Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sekitar TWAL Pulau Weh

106

5.4. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Sekitar TWAL Pulau Weh

Tujuan pembangunan pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan taraf hidup serta mewujudkan kesejahteraan ke arah yang lebih baik dan merata. Penyebab dari adanya masalah kesejahteraan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal umumnya dipengaruhi oleh sistem sosial yang mengandung gejala ketimpangan struktural dalam masyarakat seperti adanya segolongan masyarakat yang kurang memiliki akses terhadap peluang-peluang sosial ekonomi sehingga menjadi rentan terhadap masalah kesejahteraan sosial. Faktor eksternal misalnya intervensi program pemerintah yang oleh sebagian masyarakat menjadi ketergantungan dalam memenuhi sosial ekonominya. Masyarakat di sekitar aKawasan Taman Wisata Alam Laut TWAL Pulau Weh, dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraannya salah satunya adalah dengan cara melakukan pemberdayaan potensi sumberdaya alam yang ada. Karena di Taman Wisata Alam Laut TWAL Pulau Weh mempunyai potensi kepariwisataan, maka masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan melalui adanya peningkatan pendapatan memanfaatkan potensi obyek wisata dengan cara penyewaan penginapan, berjualan souvenir, membuka restoran, penyewaan perahu, dan lain sebagainya. Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar Kawasan Taman Wisata Alam Laut TWAL Pulau Weh, indikator yang dipergunakan adalah berdasarkan indikator hasil sensus sosial ekonomi nasional SUSENAS yang dikeluarkan oleh BPS. Indikator kesejahteraan masyarakat antara lain, tingkat pendapatan per kapita, tingkat pengeluaran per kapita, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, kondisi perumahan, dan fasilitas perumahan. 107 Tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar Taman Wisata Alam Laut TWAL Pulau Weh berdasarkan penjumlahan skor dari indikator kesejahteraan seperti yang sudah diuraikan, distribusinya dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Distribusi Tingkat Kesejahteraan Rumah tangga Pariwisata Aktif dalam Kegiatan pariwisata dan Rumah Tangga Nonpariwisata Tidak Aktif dalam Kegiatan Pariwisata Aktifitas Responden Tingkat Kesejahteraan Jumlah Sampel Tinggi Sedang Rendah Jumlah Jumlah Jumlah Pariwisata Nonpariwisata 26 10 86,67 33,33 4 19 13,33 63,34 1 0,00 3,33 30 30 Jumlah 36 23 1 60 Sumber: Pengolahan Data Primer, 2006 Hasil analisis Khi-Kuadrat 2 χ , menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan antara rumah tangga yang aktif dalam kegiat an pariwisata dan rumah tangga yang tidak aktif dalam kegiatan pariwisata dalam tingkat kesejahteraan di Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh. Ini terlihat dari nilai 2 χ hitung = 70,63 yang lebih besar dari 2 χ tabel = 5,99 pada tingkat kepercayaan 95 . Hal ini berarti bahwa kegiatan pariwisata berpengaruh nyata terhadap tingkat kesejahteraan responden. Pengaruh ini terutama pada pendapatan yang berimplikasi pada tingkat pengeluaran, pendidikan, kesehatan, perbaikan kondisi perumahan, dan juga pemenuhan fasilitas perumahan. Dengan adanya peningkatan pendapatan yang berpengaruh pada perbaikan tingkat kesejahteraan, bisa menjadi suatu peluang bagi masyarakat untuk terus meningkatkan pendapatan melalui pemanfaatan potensi obyek wisata yang selama ini sebagian besar dari responden melakukannya hanya sebagai usaha sambilan selain usahanya sebagai nelayan dan petani. 108 Berdasarkan Tabel 22 di atas terlihat bahwa 87 rumah tangga yang aktif dalam kegiatan pariwisata tergolong ke dalam tingkat kesejahteraan tinggi, sisanya 13 tergolong dalam kategori tingkat kesejahteraan sedang. Sedangkan rumah tangga yang tidak aktif dalam kegiatan pariwisata tingkat kesejahteraannya 64 mempunyai tingkat kesejahteraan sedang, 33 pada tingkat kesejahteraan tinggi dan 3 pada tingkat kesejahteraan rendah. Ini membuktikan bahwa rumah tangga yang aktif atau terlibat dalam kegiatan pariwisata mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik dibanding rumah tangga yang tidak aktif dalam kegiatan pariwisata. Secara keseluruhan untuk masyarakat yang tinggal di sekitar Kawasan Taman Wisata Alam Laut TWAL Pulau Weh yang menjadi responden pada penelitian ini 60 tergolong dalan kategori tingkat kesejahteraan tinggi, sedangkan sisanya 38 tergolong ke dalam tingkat kesejahteraan sedang dan 2 termasuk dalam kategori tingkat kesejahteraan rendah. Artinya bahwa tingkat kesejahteraan rumah tangga yang tinggal di sekitar Kawasan Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh sebagian besarnya berdasarkan kriteria indikator kesejahteraan dari BPS adalah tergolong dalam kategori tingkat kesejahteraan tinggi. Hal ini dikarenakan adanya kontribusi dari sektor pariwisata dan adanya perputaran uang yang lumayan besar di sekitar Kawasan TWAL Pulau Weh khususnya sehingga berdam pak pada perekonomian warga sekitar. Hasil wawancara dengan responden yang bergerak di bidang jasa pariwisata seperti penyewaan penginapan, restoran, kios -kios souvenir, dan jasa perahu, mereka berpendapat bahwa keuntungan yang diperoleh sekarang lebih sedikit dibanding sebelum tahun 2002. Hal ini dikarenakan adanya konflik berkepanjangan yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam. Akibat dari konflik, kunjungan wisatawan mancanegara ke Sabang menjadi berkurang. Ini disebabkan selain karena 109 kekhawatiran dari wisatawan juga karena diberlakukannya kembali Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sebagai daerah darurat militer sehingga wisatawan mancanegara hanya mendapat izin tinggal 3 hari. Karena berkurangnya wisatawan yang datang mengakibatkan menurunnya pendapatan bagi pelaku dunia usaha di bidang kepariwisataan. Bencana tsunami yang melanda Provinsi NAD pada tanggal 26 Desember 2004, Kota Sabang khususnya Pulau Weh tidak mengalami kerusakan yang parah, kerusakan hanya terjadi di pinggir pantai, seperti restoran, cottage dan penginapan. Semua kerusakan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut terus mengalami perbaikan. Hal ini dilakukan oleh pelaku usaha kepariwisataan karena banyaknya pengunjung baik wisatawan mancanegara wisman dan wisatawan nusantara wisnu. Sebagian besar wisatawan berkunjung ke Sabang dengan tujuan utamanya Taman Wisata Alam Laut Pulau Weh adalah untuk berakhir pekan. Kebanyakan dari pengunjung adalah warga asing yang bekerja di lembaga swadaya masyarakat yang berdomosili di Banda Aceh, Sigli, dan beberapa daerah lain yang terkena bencana tsunami.

5.5. Implikasi Terhadap Kebijakan Pengembangan Pariwisata