supaya kurs tidak bergerak dibawah level yang telah ditetapkan.
Batiz dan Batiz, 1994
2.3.2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali Managed Floating
Exchange Rate System
Menurut Simorangkir dan Suseno 2005, suatu negara menerapkan nilai tukar mengambang terkendali apabila bank sentral melakukan intervensi di pasar
valuta asing tetapi tidak ada komitmen untuk mempertahankan nilai tukar pada tingkat tertentu atau pada suatu batasan target target zone. Tujuan dari intervensi
tersebut adalah untuk menstabilkan pergerakan nilai tukar secara berkala atau setidaknya mengurangi tingkat volatilitas pada tingkat moderat, serta mencegah
pergerakan nilai yang terlalu besar. Keuntungan dari sistem ini adalah pembuat kebijakan mendapat kebebasan
untuk menggunakan intervensi atau kebijakan lain, seperti suku bunga, untuk mencapai nilai tukar yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan ekonomi tanpa
harus kehilangan kredibilitas. Akan tetapi, kelemahan dari sistem ini dapat mendorong kegiatan spekulasi dan jika bank sentral atau pemerintah tidak
mempunyai cadangan devisa yang cukup, dapat mengakibatkan ambruknya sistem nilai tukar ini.
Sistem nilai tukar mengambang terkendali ini diberlakukan di Indonesia sejak November 1978 sampai 13 Agustus 1997. Dalam pelaksanaannya, sistem ini
memiliki esensi yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik perekonomian pada saat itu dan berhubungan erat dengan seberapa besar BI mengendalikan nilai
tukar dengan melakukan penekanan pada unsur floating-nya.
Pada sistem ini, nilai tukar akan diupayakan untuk berada dalam kisaran tertentu yang diputuskan oleh otoritas moneter. Dalam mempertahankan nilai
tukar efektif, nilai tukar dari waktu ke waktu disesuaikan dengan selisih inflasi antara Indonesia dengan sekeranjang mata uang negara-negara mitra dagang
utama dan kompetitor Indonesia, sehingga perkembangan nilai tukar Rupiah mudah diprediksi dan relatif stabil. Dalam menjaga kestabilan nilai Rupiah
pemerintah melakukan intervensi apabila kurs mengalami fluktuasi melebihi batas atas atau batas bawah dari selisih atau spread tertentu. Kebijakan sistem nilai
tukar ini diimplementasikan bersamaan dengan adanya devaluasi Rupiah pada tahun 1978 sebesar 33.6.
Fleksibilitas nilai tukar semakin ditingkatkan melalui penerapan kebijakan nilai tukar crawling band sejak tahun 1992 sampai dengan Agustus 1997.
Peningkatan fleksibilitas nilai tukar melalui pelebaran rentang intervensi telah memberikan keleluasaan kepada BI dalam melaksanakan kebijakan moneter dan
mendorong berkembangnya pasar valas dalam negeri.
2.3.3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas Free Floating Exchange Rate