Sistem Nilai Tukar Tetap Fixed Exchange Rate System

1997 Indonesia menganut Managed Floating dengan crawling band system. Terakhir sejak tanggal 14 Agustus 1997 hingga saat ini BI mengubah arah kebijakan menjadi free floatingflexible system hal tersebut berkaitan dengan terjadinya currency turmoil dan keterbatasan cadangan devisa yang dimiliki BI Kurniati dan Hardiyanto, 1999.

2.3.1. Sistem Nilai Tukar Tetap Fixed Exchange Rate System

Pada sistem nilai tukar tetap nilai tukar mata uang suatu negara ditetapkan secara tetap dengan mata uang asing tertentu. Dengan penetapan nilai tukar secara tetap, terdapat kemungkinan nilai tukar yang ditetapkan terlalu tinggi over- valued atau terlalu rendah under-valued dari nilai yang sebenarnya. Terdapat dua penyebab utama suatu negara meninggalkan sistem ini yaitu: Pertama, dapat menganggu neraca perdagangan. Dengan menerapkan sistem nilai tukar tetap, maka nilai mata uang domestik akan dapat lebih mahal dibandingkan dengan nilai sebenarnya. Kondisi ini dapat mengakibatkan barang- barang ekspor suatu negara menjadi lebih mahal di luar negeri dan akan mengurangi daya kompetisi dan selanjutnya akan menurunkan volume ekspor. Disisi impor, nilai tukar yang over-valued mengakibatkan harga barang-barang impor menjadi lebih murah dan impor dapat meningkat. Secara keseluruhan nilai tukar yang over-valued akan memperburuk neraca perdagangan suatu negara. Kedua, ketidakcukupan cadangan devisa untuk mempertahankan nilai tukar ini. Negara-negara yang memiliki cadangan devisa sedikit akan rentan terhadap serangan nilai tukar karena negara tidak mempunyai cadangan devisa yang cukup untuk mengintervensi ke pasar valas dalam mempertahankan nilai tukar. Simorangkir dan Suseno, 2005. Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap sejak Agustus tahun 1971 sampai dengan November 1978. Penerapan sistem nilai tukar tetap ini memberikan kestabilan dari waktu ke waktu namun memerlukan cadangan devisa dalam jumlah yang besar untuk melakukan intervensi. Pada sistem nilai tukar tetap ini, dengan sistem kontrol devisa dan masih belum berkembangnya lembaga keuangan khususnya pasar valas, volume transaksi devisa yang terjadi masih relatif kecil. Pada rezim sistem nilai tukar ini pemerintah mem-peg-kan Rupiah terhadap Dollar Amerika, dimana penentuan nilai tukar mutlak dilakukan oleh pemerintah atas dasar nilai tukar riil dan BI memiliki wewenang penuh dalam mengawasi transaksi devisa. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada level yang telah ditetapkan, BI melakukan intervensi aktif di pasar valas. Untuk menghindari nilai tukar yang over-valued yang dapat mengurangi daya saing produk-produk ekspor di pasar internasional, pemerintah melakukan devaluasi mata uang sebanyak tiga kali, yaitu pada tanggal 17 April 1970 dengan kurs sebesar Rp 378USD, 23 Agustus 1971 dengan kurs sebesar Rp 415USD dan 15 November 1978 dengan kurs sebesar Rp 625USD. Gambar 2.1. Keseimbangan Nilai Tukar Tetap Gambar 2.1 a mengasumsikan bahwa pemerintah menetapkan kurs sebesar e dibawah keseimbangan pasar under-valued sebesar e. Pada kondisi ini jumlah permintaan valas melebihi jumlah penawarannya atau dengan kata lain terjadi kelebihan permintaan excess demand valas sebesar D – S. Kelebihan permintaan ini akan dipenuhi oleh bank sentral melalui penjualan valas pada sektor privat untuk mencegah kurs bergerak diatas level yang telah ditetapkan. Hal tersebut menyebabkan bank sentral kehilangan sejumlah cadangan internasional sebesar D – S. Dalam rezim nilai tukar tetap, Bank Sentral harus memiliki cadangan internasional untuk menjaga kurs pada level yang telah ditetapkan. Batiz dan Batiz, 1994 Gambar 2.2 b mengasumsikan bahwa pemerintah menetapkan kurs sebesar e diatas keseimbangan pasar over-valued sebesar e. Pada kondisi ini terjadi kelebihan penawaran kurs excess supply sebesar S – D. Kelebihan penawaran valas oleh privat sektor akan dibeli oleh bank sentral untuk mencegah S S D e O S S jumlah valuta asing D e D D Kurs Kurs jumlah valuta asing S D e e O D S Sumber: Batiz dan Batiz, 1994 a b supaya kurs tidak bergerak dibawah level yang telah ditetapkan. Batiz dan Batiz, 1994

2.3.2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali Managed Floating