18
f. Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai
sudut pandang untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan nulai yang dimilikinya.
g. Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus
dilakukan sesuai dengan pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri.
2. Model Pengembangan Kognitif
Model pengembangan kognitif dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg. Model ini banyak diilhami oleh pemikiran John Dewey dan
Jean Piaget yang berpendapat bahwa perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari restrukturisasi kognitif yang berlangsung secara
berangsur-angsur menurut urutan tertentu. Menurut Kohlberg, moral manusia itu berkembang melalui 3 tingkat, dan setiap tingkat terdiri dari
2 tahap. a.
Tingkat Prakonvesianal Pada tingkat ini setiap individu memandang moral berdasarkan
kepentingannya sendiri. Artinya, pertimbangan moral didasarkan pada pandangannya secara individual tanpa menghiraukan rumusan
dan aturan yang dibuat oleh masyarakat. Pada tingkat prakonvensional ini terdiri atas dua tahap.
Tahap 1 Orientasi hukuman dan kepatuhan, pada tahap ini perilaku anak
didasarkan kepada konsekuensi fisik yang akan terjadi. Tahap 2
Orientasi instrumental-relatif, pada tahap ini perilaku anak didasarkan kepada rasa “adil“ berdasarkan aturan permainan yang
telah disepakati. b.
Tingkat Konvensional Pada tahap ini anak mendekati masalah didasarkan pada
hubungan individu-masyarakat. Kesadaran dalam diri anak mulai
19
tumbuh bahwa perilaku itu harus sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku dimasyarakat. Dengan demikian, pemecahan
masalah bukan hanya didasarkan kepada rasa keadilan belaka, akan tetapi apakah pemecahan masalah itu sesuai dengan norma
masyarakat atau tidak. Pada tingkat konvensional itu mempunyai 2 tahap sebagai kelanjutan dari tahap yang ada pada tingkat
prakonvesional, yaitu tahap keselarasan interpersonal serta tahap system social dan kata hati.
Tahap 3 Keselarasan interpersonal, pada tahapan ini ditandai dengan setiap
perilaku yang ditampilkan individu didorong oleh keinginan untuk memenuhi harapan orang lain.
Tahap 4 Sistem sosial dan kata hati, pada tahap ini perilaku individu bukan
didasarkan pada dorongan untuk memenuhi harapan orang lain yang dihormatinya, akan tetapi didasarkan pada tuntutan dan
harapan masyarakat. c.
Tingkat Postkonvesional Pada tingkat ini perilaku bukan hanya didasarkan pada
kepatuhan terhadap norma-norma masyarakat yang berlaku, akan tetapi didasari oleh adanya kesadaran sesuai dengan nilai-nilai
yang dimilikinya secara individu. Seperti pada tingkat sebelumnya, pada tingkat ini juga terdiri dari dua tahap.
Tahap 5 Kontrak sosial, pada tahap ini perilaku individu didasarkan pada
kebenaran-kebenaran yang diakui oleh masyarakat. Kesadaran individu untuk berperilaku tumbuh karena kesadaran untuk
menerapkan prinsip-prinsip sosial. Tahap 6
Prinsip etis yang universal, pada tahap terakhir perilaku manusia didasarka pada prinsip-prinsip universal.
20
3. Klasifikasi Pendidikan Nilai
Pendidikan nilai merupakan penanaman dan pengembangan nilai-nilai pada diri seseorang. Untuk itu dalam skripsi ini akan menjelaskan klasifikasi
nilai yang harus dikembangkan pada seseorang. Adapun klasifikasi pendidikan nilai tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Nilai Sosial
Pendidikan nilai sosial adalah segala sesuatu yang dianggap baik dan benar, yang diidam-idamkan masyarakat. Agar nilai-nilai sosial
dapat tercipta dalam masyarakat, diperlukan norma sosial dan sanksi- sanksi sosial. Nilai sosial adalah penghargaan yang diberikan
masyarakat kepada segala sesuatu yang baik, penting, luhur, pantas, dan mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan dan kebaikan
hidup bersama.
25
Clyde Kluckhohn dalam buku Culture and Behavior, menyatakan bahwa “nilai bukan keinginan, melainkan apa yang diinginkan. Artinya,
nilai tidak hanya diharapkan, tetapi diusahakan sebagai suatu yang pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain.
2. Pendidikan Nilai Religi
Pendidikan nilai religi adalah penanaman nilai-nilai yang mengandung aspek agama. Nilai-nilai yang mengandung aspek-aspek
agama disini dimaksudkan untuk nilai-nilai yang mengandung unsur keislaman. Oleh karena itu, kajian penanaman nilai-nilai islami di sini
tidak mengupas aspek-aspek tersebut secara terperinci, namun dibatasi pada nilai-nilai pokok ajaran islam. Nilai pokok ajaran islam tersebut
meliputi aqidah, syariah, dan akhlak. Berikut ini akan dibahas ketiga komponen pokok tersebut adalah sebagai berikut:
a Aqidah
Aqidah menurut etimologi adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau
25
Muhammad Alfan, Pengantar Filsafat Nilai, Bandung: CV Pustaka Setia, 2013, h. 242.