Analisis Jangka Pendek Respon Dinamis Guncangan Kurs Terhadap Variabel

Rupiah. Kedua, indeks harga impor IHI menurut negara asal Jepang. Ketiga, nilai ekspor neto yang berasal dari Jepang. Keempat, Produk Domestik Bruto PDB.

4.4.1.1. Respon Dinamis Guncangan Kurs Terhadap Variabel

Makroekonomi Dalam Jalur Transmisi Tidak Langsung. Analisis impuls respon IRF pada jalur tidak langsung lintasan kurs dalam mekanisme transmisi moneter bertujuan untuk menganalisis pengaruh guncangan nilai tukar riil Rupiah akibat fluktuasi USD maupun Yen terhadap pendapatan nasional melalui barang impor, inflasi, suku bunga dan investasi. Menurut hasil penelitian Siswanto. et al 2002 shock nilai tukar akan diikuti oleh respon negatif secara signifikan oleh harga barang-barang tradable dan laju inflasi.

4.4.1.1.1. Analisis Jangka Pendek

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa guncangan sebesar satu standar deviasi kurs Dollar per Rupiah pada kuartal pertama akan mengakibatkan apresiasi kurs riil Rupiah sebesar 10 persen, penurunan harga impor sebesar 5.3 persen, penurunan inflasi sebesar 0.7 persen, penurunan suku bunga sebesar 0.17 persen, penurunan investasi asing langsung sebesar 14.76 persen, penurunan pendapatan nasional sebesar 1.1 persen. Kuartal kedua hingga kelima kurs riil Rupiah terus menerus mengalami depresiasi dan mencapai level terendah pada kuartal lima yaitu sebesar 6.43 persen, peningkatan harga impor 9.6 persen, peningkatan inflasi sebesar 0.82 persen, peningkatan suku bunga 0.79 persen, penurunan investasi asing langsung sebesar 7.21 persen, penurunan pendapatan nasional sebesar 0.5 persen. Depresiasi yang tajam pada kurs riil Rupiah terhadap Dollar Amerika akan memicu peningkatan harga barang impor, dimana saat ini impor dinilai relatif lebih mahal apabila dinilai dalam satuan mata uang domestik. Jika barang-barang yang diimpor merupakan barang-barang yang dipakai dalam proses produksi maka akan meningkatkan biaya produksi sehingga akan meningkatkan harga barang-barang yang dijual dan akan memicu terjadinya peningkatan inflasi cost push inflation, untuk mengimbangi besarnya laju depresiasi dan laju inflasi yang terjadi, bank sentral akan melakukan kebijakan moneter melalui peningkatan suku bunga. Dengan meningkatnya suku bunga domestik, seharusnya akan menarik minat para investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, tetapi yang terjadi sebaliknya. Keseluruhan hal tersebut akan mengakibatkan menurunnya pendapatan nasional pada jangka pendek karena menurunnya investasi asing langsung. -.12 -.08 -.04 .00 .04 .08 .12 .16 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of DLRER_US to DLRER_US -.3 -.2 -.1 .0 .1 .2 .3 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of DLIHI_US to DLRER_US -.04 -.03 -.02 -.01 .00 .01 .02 .03 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of DLCPI to DLRER_US -2 -1 1 2 3 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of DSBI to DLRER_US -.6 -.4 -.2 .0 .2 .4 .6 .8 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of DLFDI to DLRER_US -.04 -.03 -.02 -.01 .00 .01 .02 .03 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of DLGDP to DLRER_US Response to Cholesky One S.D. Innovations ± 2 S.E. Gambar 4.5. Respon Dinamis Variabel Makroekonomi Terhadap Shock Dollar Dalam Jalur Transmisi Tidak Langsung Kuartal keenam hingga kesembilan kurs riil Rupiah terus menerus terapresiasi terhadap Dollar Amerika, dimana pada kuartal kesembilan Rupiah terapresiasi sebesar 1.1 persen, peningkatan harga impor sebesar 0.37 persen, penurunan inflasi sebesar 0.6 persen, penurunan suku bunga sebesar 1.17 persen, peningkatan investasi asing langsung sebesar 2 persen, penurunan pendapatan nasional sebesar 0.17 persen. Variabel makroekonomi terus menerus berfluktuasi setelah kuartal keenam hingga kuartal kelima puluh seiring dengan adanya guncangan kurs Dollar, namun pengaruh guncangan kurs Dollar semakin berkurang dan mulai konvergen pada kuartal kedua puluh lima. Sementara itu, dalam Gambar 4.6 menunjukkan bahwa guncangan sebesar satu standar deviasi kurs