dari Indonesia untuk diolah lebih lanjut. Seperti yang terjadi pada beberapa komoditi pertanian Indonesia yang dijual mentah ke negara lain yang
kemudian diolah dan dijual kembali hasil olahannya ke Indonesia. Tingginya minat masyarakat di luar negeri dan pemanfaat ubi jalar di luar negeri
dapat terlihat dari peningkatan nilai dan jumlah eksport ubi jalar ke beberapa negara tujuan dari tahun 2000-2006 Tabel 5. Pemanfaatan ubi
jalar dilakukan oleh masyarakat sebagai konsumen akhir dan industri yang nantinya akan diolah kembali menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi
3
.
Tabel 5. Realisasi Eksport Ubi Jalar 2000-20006
Tahun Nilai US
Volume KG
2000 1.888.384 7.428.647
2001 1.964.629 8.044.597
2002 3.721.624 13.20.,276
2003 3.821.644 10.641.017
2004 5.208.844 11.821.582
2005 4.580.913 11.113.460
2006 6.259.034 11.215.834
Sumber : Departemen Perdagangan, 2007
4.1. Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip
Desa Cikarawang sebagai salah satu desa yang terletak di Kecamatan Dramaga di Kabupaten Bogor memiliki potensi dalam pengembangan
palawija diantaranya ubi jalar. Di desa Cikarawang terdapat empat kelompok tani yang membawahi setidaknya 20-40 orang anggotanya,
diantaranya adalah kelompok tani Subur Jaya, kelompok tani Setia, kelompok tani Makmur, dan kelompok tani Hurip. Dari hasil penilaian awal
didapatkan informasi bahwa kelompok tani Hurip, memiliki potensi pengembangan palawija khususnya ubi jalar. Hasil panen yang dijual oleh
sebagian besar anggota Kelompok Tani Hurip adalah tanaman palawija, diantaraanya ubi jalar, sedangkan padi digunakan untuk konsumsi sendiri.
3
Hasil wawancara dan studi literatur
Hal ini berarti, petani memperoleh penghasilan hanya dari penjualan panen palawijanya saja, yang sebagian besar dijual segar ke pasar. Melalui proses
fasilitasi yang kami jalankan para petani tersebut sadar dan ingin meningkatkan kesejahteraanya dengan meningkatkan nilai tambah ubi jalar.
Kelompok tani Hurip telah berdiri semenjak tahun 1974 beralamat di Kampung Carangpulang Bubulak Rt 4 Rw 3 No. 43, Dusun II, Desa
Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kelompok Tani Hurip telah mengalami 2 masa kepengurusan. Pada periode
pertama 1974-2000 kelompok ini memiliki anggota sebanyak 20 orang dan belum terdapat struktur kelembagaan, pendeskripsian tugas-tugas pengurus
dan kelompok. Kegiatan kelompok pada masa ini sebatas pada pembagian bibit dan belum memiliki kemajuan berarti. Pada tahun 2000 terjadi
pergantian jabatan melihat ketua kelompok periode sebelumnya sudah semakin lanjut usianya. Pada periode II ini terdapat struktur organisasi
yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Sebelum adanya pendampingan dari peneliti dengan menggunakan
pendekatan aksi partisipatif, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KTH sebatas pada kegiatan dari pemerintah seperti pembagian bibit. Belum ada
pemikiran aktif dari setiap anggota untuk melakukan sesuatu yang dapat meningkatkan kesejahteraan bersama. Ketua kelompok menjadi pemeran
dominan dalam kelompok karena tidak adanya kejelasan dalam pembagian tugas. Meskipun pada periode II kepengurusan, kelompok memiliki struktur
yang lebih lengkap karena memiliki sekretaris dan bendahara. Namun, pada periode II ini Kelompok Tani Hurip KTH terlihat mulai aktif dalam
pembangunan desa. Sehingga Kelompok Tani Hurip KTH sering mendapat bantuan berupa pohon, pupuk, bibit, dan traktor dari Unit Pelayanan Teknis
Dinas UPTD dan instansi terkait seperti IPB. Selama ini hasil panen kelompok tani dijual dalam bentuk segar ke tengkulak dan pasar-pasar
tradisional. Belum ada tindakan pengolahan pasca panen terhadap hasil- hasil panennya agar dapat meningkatkan nilai tambah. Beberapa tengkulak
yang termasuk dalam keanggotaan Kelompok Tani Hurip menyalurkan ubi- ubi tersebut ke pasar induk dan pabrik-pabrik saos rekanannya.
Gambar 3. Saluran Pemasaran Ubi Jalar Sebelum Pendampingan Pada bulan februari-juni para peneliti melakukan pendampingan di
Kelompok Tani Hurip. Melalui pertemuan dan diskusi yang diadakan oleh para peneliti sebagai fasilitator, kelompok mulai membahas mengenai
peraturan-peraturan dalam kelompok karena kelompok mulai menggangap penting untuk menetapkan peraturan dalam kelompok. Setelah melakukan 7
kali pertemuan dengan anggota kelompok melalui metode FGD, kelompok menetapkan struktur organisasi, tugas pengurus, dan peraturan kelompok
tani hurip berdasarkan kesepakatan kelompok. Terdapat 11 orang pengurus dalam struktur kepengurusan organisasi yang terdiri dari dua orang
penasehat, ketua kelompok, sekretaris, bendahara, seksi pertanian, seksi kehutanan, seksi humas, seksi usaha, seksi kelompok wanita tani, dan seksi
pengairanP3A. Pergantian nama seksi sebelumnya pernah tejadi atas dasar kebutuhan kelompok dan saran dari penyuluh dari Unit Pelayanan Teknis
Dinas UPTD. Tabel 6. Tugas Pengurus Kelompok Tani Hurip KTH
Jabatan Pengurus
Tugas Pengurus Kelompok Tani Hurip KTH
Ketua 1. Memberdayakan anggota dan pengurus. 2. Mengkoordinasikan pengurus demi kelancaran
organisasi Kelompok Tani Hurip. Penasehat
Memberikan usulan dan saran khususnya pada ketua kelompok dan pada umumnya untuk Kelompok Tani
Hurip. Sekretaris
1. Pendataan pengurus dan anggota. 2. Surat menyurat dan undangan.
Bendahara 1. Bertanggung jawab atas pengumpulan uang iuran kas.
2. Bertanggung jawab atas pengumpulan uang pendapatan traktor.
Seksi Kelompok
Tani Wanita 1. Perwakilan pada saat ada pelatihan atau percobaan
dari dinas. 2. Mentransfer ilmu yang didapatkan dari pelatihan atau
Petani Tengkulak
Pasar i d k
Pedagan g
Pabrik konsumen
percobaan kepada para petani khususnya kepada Kelompok Tani Hurip.
Seksi Pertanian
Mengatur dan berkoordinasi dengan seksi pengairan dan pembenihan.
Seksi PengairanP3A
1. Koordinasi untuk kerja bakti. 2. Mengatur dan mengkoordinasikan pola aliran air.
Seksi Humas Memberikan informasi kepada pengurus dan anggota
baik informasi yang berasal dari pihak eksternal dan pihak internal Kelompok Tani Hurip.
Seksi Kehutanan
Mengatur pembagian bibit atau benih yang berasal dari dinas kepada para petani.
Seksi Usaha 1. Mengolah bahan baku yang tersisa.
2. Memasarkan hasil bumi para petani Kelompok Tani Hurip.
Sumber: Dokumen Kelompok Tani Hurip KTH Perumusan awal tugas pengurus kelompok tani Hurip dan peraturan-
peraturan yang berlaku dilakukan oleh ketua dan sekretaris kelompok yang didampingi oleh para peneliti sebagai fasilitator. Selanjutnya dirumuskan
lagi secara bersaa-sama oleh para pengurus kelompok tani yang lain. Kemudian dibawakan pada rapat kelompok tani dimana para fasilitator saat
itu menjadi pihak luar yang hanya memberikan pandangan secara umum namun tak terlalu terlibat didalamnya. Dari diskusi atau rapat tersebut,
terdapat kesepakatan mengenai tugas pengurus Tabel 6 dan peraturan kelompok tani.
Adapun peraturan-pertauran kelompok tani tersebut meliputi: 1.
Hak untuk Anggota Kelompok Tani Hurip KTH: a. Pengurus dan anggota Kelompok Tani Hurip akan mendapatkan
bibit bantuanprogram pemerintah dengan syarat menghadiri kegiatan yang diadakan Kelompok Tani Hurip minimal sebesar 80.
Pengurus dan anggota hanya mengganti biaya transportasi pengambilan bibit bantuanprogram pemerintah.
b. Pengurus dan anggota akan mendapatkan kartu pengenal Kelompok Tani Hurip. Kartu ini berfungsi sebagai:
1. Kartu pengenal Kelompok Tani Hurip 2. Kartu pengambilan bibit bantuanprogram pemerintah.
c. Pengurus dan anggota Kelompok Tani Hurip akan mendapatkan pinjaman modal yang berasal dari iuran wajib pengurus dan anggota.
Dengan syar at:
1 Anggota aktif menghadiri kegiatan yang diadakan Kelompok Tani Hurip minimal sebesar 80.
2 Mempunyai lahan. 2. Kewajiban bagi Anggota Kelompok Tani Hurip KTH:
a. Mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Kelompok Tani Hurip. b. Membayar iuran wajib bulanan sebesar Rp. 5000,- yang akan
digunakan untuk simpan pinjam dan keperluan Kelompok Tani Hurip.
c. Mengikuti dan menghadiri rapat bulanan kelompok yang diadakan sebulan sekali selama setahun kepengurusan.
d. Hasil panen anggota harus dijual kepada Kelompok Tani Hurip. Sesuai dengan harga pasar yang berlaku.
