Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dimana: LI t : Laju inflasi pada tahun atau periode t, IHK : Indeks Harga Konsumen pada tahun atau periode t, IHK t : Indeks Harga Konsumen pada tahun atau periode t-1,

2.8. Penelitian Terdahulu

Beberapa pendekatan banyak digunakan oleh penelitian terdahulu untuk menganalisis mekanisme transmisi melalui jalur nilai tukar pada perekonomian dan siklus bisnis disuatu negara. Berikut ini ringkasan beberapa paper yang dapat dirujuk dalam menggunakan pendekatan SVAR untuk menganalisis mekanisme transmisi disuatu negara. Csemely dan Vonnak 2002 menggunakan metode SVAR untuk menganalisis peranan dari nilai tukar pada mekanisme transmisi di Hungaria selama periode kuartal satu tahun 1992 sampai dengan kuartal empat tahun 2001, dimana semua variabel baik variabel domestik real GDP, core inflation, nilai tukar riil dengan menggunakan HUFDEM, TB rates maupun variabel luar negeri nilai tukar riil DEMUSD, EU-wide GDP, dan GDP serta inflation series dari masing-masing negara EU yang digunakan berada dalam keadaan stasioner. Mereka meneliti dengan menggunakan fakta-fakta yang menekankan pada nilai tukar riil sebagai penyerap shock shock absorber. Riil shock demand dan supply membentuk siklus bisnis Hungaria yang hampir memiliki kesamaan dengan gangguan di Eropa selama dasawarsa terakhir. Pembentukan nilai tukar riil dan nominal didominasi oleh Premium shock. Voss dan Willard 2003 menggunakan model Bayesian pada SVAR untuk menganalisis transmisi dari external shock pada perekonomian terbuka kecil. Periode analisis dari tahun 1976 kuartal tiga sampai dengan 2000 kuartal kedua. Pada kasus ini shock tersebut berasal dari perekonomian yang besar yaitu Amerika Serikat yang nantinya ditransmisikan kepada perekonomian terbuka kecil, yaitu Australia dibawah kondisi capital mobility dan flexible exchange rate. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa external shock US yang berasal dari shock produksi, agregat demand shock Amerika Serikat lebih mempengaruhi output dan tingkat harga Australia dibandingkan dengan shock yang berasal kebijakan moneter atau inovasi harga komoditas Amerika Serikat. Fleksibilitas nilai tukar berkontribusi pada pembatasan penyesuaian dari shock eksternal pada perekonomian Australia. Eichenbaum dan Evans 1996, menganalisis hubungan antara shock kebijakan moneter dengan nilai tukar untuk kasus Amerika Serikat dengan menggunakan tiga tipe shock yaitu: orthogonalized shock terhadap suku bunga Fed, orthogonalized shock of non-borrowed reserve terhadap total dari reserve ratio, perubahan dalam indeks Romer-Romer dari kebijakan moneter. Kesimpulan dari penelitiannya yaitu shock kebijakan moneter di Amerika Serikat diikuti dengan peningkatan secara tajam dan persisten pada suku bunga dan juga penurunan pada perbedaan antara suku bunga domestik dan luar negeri. Shock kebijakan moneter akan menyebabkan nilai tukar nominal dan riil terapresiasi. Sedangkan dampak dari kontraksi moneter adalah tidak temporer atau dengan kata lain Dollar Amerika akan mengalami apresiasi dalam jangka panjang. Pada kasus Indonesia, studi mengenai pengkajian dan bekerjanya mekanisme transmisi melalui jalur nilai tukar telah dilakukan oleh Bank Indonesia. Siswanto, Kurniati, Gunawan dan Binhadi 2002 melakukan studi mengenai bekerjanya transmisi moneter melalui saluran nilai tukar dengan membaginya kedalam dua blok. Blok pertama diarahkan untuk mengukur apakah kebijakan moneter berperan dominan dalam menentukan pergerakan nilai tukar dibandingkan dengan faktor resiko. Sementara blok kedua ditujukan untuk mendeteksi pengaruh nilai tukar ke inflasi baik secara langsung melalui perubahan harga barang-barang impor direct pass through effect maupun secara tidak langsung indirect pass through effect. Studi dilakukan dengan analisis SVAR yang kemudian dikonfirmasikan dengan hasil survei kepada bank-bank, perusahaan, dan rumah tangga. Data yang digunakan dengan menggunakan data bulanan dari periode 1990:1 sampai dengan 2001:4 dengan memisahkan periode sebelum dan sesudah krisis untuk menggambarkan perubahan sistem nilai tukar di Indonesia pada Juli 1997, yaitu dari sistem mengambang terkendali managed floating system menjadi sistem mengambang bebas free floating system. Hasil dari studi tersebut menunjukkan bahwa sebelum terjadinya krisis, transmisi kebijakan moneter melalui saluran nilai tukar bekerja sangat lemah. Hal tersebut terutama disebabkan langkah-langkah BI untuk menjaga nilai tukar dalam kisaran yang ditetapkan sesuai dengan sistem mengambang terkendali. Sementara untuk periode setelah krisis dengan sistem mengambang bebas, transmisi kebijakan moneter melalui saluran nilai tukar menjadi lebih kuat. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya peran nilai tukar dalam ekonomi dimana pengaruh nilai tukar terhadap inflasi secara langsung melalui perubahan harga barang-barang impor lebih besar dibandingkan pengaruh secara tidak langsung melalui permintaan agregat. Besarnya premi resiko yang terjadi selama periode penelitian karena tingginya country risk dan permasalahan perbankan pada waktu itu yang menyebabkan belum bekerjanya mekanisme pasar dalam penentuan nilai tukar sesuai dengan sistem mengambang. Hasil studi ini juga dikonfirmasi oleh bukti empiris dari survei kepada bank-bank, perusahaan, dan rumah tangga. Survei kepada bank-bank menunjukkan bahwa faktor non-ekonomi, terbatasnya pasokan dibandingkan dengan permintaan valuta asing, dan perkembangan nilai tukar regional merupakan tiga pengaruh utama dalam pergerakan nilai tukar Rupiah.

2.9. Kerangka Pemikiran