31
beberapa kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun dalam mencari nafkah berasal dari anggota keluarga seperti istri dan anak-anak selain kepala
keluarga bapak. Budiarty 1999, diacu dalam Azman 2001, pendapatan rumah tangga dapat diketahui dengan menjumlahkan pendapatan yakni pendapatan dari
usaha perikanan, diluar usaha perikanan, berburu, berdagang, dan jasa lainnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Menurut Soepadmo 1997, diacu dalam Agusniatih 2002 dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat kepuasan seseorang dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan. Betapapun tingginya tingkat pendapatan yang diperoleh kepala keluarga, pada akhirnya kesejahteraan mereka akan banyak ditentukan oleh
distribusi pendapatan per kapita. Besarnya pendapatan per kapita disamping ditentukan oleh besarnya total pendapatan yang diterima oleh anggota keluarga,
juga akan ditentukan oleh banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggungan kepala keluarga yang bersangkutan. Banyaknya anggota keluarga mempengaruhi
tinggi rendahnya pendapatan per kapita dan besarnya konsumsi keluarga.
2.8. Kesejahteraan Masyarakat
Kegiatan-kegiatan yang mencakup berbagai upaya baik langsung atau tidak langsung yang ditujukan untuk pengembangan sumber daya manusia, perbaikan
kualitas kehidupan, penyembuhan, dan pencegahan masalah-masalah sosial dipandang sebagai kegiatan kesejahteraan sosial. Kebutuhan manusia pada
dasarnya dibedakan menjadi dua aspek yaitu kebutuhan-kebutuhan jasmaniah bersifat fisiolagis untuk pertumbuhan dan pemeliharaan, sehingga diperlukan
makan, pakaian, tempat tinggal, air, udara, pemeliharaan kesehatan, dan istirahat
32
yang cukup. Sedangkan aspek rohaniah dipenuhi melalui pemenuhan rasa aman, ketentraman, dan perlindungan, baik dalam hubungan antar manusia maupun
hubungan dengan Tuhan YME. Berkembangnya kegiatan pariwisata di wilayah pesisir diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat setempat, yang
pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pula. Di samping itu dengan berkembangnya kegiatan pariwisata tersebut akan terdapat banyak alternatif
jenis usaha yang ada Hardinoto, 1996. Kesejahteraan mengandung pengertian yang sangat luas dan relatif. Secara
umum dapat dikatakan bahwa hidup yang sejahtera adalah hidup bahagia dalam arti lahir maupun batin. Menurut Sukirno 1985, kesejahteraan adalah suatu yang
bersifat subyektif dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda-beda pula terhadap faktor-faktor yang yang menentukan tingkat
kesejahteraan. Masyarakat yang sejahtera mengandung arti bahwa setiap anggota masyarakat memperoleh kebahagiaan, tetapi kesejahteraan salah satu individu
belum menjamin adanya kesejahteraan seluruh masyarakat. Usaha mensejahterakan masyarakat berarti usaha untuk menjadikan semua anggota
masyarakat dapat hidup bahagia Su’ud, 1991. Dua hal penting menurut Su’ud 1991 mengenai kesejahteraan, 1 kesejahteraan menuntut adanya kekayaan yang
miningkatkan yaitu mengukur kesejahteraan dengan keluaran fisik, dan 2 kesejahteraan tercapai bila ada distribusi dari pendapatan yang dirasa adil oleh
masyarakat. Ironisnya kondisi kesejahteraan masyarakat pesisir umumnya masih termasuk
kategori masyarakat miskin. Fenomena ini hanya dapat diselesaikan dengan jalan membangun wilayah pesisir dan lautan secara optimal, sehingga pemanfaatan
sumber daya alam dapat secara berkelanjutan dengan tetap memperhatikan
33
kesejahteraan masyarakat pesisir. Dengan kata lain, pembangunan wilayah pesisir dilakukan tanpa meninggalkan pertimbangan terhadap keadaan sosial, ekonomi,
dan budaya masyarakat pesisir Dahuri et al. 1996. Lebih lanjut Dahuri et al. 1996 mengemukakan bahwa hampir 60 dari
nelayan di desa pantai rata-rata pendapatan hanya berkisar antara Rp. 35.000 per kapita, jauh dari kebutuhan minimum untuk meningkatkan pendapatan agar
kesejahteraan masyarakat pantai meningkat perlu usaha-usaha mengingat kompleksnya permasalahan yang dihadapi, baik masalah kependudukansumber
daya manusia, permasalahan potensi alam daratan maupun masalah perairan sebagai lahan masyarakat mencari nafkah. Mengingat sebagian besar masyarakat
yang hidup di sekitar kawasan pesisir masih tergolong sangat miskin, oleh karena itu kegiatan ekonomi di kawasan ini yang langsung mengenai penduduk perlu
ditingkatkan. Pengentasan kemiskinan memiliki dampak langsung terhadap kondisi ekosistem dam lingkungan. Semakin sejahtera masyarakat yang hidup di pesisir
maka akan semakin baik kondisi lingkungannya. Kesejahteraan rakyat mempunyai aspek yang sangat kompleks dan tidak
memungkinkan untuk menyajikan data yang mampu mengukur semua aspek kesejaheraan. Menurut Badan Koordinasi Keluarga Nasional 1996 diacu dalam
Supriatna 2000, menyebutkan bahwa keluarga sejahtera adalah: 1 keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan anggotanya baik sandang, pangan, perumahan, sosial
maupun agama 2 keluarga yang mempunyai keseimbangan antara penghasilan dengan jumlah anggota keluarganya, dan 3 keluarga yang dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan anggota keluarga, kehidupan bersama dengan masyarakat sekitar, beribadah kusyuk, disamping terpenuhi kebutuhan pokoknya.