Yen pada kuartal pertama akan mengakibatkan apresiasi kurs riil Rupiah sebesar 12.23 persen, penurunan harga impor 14.72 persen, penurunan inflasi 0.62 persen, penurunan suku bunga 0.08 persen, penurunan investasi asing langsung 4 persen, penurunan pendapatan nasional 1.23 persen. Kuartal kedua hingga kuartal lima kurs riil Rupiah terus menerus mengalami depresiasi dan mencapai titik terendah pada kuartal lima, dimana guncangan kurs Yen mengakibatkan depresiasi kurs riil Rupiah sebesar 5.67 persen, peningkatan harga impor sebesar 9 persen, peningkatan inflasi sebesar 0.57 persen, peningkatan suku bunga sebesar 1 persen, penurunan investasi asing langsung sebesar 25.90 persen, dan peningkatan pendapatan nasional sebesar 0.02 persen. -.12 -.08 -.04 .00 .04 .08 .12 .16 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of DLRER_JPG to DLRER_JPG -.3 -.2 -.1 .0 .1 .2 .3 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of DLIHI_JPG to DLRER_JPG -.04 -.03 -.02 -.01 .00 .01 .02 .03 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of DLCPI to DLRER_JPG -3 -2 -1 1 2 3 4 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of DSBI to DLRER_JPG -0.8 -0.4 0.0 0.4 0.8 1.2 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of DLFDI to DLRER_JPG -.05 -.04 -.03 -.02 -.01 .00 .01 .02 .03 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response of DLGDP to DLRER_JPG Response to Cholesky One S.D. Innovations ± 2 S.E. Gambar 4.6. Respon Dinamis Variabel Makroekonomi Terhadap Shock Yen Dalam Jalur Transmisi Tidak Langsung Kuartal keenam hingga kesembilan kurs riil Rupiah terus menerus terapresiasi, dimana pada kuartal kesembilan kurs riil Rupiah terapresiasi sebesar 1.26 persen, penurunan harga barang impor 4.6 persen, penurunan inflasi sebesar 0.54 persen, penurunan suku bunga sebesar 0.86 persen, peningkatan investasi asing langsung sebesar 0.5 persen, penurunan pendapatan nasional sebesar 0.002 persen. Pengaruh guncangan kurs terhadap variabel makroekonomi semakin berkurang dan pada kuartal kedua puluh variabel makroekonomi mulai mencapai konvergen. Apresiasi kurs riil Rupiah terhadap Yen akan membuat harga barang impor menurun karena saat ini impor dinilai relatif lebih murah, jika barang- barang yang diimpor tersebut merupakan barang-barang yang digunakan dalam proses produksi maka akan menghemat biaya produksi dan produsen dapat berproduksi lebih banyak sehingga supply barang di pasar meningkat dan akan menurunkan harga barang domestik sehingga akan menurunkan tingkat inflasi domestik. Bank Sentral akan menurunkan tingkat suku bunga domestik supaya masyarakat dapat membelanjakan uangnya. Penurunan suku bunga ini seharusnya dapat membuat investor asing mengurangi ketertarikannya dalam berinvestasi di domestik namun yang terjadi sebaliknya, hal tersebut mungkin didukung oleh kondisi perekonomian yang relatif baik yang tercermin dari berkurangnya resiko nilai tukar, laju inflasi yang rendah dan kestabilan politik yang relatif baik sehingga membuat investor tertarik untuk berinvestasi. Keseluruhan hal tersebut membuat pendapatan nasional menurun, dimana dalam penghitungan pendapatan nasional tidak hanya memasukkan faktor investasi saja tetapi juga memperhitungkan komponen lain seperti konsumsi, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor. Menurunnya pendapatan nasional mungkin saja diakibatkan oleh meningkatkan volume impor sementara volume ekspor domestik ke luar negeri menurunkan dan sebagai konsekuensinya terjadi penurunan nilai ekspor neto seperti yang terjadi dalam jalur kurs langsung. Dapat disimpulkan bahwa kurs riil Rupiah dalam jangka pendek mengalami fluktuasi terhadap Dollar dan Yen sehingga akan memicu fluktuasi terhadap variabel makroekonomi lainnya yaitu harga barang impor, inflasi, suku bunga, investasi asing langsung dan pendapatan nasional. Kurs Dollar relatif memberikan pengaruh yang relatif lebih kuat terhadap pergerakan nilai Rupiah dan variabel makroekonomi yang terpengaruh oleh shock Dollar relatif lebih lama untuk menuju kekondisi keseimbangan.

4.4.1.1.2. Analisis Jangka Panjang