Penelitian Terdahulu Tinjauan Teoritis 1. Ubi Jalar

Penelitian Aksi Partisipatif digunakan untuk memberdayakan masyarakat dengan memfasilitasi mereka untuk memecahkan masalah secara partisipasi. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mengerti dan dengan pendekatan evaluasi menggunakan Focus Group Discusion masyarakat dapat memperoleh pemecahan masalah berasal dari masyarakat sendiri. Tugas fasilitator memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu masyarakat memikirkan mengapa dan bagaimana seharusnya terjadi dan mengarahkan jalannya diskusi. Narayan 1996 membedakan waktu penggunaan pendekatan konvensional dengan pendekatan partisipati. Pendekatan konvensional digunakan pada saat data yang dibutuhkan kebanyakan kuantitatif, saat aksi tidak lanjut tidak jelas, isu yang ditujukan tidak sensitif. Pendekatan konvensional juga digunakan saat maksud penelitian tidak memasukan keterlibatan komunitas dalam program, dan jika waktu dan sumber memaksa dengan serius. Sedangkan penggunaan pendekatan partisipasi dilakukan untuk mengadakan hubungan dan komitmen untuk menggunakan hasil penelitian. Digunakan jika ketertarikan dan keterlibatan masyarakat berpusat pada penerimaan tujuan program serta saat informasi yang didapat kompleks atau sensitif. Jika isu utama tidak dapat dikenali atau relatif tidak dapat didefinisikan.

2.1.6. Penelitian Terdahulu

Rumahorbo 1992 dalam penelitiannya mengenai prospek pemasaran produk pahala PT. Asuransi Kerugian X mengatakanan bahwa produk pahala didukung oleh beberapa faktor yang mencakup eksternal dan internal. Produk ini mencoba meraih konsumen rumah tangga dengan menawarkan penghematan dan kemudahan. Faktor eksternal melingkupi prospek industri asuransi serta pasar perorangan di masa datang, sedangkan faktor internal meliputi aspek organisasi serta kebijakan perusahaan terutama yang menyangkut kebijaksanaan di bidang pemasaran. Pada faktor eksternal perusahaan dilihat kondisi perekonomian secara keseluruhan, arus keluar premi, potensi pasar perorangan di Indonesia, dan undang-undang atau peraturan pemerintah yang mengatur mengenai asuransi. Faktor internal perusahaan melihat aspek organisasi yang menyangkut kantor cabang dan sumber daya manusia, serta aspek pemsaran yang meliputi kebijaksanaan pemasaran secara umum dan kebijaksanaan mengenai variabel-variabel bauran pemasaran. Durianto dan Aviantary 1992 melihat adanya prospek usaha pada bisnis apartemen di Jakarta. Hal ini dilatar belakangi oleh adanya peningkatan di Indonesia selama 5 tahun terakhir khususnya di Jakarta maka dibutuhkan penyediaan sarana tempat hunian. Peningkatan investasi dan kebutuhan sarana tempat hunian menyebakan bisnis apartemen menjanjikan prospek yang menguntungkan diantara para pengusaha. Sebagaimana umumnya terjadi merebaknya suatu peluang usaha selain menjanjikan prospek juga menimbulkan permasalahan seperti makin intensifnya persaingan. Bisnis apartemen dewasa ini ditandai pertumbuhan sekitar 35,4 tiap tahun dari 1985 hingga 1992. Potensi permintaan tahun berikutnya diperkirakan akan meningkat sebesar 25, tetapi diikuti dengan penawaran yang melonjak tajam. Sehingga diperkirakan pada akhir tahun 1995 akan tersedia sekitar 5400 unit apartemen. Akibat yang mungkin terjadi adalah menurunnya tingkat hunian rata-rata hingga 70 pada tahun itu. Peneliti menggunakan analisis sensitivitas variabel tingkat hunian dan mendapatkan hasil bahwa investasi apartemen seharusnya memiliki tingkat hunian minimal 70 dengan PBP 10,2 tahun. Tujuan pemasaran berhubungan dengan aspek-aspek tersebut, sehingga perlu dibuatnya suatu strategi pemasaran terpadu bagi pelaku bisnis. Nisviaty 2006 dalam penelitiannya mengatakan bahwa bolu kukus dan brownies kukus yang berbahan dasar tepung ubi jalar klon BB00105.10 tergolong pangan yang memiliki nilai indeks glikemik dan beban glikemik rendah. Dapat dijadikan alternatif diet, khususnya bagi penderita diabetes melitus dan obesitas. Respon glikemik terbaik terdapat pada brownies kukus, karena didukung oleh kadar protein, kadar lemak, dan serat pangan larut yang lebih tinggi dari bolu kukus. Serta memiliki serat daya cerna pati yang lebih rendah dari bolu kukus. Dalam percobaannya dilakukan beberapa komposisi perbandingan tepung ubi jalar dan terigu yang digunakan. Dari hasil percobaan tersebut didapat komposisi bahan-bahan terbaik dalam pembuatan bolu kukus dan brownies kukus dari tepung ubi jalarTabel 3 Tabel 3. Bahan terbaik bolu kukus dan brownies kukus Jumlah bahan Bahan Bolu kukus Brownies kukus Tepung ubi jalar g 20 100 Terigug 80 Telur g 57 120 Gula pasir g 80 80 Air ml 65 - SP g 4 2 GMS 1 1.6 Pasta pandan g 0.5 - Susu skim g - 20 Coklat bubuk g - 14 Coklat blok g - 80 Mentega g - 40 Margarin g - 40 Baking powder g - 1 Sumber: Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian, IPB 2006

2.2. Kerangka pemikiran konseptual