Pengembangan Pariwisata TINJAUAN PUSTAKA

20 segi pengelolaannya, ekowisata merupakan penyelenggaran kegiatan berwisata yang bertanggungjawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

2.3. Pengembangan Pariwisata

Melalui pengembangan kepariwisataan diharapkan mampu untuk mendatangkan devisa bagi negara selain dapat meningkatkan pendapatan masyarakat melalui berbagai usaha yang berkaitan dengan pengembangan kepariwisataan serta dapat memperluas dan menciptakan lapangan kerja baru. Selain itu pengembangan pariwisata dapat merangsang pertumbuhan kebudayaan asli Indonesia yang tidak ada duanya, sehingga kebudayaan asli itu akan dipertahankan kelestariannya, dengan demikian kebudayaan asli itu dapat tumbuh dan berkembang. Dari segi perluasan peluang usaha dan kesempatan kerja, pengembangan pariwisata berpengaruh positif. Peluang usahakesempatan kerja tersebut lahir karena adanya permintaan wisatawan. Dengan demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang bagi masyarakat tersebut untuk menjadi pengusaha hotel, wisma, homestay, restoran, warung, angkutan, pedagangan, sarana olah raga, jasa dan lain-lain. Peluang usaha tersebut akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bekerja dan sekaligus dapat menambahkan pendapatan untuk menunjang kehidupan rumah tangganya Pendit, 2003. 21 Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Sabang, telah ditetapkan kawasan-kawasan untuk peruntukan pengembangan pariwisata, namun perlu diketahui daya dukung optimum kawasan untuk menerima sejumlah wisatawan. Faktor pembatas utama kawasan adalah pantai pasir, akomodasi, dan air tawar. Ketiga faktor daya dukung ini, memiliki batas tertentu untuk menerima sejumlah wisatawan, terlebih lagi bagi usaha berskala besar dan berjangka panjang. Walaupun panjang pantai pasir Pulau Rubiah yang relatif pendek, tetapi didukung oleh TWAL Pulau Weh yang cukup luas yakni 2.600 ha sehingga dapat digunakan untuk berenang dan menyelam. Sedangkan daya dukung untuk akomodasi penginapan sangat potensial, dan wisatawan dapat juga menginap di Kota Sabang karena dekat Bappeda, 2003b Tipologi pariwisata yang menjadi alternatif kegiatan bahari saat ini adalah kegiatan ekoturisme wisata alam yang mengandalkan keindahan alam. Dari dimensi ekologis kegiatan ini jelas mengandalkan keindahan alam sehingga kegiatan ini akan mendorong tindakan konservasi untuk mempertahankan daya tariknya agar keuntungan ekonomi dari kegiatan pariwisata ini dapat dipertahankan. Sementara itu aspek sosial masyarakat setempat dimana kegiatan ekoturisme ini berlangsung sering mendapat manfaat ekonomi dari pengembangan kegiatan jasa pendukung wisata, selain itu juga gangguan terhadap kehidupan tradisional masyarakat umumnya sangat kecil sekali Dahuri et al. 1996. Saifullah 2000 mengungkapkan bahwa ada beberapa manfaat pembangunan pariwisata : 1. Bidang ekonomi Ø Dapat meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, baik secara langsung maupun tidak langsung. 22 Ø Meningkatkan devisa, mempunyai peluang besar untuk mendapatkan devisa dan dapat mendukung kelanjutan pembangunan di sektor lain. Ø Meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat, dengan belanja wisatawan akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung. Ø Meningkatkan penjualan barang-barang lokal keluar. Ø Menunjang pembangunan daerah, karena kunjungan wisatawan cenderung tidak terpusat di kota melainkan di pesisir, dengan demikian amat berperan dalam menunjang pembangunan daerah. 2. Bidang sosial budaya Keanekaragaman kekayaan sosial budaya merupakan modal dasar dari pengembangan pariwisata. Sosial budaya merupakan salah satu aspek penunjang karakteristik suatu kawasan wisata sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Sosial budaya dapat memberikan ruang bagi kelestarian sumber daya alam, sehingga hubungan antar sosial budaya masyarakat dan konservasi sumber daya alam memiliki keterkaitan yang erat. Oleh karena itu, kemampuan melestarikan dan mengembangkan budaya yang ada harus menjadi perhatian pemerintah dan lapisan sosial masyarakat. 3. Bidang lingkungan Karena pemanfaatan potensi sumber daya alam untuk pariwisata pada dasarnya adalah lingkungan dan ekosistem yang masih alami, menarik, dan bahkan unik, maka pengembangan wisata alam dan lingkungan senantiasa menghindari dampak kerusakan lingkungan hidup, melalui perencanaan yang teratur dan terarah. Atraksi-atraksi yang dikembangkan harus sesuai dengan kaidah-kaidah 23 alami sehingga katerkaitan antara potensi ekosistem dengan kegiatan wisata dapat berjalan seiring saling melengkapi menjadi satu paket ekowisata. Menurut Ismudiyanto 2000, meningkatnya tuntutan dan kebutuhan wisatawan yang harus dipenuhi dalam pemasaran dan pengembangan obyek wisata alam adalah pembangunan sarana dan prasarana fisik untuk pelayanan umum dan lingkungan berdasarkan rencana induk pengembangan kawasan, rencana tapak site plan dan block plan, dan detail-detail perancangan termasuk fasilitas dan utilitas. Fasilitas yang harus disiapkan dalam pengembangan lokasi obyek wisata alam antara lain: persyaratan lokasi dan kemudahan pencapaian, peruntukkan lahan dan tata guna tanah land use, jalan umum, terminal dan parkir kendaraan, fasilitas umum, kesehatan, komunikasi dan akomodasi, tempat rekreasi dan sebagainya. Pembangunan lapangan terbang, pelabuhan, jalan-jalan menuju obyek wisata, pengembangan hotel dan akomodasi lainnya, sarana transportasi yang harus diperluas, pengadaan tenaga listrik, penyediaan air bersih dan sarana telekomunikasi lainnya, semuanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diatur disesuaikan dengan kapasitas suatu daerah. Hal ini berhubungan dengan penggunaan letak dan tanah tata guna tanah khususnya untuk pengelolaan pariwisata.

2.4. Permintaan dan Penawaran Wisata