48
b. Periode setelah kemerdekaan
Pemikiran HAM Periode 1945-1950, periode awal pasca kemerdekaan masih menekankan pada wacana hak untuk merdeka, hak kebebasan untuk
berserikat melalui organisasi politik yang didirikan, serta hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen sepanjang periode ini.
Periode 1950-1959, sejarah pemikiran HAM pada masa ini dicatat sebagai masa yang sangat kondusif bagi sejarah perjalanan HAM di Indonesia. Sejalan
dengan prinsip demokrasi liberal di masa itu, suasana kebebasan mendapat tempat dalam kehidupan politik nasional. Menurut catatan Bagir Manan, masa
gemilang sejarah HAM Indonesia pada masa ini tercermin pada lima indikator HAM: munculnya partai-partai politik dengan beragam ideologi, adanya
kebebasan pers, pelaksanaan pemilihan umum secara aman, bebas, dan demokratis, kontrol parlemen atas eksekutif, perdebatan HAM secara bebas dan
demokratis. Periode 1959-1966, melalui sistem demokrasi terpimpin kekuasaan
terpusat di tangan Presiden. Presiden tidak dapat di kontrol oleh parlemen, sebaliknya parlemen di kendalikan oleh Presiden. Kekuasaan Presiden Soekarno
bersifat absolut, bahkan dinobatkan sebagai Presiden RI seumur hidup. Akibat langsung dari model pemerintahan yang sangat individual ini adalah
pemasungan hak-hak asasi warga negara. Semua pandangan politik masyarakat diarahkan harus sejalan dengan kebijakan pemerintah yang otoriter.
Periode 1966-1998, di antara butir penolakan pemerintah Orde baru terhadap konsep universal HAM adalah: a HAM adalah produk pemikiran barat
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam pancasila, b bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal HAM
sebagaimana tertuang dalam rumusn UUD 1945 yang lahir lebih lebih dahulu dibandingkan dengan Deklarasi Universal HAM, c isu HAM sering kali
digunakan olah negara-negara barat untuk memojokkan negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, d periode pasca Orde Baru masa reformasi.
Tahun 1998 adalah era paling penting dalam sejarah HAM di indonesia. Lengsernya tampuk kekuasaan Orde Baru sekaligus menandai berakhirnya
rezim militer di Indonesia dan datangnya era baru demokrasi dan HAM, setelah tiga puluh tahun lebih terpasung di bawah rezim otoriter. Pada tahun ini Presiden
Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie yang kala itu menjabat sebagai Wakil
49 presiden RI. Pada masa Habibie misalnya, perhatian pemerintah terhadap
pelaksanaan HAM mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Lahirnya Ketetapan MPR Nomor XVIIMPR1998 tentang HAM merupakan salah satu
indikator keseriusan pemerintahan era reformasi akan penegakan HAM. Sejumlah konvensi HAM juga diratifikasi di antaranya: konvensi HAM
tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi; konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan kejam; konvensi penghapusan
segala bentuk diskriminasi rasial; konvensi tentang penghapusan kerja paksa; konvensi tentang diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan; serta konvensi
tentang usia minimum untuk diperbolehkan bekerja. Berikut dipaparkan jaminan HAM dalam konstitusi yang pernah berlaku di
Indonesia berdasarkan periodesasinya:
1 Muatan HAM dalam UUD Tahun 1945 sebelum Amandemen
Dalam UUD 1945 tidak ditemukan sebuah pengaturan yang tegas, akibatnya muncul berbagai intrepretasi terhadap muatan kualitas muatan dan
jaminan UUD 1945 atas HAM. Akan tetapi, satu hal yang patut mendapat apresiasi positif adalah bahwa para pendiri Bangsa Indonesia telah berhasil
memformulasikan sebuah tatanan kehidupan nasional berikut jaminan atas HAM Bambang Sunggono dan Aries Harianto, 1994: 85.
2 Muatan HAM dalam Konstitusi RIS
Menariknya konstitusi RIS memberikan penekanan yang signifikan tentang HAM. Hal tersebut diatur dalam bagian tersendiri Bab I, Bagian 5 Hak-hak dan
kebebasan-kebebasan Dasar Manusia yang terbentang dalam 27 pasal. Tidak hanya itu konstitusi RIS juga mengatur kewajiban asasi negara dalam
hubungannya dengan upaya penegakkan HAM Bab I, Bagian 6 Asas-asas Dasar yang terbentang dalam 8 pasal. Berdasarkan hal ini, maka secara
keseluruhan perihal HAM diatur dalam 2 bagian, Bagian 5 dan 6 pada Bab I dengan jumlah 35 pasal. Penekanan dan jaminan Konstitusi RIS atas HAM
secara historis sangat dipengaruhi oleh keberadaan Universal Declaration of Human Rights UDHRDUHAM yang dirumuskan oleh PBB pada 10 Desember
1948. Dalam konteks negara bangsa, maka diseminasi HAM versi PBB pada waktu itu sangat dirasakan mempengaruhi konstitusi-kontitusi negara-negara di
dunia, termasuk konstitusi RIS 1949 Wolhoff, 1960:146.