3. Sanksi bagi Anggota Kelompok Tani Hurip KTH, yaitu jika dua kali
dalam satu tahun kepengurusan tidak hadir dalam rapat bulanan, maka akan mendapatkan sanksi dari Kelompok Tani Hurip. Sanksinya
sebagai berikut: a. Jika tidak hadir satu kali dalam rapat bulanan, maka akan
mendapatkan peringatan dari Kelompok Tani Hurip. b. Jika tidak hadir dua kali dalam rapat bulanan, maka yang
bersangkutan tidak akan mendapatkan bibit bantuanprogram pemerintah dan pinjaman modal dari Kelompok Tani Hurip.
4. Penghargaan untuk Anggota Kelompok Tani Hurip KTH, yaitu bagi
anggota yang kehadirannya 100 untuk setiap kegiatan Kelompok Tani Hurip akan mendapatkan hadiah dari kelompok. Penghargaan ini
diberikan setiap satu tahun sekali. Tabel 7. Karakteristik anggota KTH
Karakteristik Anggota Kelompok Tani Hurip
Persentase
Muda 26 tahun 14,29
Sedang 26 - 40 tahun 17,86
Usia
Tua 40 tahun 67,86
Rendah tamattidak tamat SD 60,71
Sedang SLTP 7,14
Pendidikan
Tinggi SLTA 32,14
Wiraswasta 21,43 Petani 53,57
Pedagang 7,14 Pekerjaan Utama
Buruh Tani 7,14
Karyawan Swasta 7,14
Supir 3,57 Tidak luas 2.100 m²
42,86 Sedang 2.100 - 10.000 m²
50
Luas lahan
Luas 10.000 m² 7,14
Baru 6 tahun 17,86
Sedang 6 - 10 tahun 10,71
Pengalaman Bertani
Lama 10 tahun 71,43
Anggota KTH yang berjumlah 28 orang ini terdiri atas 19 orang anggota yang berusia 40 tahun 67,86, 5 orang yang berusia 26-40 tahun
17,86, dan 4 anggota yang berusia 26 tahun 14,29. Dengan tingkat pendidikan sebagian besar adalah rendah tamattidak tamat SD yaitu
sebesar 17 orang 60,71, sedang SLTP sebanyak 2 orang 7,14, dan tinggi SLTA sebanyak 9 orang 32,14. Dari 28 orang anggota kelompok
tani tersebut, sebagian besar anggotanya memiliki pengalaman bertani lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 20 orang 71,43.
Berdasarkan kategorisasi tersebut maka sumberdaya manusia yang berasal dari anggota kelompok tani sendiri masih terbilang kurang. Untuk
itu kelompok tani dapat menggunakan sumberdaya manusia yang berasal dari keluarga anggota kelompok tani ataupun warga desa setempat.
Selanjutnya kelompok tani sepakat untuk membuat tim rencana usaha yang terdiri dari perwakilan anggota kelompok, secara khusus di
fasilitasi oleh para peneliti dalam proses pembuatan rencana usaha. Terjadi beberapa kali pergantian rencana usaha yang akan dibuat oleh kelompok.
Sampai pada akhirnya kelompok sepakat untuk membuat rencana usaha penggilingan padi dan tepung ubi jalar. Perencanaan pendirian usaha ini
dibuat untuk meningkatkan kesejahteraan anggota KTH, karena diharapkan dari usaha yang dijalankan dapat membantu desa khususnya
KTH dalam peningkatan kesejahteraan. Rencana usaha yang disepakati untuk dibuat oleh KTH adalah usaha pembuatan tepung ubi jalar dan usaha
penggilingan padi. Sehingga dibentuk 2 tim penyusun rencana usaha yang terdiri dari perwakilan anggota KTH dan didampingi oleh beberapa orang
peniliti yang bertugas sebagai fasilitator dalam tim tersebut.
Gambar 4. Proses Fasilitasi dengan menggunakan FGD Terlihat terjadi suatu perubahan dalam masyarakat baik pola pikir
dan kehidupan sosial. Kelompok Tani Hurip mulai berfikir dan aktif untuk bersama-sama membangun kelompok dan meningkatkan kesejahteraan
anggotanya. Sehingga tidak terjadi dominasi pada salah satu pihak. Terjadi perubahan pola saluran pemasaran ubi jalar yang coba di terapkan di
kelompok ini.
Gambar 5. Saluran Pemasaran Ubi Jalar Setelah Pendampingan
4.2. Gambaran Umum Produk