Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas Free Floating Exchange Rate

Pada sistem ini, nilai tukar akan diupayakan untuk berada dalam kisaran tertentu yang diputuskan oleh otoritas moneter. Dalam mempertahankan nilai tukar efektif, nilai tukar dari waktu ke waktu disesuaikan dengan selisih inflasi antara Indonesia dengan sekeranjang mata uang negara-negara mitra dagang utama dan kompetitor Indonesia, sehingga perkembangan nilai tukar Rupiah mudah diprediksi dan relatif stabil. Dalam menjaga kestabilan nilai Rupiah pemerintah melakukan intervensi apabila kurs mengalami fluktuasi melebihi batas atas atau batas bawah dari selisih atau spread tertentu. Kebijakan sistem nilai tukar ini diimplementasikan bersamaan dengan adanya devaluasi Rupiah pada tahun 1978 sebesar 33.6. Fleksibilitas nilai tukar semakin ditingkatkan melalui penerapan kebijakan nilai tukar crawling band sejak tahun 1992 sampai dengan Agustus 1997. Peningkatan fleksibilitas nilai tukar melalui pelebaran rentang intervensi telah memberikan keleluasaan kepada BI dalam melaksanakan kebijakan moneter dan mendorong berkembangnya pasar valas dalam negeri.

2.3.3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas Free Floating Exchange Rate

System Dalam sistem nilai tukar ini, mekanisme penetapan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing ditentukan oleh mekanisme pasar. Besarnya nilai tukar ini juga dipengaruhi oleh perilaku penjual dan pembeli khususnya para spekulan. Dengan demikian, pada sistem ini nilai mata uang akan dapat berubah setiap saat tergantung dari permintaan dan penawaran mata uang domestik relatif terhadap mata uang asing dan perilaku spekulan. Bank Sentral tidak menargetkan besarnya nilai tukar dan tidak melakukan intervensi langsung ke pasar valuta asing. Sistem nilai tukar ini banyak dianut oleh negara-negara di dunia. Hal tersebut dikarenakan sistem ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu: Pertama, sistem ini memungkinkan suatu negara mengisolasikan kebijakan ekonomi makronya dari dampak kebijakan dari luar sehingga suatu negara mempunyai kebebasan untuk mengeluarkan kebijakan yang independen. Kedua, sistem ini tidak memerlukan cadangan devisa yang besar karena tidak ada kewajiban untuk mempertahankan nilai tukar. Tetapi sistem ini juga memiliki kelemahan, yaitu penetapan nilai tukar berdasarkan pasar dapat mengakibatkan nilai tukar berfluktuasi. Depresiasi nilai tukar dapat mengakibatkan peningkatan harga barang-barang impor dan pada akhirnya akan memicu inflasi di dalam negeri Simorangkir dan Suseno, 2005. Sumber : Batiz dan Batiz, 1994 S D O jumlah valuta asing Kurs e Gambar 2.2 Keseimbangan Kurs Pada Sistem Nilai Tukar Mengambang D S Gambar 2.2 mengasumsikan hanya ada dua mata uang yaitu mata uang domestik dan mata uang asing dan tidak ada intervensi yang sistematis dari pemerintah dalam pasar valuta asing. Jumlah permintaan valas sektor privat ditunjukkan oleh kurva DD sementara SS menunjukkan penawaran valas dan e adalah keseimbangan kurs dalam sistem nilai tukar mengambang yang ditentukan oleh mekanisme pasar. Pemberlakuan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia mulai tanggal 14 Agustus 1997 yang terkait dengan semakin terkurasnya cadangan devisa negara akibat dari depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika yang berawal dari adanya tekanan yang berasal dari adanya serangan spekulasi terhadap mata uang Baht Thailand yang kemudian berdampak menjalar contagion efffect ke mata uang Indonesia Warjiyo, 2004. Melemahnya nilai tukar Rupiah telah mendorong investor asing menarik dananya pada waktu yang bersamaan dari Indonesia yang diinvestasikan dalam bentuk portofolio surat-surat berharga seperti commercial papers, promisorry notes, dan medium-term notes maupun saham dan obligasi. Kepanikan mulai terjadi lagi di pasar valas terutama karena perusahaan dan bank-bank di dalam negeri ingin memborong devisa untuk membayar atau melindungi kewajiban luar negerinya dari resiko nilai tukar. Akibatnya nilai tukar Rupiah semakin merosot hingga pernah mencapai tingkat terendah sekitar Rp15.000 per Dollar AS pada awal tahun 1998. Dalam menghadapi tekanan yang begitu besar terhadap melemahnya nilai tukar Rupiah, pada awalnya BI, sesuai dengan sistem nilai tukar mengambang terkendali yang berlaku pada waktu itu, melakukan intervensi di pasar valas untuk mempertahankan nilai tukar pada kisaran yang telah ditetapkan. Demikian besarnya pembelian valas di pasar mengharuskan BI menyelamatkan jumlah cadangan devisa yang tersedia dengan tetap berupaya menstabilkan Rupiah, antara lain dengan memperlebar kisaran intervensi nilai tukar Rupiah dan terus mengendalikan likuiditas di pasar. Sementara itu, tekanan Rupiah yang sangat kuat dan demikian cepat terhadap melemahnya nilai tukar Rupiah yang disertai dengan penurunan devisa dalam jumlah yang cukup besar akhirnya memaksa pemerintah untuk mengubah sistem nilai tukar yang berlaku dari sistem kebijakan nilai tukar mengambang terkendali menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas.

2.4. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter