi kepada pembaca. 45 Secara garis besar, sudut pandang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu persona pertama gaya “aku” dan persona ketiga gaya “dia”. Pada sudut pandang yang menggunakan persona pertama gaya “aku”, pengarang ikut terlibat dalam cerita. Pengarang masuk ke dalam 43 Ibid., hal. 216 44 Ibid., hal. 227-245 45 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010, Cet. VIII, h. 248. 33 cerita menjadi si “aku” yaitu tokoh yang mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, serta segala peristiwa atau tindakan yang diketahui, didengar,dilihat, dialami, dirasakan, serta sikapnya terhadap tokoh lain, kepada pembaca. Pembaca hanya menerima apa yang diceritakan oleh tokoh “aku”. Sebagai konsekuensinya, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas apa yang dilihat dan dirasakan tokoh si “aku” tersebut. Sudut pandang persona pertama dapat dibedakan lagi ke dalam dua golongan berdasarkan peran dan kedudu kan tokoh “aku” dalam cerita. Yaitu “aku” sebagai tokoh utama jika ia menduduki peran utama atau menjadi tokoh utama protagonis, dan “aku” sebagai tokoh tambahan jika ia hanya menduduki peran tambahan, menjadi tokoh tambahan protagonis, atau berlaku sebagai saksi. Adapun pada sudut pandang persona ke tiga gaya “dia”, pengarang menjadi seseorang yang berada di luar cerita. Pengarang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya tokoh utama, terus-menerus disebut, dan sebagai variasi digunakan kata ganti. Hal ini akan memudahkan pembaca dalam mengenali siap tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak. Sudut pandang persona ketiga dapat dibedakan lagi ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Yaitu sudut pand ang “dia” mahatahu jika pengarang mengetahui segala hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya, dan sudut pandang “dia” sebagai pengamat jika pengarang hanya menceritakan secara apa adanya dan tidak sampai mengetahui detil-detil yang khas. b. Unsur Ekstrinsik unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Atau secara lebih khusus ia dapat 34 dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting. Wellek dan Warren 1956, walau membicarakan unsur ekstrinsik tersebut cukup panjang, tampaknya memandangnya unsur itu sebagai sesuatu yang agak negatif, kurang penting. Pemahaman unsur ekstrinsik suatu karya, bagaimanapun akan membantu dalam hal pemahaman makna karya itu mengingat bahwa karya sastra tak muncul dari situasi kekosongan budaya. 46 Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga terdiri dari sejumlah unsur. Unsur-unsur yang dimaksud Wellek dan Warren, 1956:75-135 antara lain adalah 1. Latar belakang kehidupan pengarang 2. Pandangan hidup pengarang 3. Situasi sosial, budaya yang melatari lahirnya karya sastra tersebut. 46 Ibid., hal. 24 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci mengenai metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini, metode penelitian tersebut adalah meliputi jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan datadan teknik analisis data yang akan diuraikan sebagai berikut:

A. Jenis Penelitian

Dalam skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian pustaka Library Research. Karena skripsi ini mengkaji sumber data dari materi atau literatur yang relevan dengan judul skripsi yang terdapat dalam sumber-sumber pustaka, maka skripsi ini secara khusus bertujuan mengumpulkan data atau informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang perpustakaan, baik itu berupa buku, artikel, ataupun surat kabar yang ada kaitannya dengan skripsi ini dengan cara menelaah dan menganalisa sumber-sumber tersebut dan mencatat hasilnya untuk kemudian dikualifikasikan menurut kerangka yang sudah ditentukan. 35 36