34
Menurut BPS 1993 indikator kesejahteraan rakyat diamati dari berbagai aspek spesifik yaitu kesehatan, pendidikan, konsumsi rumahtangga dan perumahan.
Aspek pendapatan, kondisi dan fasilitas perumahan, juga rasa aman merupakan indikator dari kesejahteraan. Tingkat pendapatanpenghasilan keluarga diukur dari
besarnya pendapatan rumah tangga per kapita dalam sebulan dibagi kedalam tiga kategori interval yang sama dalam satuan rupiah, yakni: tinggi, sedang dan rendah.
Untuk tingkat konsumsipengeluaran keluarga diukur dari besarnya pengeluaran rumah tangga per kapita dalam sebulan yang digunakan BPS dalam penentuan
desa tertingga l di Indonesia yaitu yang mengacu pada pendapat Sayogyo 1977. Dijelaskan bahwa klasifikasi tingkat kesejahteraan untuk pedesaan yang termasuk
dalam kategori redah miskin apabila pengeluaran per kapita per tahun kurang dari setara 320 kg beras. Kategori sedang hampir cukup apabila pengeluaran per
kapita per tahun setara dengan 320 kilogram beras sampai 480 kilagram beras. Sedangkan untuk kategori tinggi cukup apabila pengeluaran per kapita per tahun
lebih dari setara 480 kg beras. Pendidikan keluarga dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu kategori tinggi
apabila 60 persen jumlah anggota keluarga tamat SD. Sedangkan kategori sedang apabila 30 persen 60 persen jumlah anggota keluarga tamat SD, dan kategori
sendah apabila kurang 30 persen jumlah anggota keluarga tamat SD. Tiga kriteria untuk mengukur kesehatan keluarga, yakni: kriteria pertama adalah baik apabila
kurang dari 25 persen jumlah anggota keluarga sering sakit. Kriteria ke dua adalah sedang apabila 25 persen sampai 50 persen jumlah anggota keluarga sering sakit,
sedangkan 50 persen jumlah anggota keluarga sering sakit termasuk dalam kriteria ke tiga.
35
Kondisi perumahan juga merupakan indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Indikator ini terdiri dari tiga tipe, yaitu permanen dengan
skor 21 sampai 27, semi permanen dengan skor 14 sampai 20, dan tidak permanen dengan skor 5 sampai 9. Skor ini diperoleh dari cerminan kondisi perumahan, yang
meliputi: 1. Atap: daun skor 1, sirep skor 2, seng skor 3, asbes skor 4, dan genteng
skor 5 2. Bilik: bambu skor 1, bambu kayu skor 2, kayu skor 3, setengah tembok skor
4, dan tembok skor 5 3. Status: numpang skor 1, sewa skor 2, dan milik sendiri skor 3
4. Lantai: tanah skor 1, papan skor 2, plester skor 3, ubin skor 4, dan porselinskor 5
5. Luas perumahan: sempit 50m
2
skor 1, sedang 50-100m
2
skor 2, dan luas 100m
2
skor 3 Indikator kesejahteraan fasilitas perumahan terdiri dari tiga kelompok yakni
lengkap dengan skor 21 sampai 27, semi lengkap dengan skor 14 sampai 20, dan tidak lengkap dengan skor 7 sampai 13. Skor ini didasarkan dari hasil penjumlahan
fasilitas-fasilitas berikut ini: 1. Perkarangan: luas 50m
2
skor 1, sedang 50-100m
2
skor 2, dan sempit 100m
2
skor 3 2. Hiburan: radio skor 1, tape recorder skor 2, TV skor 3, dan video skor 4
3. Pendingin: alam skor 1, kipas angin skor 2, lemari es skor 3, AC skor 4 4. Sumber penerangan: lampu tempel skor 1, petromak skor 2, dan listrik skor
3 5. Bahan bakar: kayu skor 1, minyak tanah skor 2, dan gas skor 3
36
6. Sumber air: sungai skor 1, air hujan skor 2, mata air skor 3, sumur gali skor 4, dan PAM skor 5
7. MCK: kebun skor 1, sungailaut skor 2, kamar mandi umum skor 3, dan kamar mandi sendiri skor 4
2.9. Penelitian Empirik Terdahulu