Impulse Response Function Forecast Error Variance Decomposition FEVD

3.2.5. Impulse Response Function

Menurut Enders 2000, cara yang paling baik untuk mencirikan struktur dinamis dalam model adalah dengan menganalisa respon dari model terhadap guncangan. Ada dua cara dalam melakukan hal tersebut, yaitu dengan analisis IRF Impulse Response Function atau analisis FEVD Forecast Error Variance Decomposition . IRF dapat meneliti hubungan antar variabel dengan menunjukkan bagaimana variabel endogen bereaksi terhadap sebuah shock dalam variabel itu sendiri dan variabel endogen lainnya. Menurut Pindyk dan Rubinfeld dalam Windarti 2004, IRF adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan respon suatu variabel endogen terhadap suatu shock tertentu karena sebenarnya shock variabel misalnya ke-i tdk hanya berpengaruh terhadap variabel ke-i itu saja tetapi ditransmisikan kepada semua variabel endogen lainnya melalui struktur dinamis atau struktur lag dalam VAR. Atau dengan kata lain IRF mengukur pengaruh suatu shock pada suatu waktu kepada inovasi variabel endogen pada saat tersebut dan dimasa yang akan datang. Analisis fungsi impuls respon Impulse Response Function atau disingkat dengan IRF dalam analisis ini dilakukan untuk menilai respon dinamik variabel nilai tukar, harga impor, ekspor neto, indeks harga konsumen, suku bunga, FDI, dan PDB terhadap adanya guncangan shock variabel tertentu. Sementara itu IRF bertujuan untuk mengisolasi suatu guncangan agar lebih spesifik artinya suatu variabel yang dapat dipengaruhi oleh shock atau guncangan tertentu. Apabila suatu variabel tidak dapat dipengaruhi oleh shock, maka shock spesifik tersebut tidak dapat diketahui melainkan shock secara umum.

3.2.6. Forecast Error Variance Decomposition FEVD

Metode yang dapat dilakukan untuk melihat bagaimana perubahan dalam suatu variabel yang ditunjukkan oleh perubahan error variance dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya adalah FEVD. Metode ini mencirikan suatu struktur dinamis dalam model VAR. Dimana dalam metode ini dapat dilihat kekuatan dan kelemahan masing-masing variabel dalam mempengaruhi variabel lainnya dalam kurun waktu yang panjang. FEVD merinci ragam dari peramalan galat menjadi komponen-komponen yang dapat dihubungkan dengan setiap variabel endogen dalam model. Dengan menghitung persentase kuadrat prediksi galat k-tahap ke depan dari sebuah variabel akibat inovasi dalam variabel-variabel lain maka akan dapat dilihat seberapa besar perbedaan antara error variance sebelum dan sesudah terjadinya shock yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari variabel lain. Jadi melalui FEVD dapat diketahui secara pasti faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi dari variabel tertentu. Dalam analisis ini variabel tersebut yaitu nilai tukar, indeks harga impor, indeks harga konsumen, suku bunga, FDI, ekspor neto dan PDB.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia mengalami pasang surut dalam perjalanannya. Sebelum terjadinya krisis multidimensional yang memuncak sejak pertengahan tahun 1997, keadaan perekonomian Indonesia relatif cukup baik. Menurut data Bank Indonesia, dalam tahun 1996 mencatat kinerja yang sangat baik dengan ditandai indikator makroekonomi, antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai 7.8 persen per tahun dan inflasi pada 5 bulan pertama mampu mencapai tingkat terendah selama 10 tahun terakhir pada periode yang sama, cadangan resmi pemerintah mencapai US 20 miliar pada bulan Maret 1997 atau sama dengan perkiraan 5 bulan impor, investasi asing langsung luar negeri mencapai nilai US 6.5 miliar pada tahun fiskal 19961997, sedangkan tingkat depresiasi Rupiah terhadap Dollar Amerika terpelihara pada kisaran 3-5 persen Sudjijono, 2003. Pada pertengahan tahun 1997, kalangan pelaku bisnis maupun dari pemerintah dikejutkan, tiba-tiba perekonomian Indonesia mengalami perubahan yang drastis. Berawal dari ambruknya perdagangan valuta asing di kawasan Asia, terutama yang melanda kehancuran pasar valuta asing di Thailand, kemudian menjalar ke negara tetangga termasuk Indonesia. Kejadian tersebut disikapi secara optimis oleh para pejabat Indonesia dan para ekonom yang pro terhadap kebijakan pemerintah. Menurut Sudjijono 2003, keyakinan para pejabat dan ekonom yang pro terhadap kebijakan pemerintah karena melihat terdapatnya indikasi yang positif