B. Sumber Data

Hubberman menegaskan data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Dengan demikian, data verbal dapat difahami baik melalui alur peristiwa secara kronologis, narasi, maupun dialog yang dituangkan Yuli Badawi dalam novelnya Rumah Seribu Malaikat harus disikapi sebagai kesatuan tutur yang lebih lengkap berupa kata, kalimat, serta paragraf sehingga membentuk suatu wacana yang utuh. 47 Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer Data primer merupakan literatur yang membahas secara langsung objek permasalahan pada penelitan ini, yaitu novel Rumah Seribu Malaikat karya Yuli Badawi. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dari sumber- sumber lain yang masih berkaitan dengan masalah penelitian dan membahas interpretasi terhadap sumber primer. 48 . Adapun data sekunder dalam penulisan skripsi ini adalah buku-buku pendidikan, artikel-artikel, dan sebagainya yang relevan dengan pembahasan skripsi. C . Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi atau pengumpulan dokumen adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan lain sebagainya. 47 Michael Hubberman, A. Miles, Mattew B, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia, 1992, h. 1 48 Saefudin Anwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, hal. 89 37

D. Teknik Analisis Data

a Metode Analisis Isi Content Analysis Yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk mengungkap, memahami dan menangkap isi karya sastra tersebut. b Metode Deskriptif Yaitu suatu cara yang digunakan untuk membahas objek penelitian secara apa adanya berdasarkan data-data yang ditemukan. Adapun teknik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Dengan analisis kualitatif akan diperoleh gambaran sistematika mengenai isi suatu dokumen 38

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Nilai-nilai yang Terkandung dalam Novel Rumah Seribu

Malaikat Pada bab empat ini, penulis akan mendeskripsikan nilai-nilai yang terkandung dalam novel rumah seribu malaikat. Deskripsi nilai-nilai tersebut adalah hasil analisis penelitian penulis dengan menggunakan teori yang telah dirancang sebelumnya. Adapun nilai-nilai yang yang akan penulis deskripsikan yaitu mengenai nilai-nilai akhlak, nilai personal, dan nilai sosial. Nilai akhlak, secara etimologi berasal dari khalaqa, yang berarti perangai, tabiat, adat, atau sistem perilaku yang dibuat. Karenanya akhlak secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotosai baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik. Nilai akhlak yang telah penulis temukan dalam teks novel rumah seribu malaikat meliputi: nilai syukur nikmat, nilai sabar, nilai ikhlas, dan nilai takwa. 38 39 Nilai personal merupakan nilai-nilai yang perlu ditanamkan dan dimiliki seorang individu dalam kehidupannya. Nilai personal yang telah penulis temukan dalam teks novel rumah seribu malaikat meliputi: nilai tanggung jawab, nilai keteguhan pendirian, nilai percaya diri, nilai keikhlasan, nilai disiplin, nilai sigap menghadapi masalah, nilai rendah hati, nilai iba. Nilai sosial adalah segala sesuatu yang dianggap baik dan benar, yang diidam-idamkan masyarakat. Agar nilai-nilai sosial dapat tercipta dalam masyarakat, diperlukan norma sosial dan sanksi-sanksi sosial. Nilai sosial adalah penghargaan yang diberikan masyarakat kepada segala sesuatu yang baik, penting, luhur, pantas, dan mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama. Nilai sosial yang terdapat dalam novel rumah seribu malaikat adalah: nilai tolong menolong, nilai keharmonisan, sopan santun, nilai kepedulian, nilai keakraban. Tabel 1 Deskripsi Nilai-nilai yang Terkandung dalam Novel Rumah Seribu Malaikat karya Yuli Badawi dan Hermawan Aksan No Deskripsi Nilai-nilai Teks Dalam Novel Rumah Seribu Malaikat 1. Nilai Tanggung Jawab “Yuli yakin sekali dalam dompetnya tidak ada uang sebanyak itu, tabungan juga tidak punya. Karena itu dia putuskan meminjam dari Koperasi Ikhtiar Wanita di kompleks tempat dia tinggal, Kopo Permai. Alhamdulillah, dia bisa mendapatkan pinjaman satu juta rupiah yang pembayarannya akan dia cicil 10 kali. Uang sebesar itu digunakannya untuk membayar Mak Atik, membeli susu, dan memeriksakan bayi itu ke dokter” hlm. 5 2. Nilai Keadilan “Suaminya mengangguk. Dengan sebelah tangandia membela i kepada istrinya, “Tapi