Permasalahan Implementasi Hukum dan Peradilan di Indonesia.

29 memiliki fungsi pengayoman agar cita-cita luhur bangsa Indonesia tercapai dan terpelihara. Namun realita yang terjadi sekarang ini adalah sistem peradilan di Indonesia sangat memprihatinkan. Dalam implementasi sehari-hari banyak terjadi penyimpangan dalam proses peradilan di Indonesia. Salah satu kasus yang menghebohkan adalah kasus pencurian sandal jepit oleh seorang siswa, belum lagi kasus pencurian kakao dan lain sebagainya. Sedangkan para koruptor yang dengan terang- terangan mencuri uang bermilyar-milyar rupiah dari rakyat mereka bebas bersafari kemanapun mereka inginkan dengan uang mereka. Para penegak keadilan yang merupakan tumpuan harapan rakyatpun tidak lepas dari kecurangan-kecurangan ini. Mereka yang disebut mafia peradilan ini rela memperjualbelikan keadilan. Maka tidaklah mengherankan jika saat ini banyak yang menyebutkan bahwa hukum di Indonesia hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Serta keadilan di Indonesia itu dapat dibeli. Maka orang kurang mampu menjadikan mereka jauh dari keadilan.

2. Penyebab Timbulnya Permasalahan Implementasi Hukum dan Peradilan di Indonesia.

Timbulnya permasalahan implementasi hukum dan peradilan di Indonesia ditenggarai karena banyak faktor. Perubahan sosial yang begitu cepat mengakibatkan proses modernisasi dirasakan sebagai suatu yang berpotensi dapat menimbulkan keresahan dan ketegangan sosial. Keresahan sosial dan ketegangan sosial dapat menimbulkan penyimpangan-penyimpangan terhadap aturan-aturan hukum yang telah disepakati dan telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi seperti pencurian perampokan, pembunuhan, dan penyimpangan konvensional lainnya. Di samping penyimpangan secara konvensional terdapat penyimpangan yang sangat canggih atau extra ordeneri crime kejahatan luar biasa seperti korupsi, money laundry, dan kejahatan lingkungan yang dilakukan oleh korporasi. Penyimpangan tersebut telah menyebabkan akibat negatif bagi negara pemerintah dan masyarakat, maka untuk itu dalam rangka untuk mengembalikan dalam kondisi semula maka harus ada proses penegakan hukum, penegakan hukum oleh Soeryono Sukanto dimaknai sebagai kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai 30 yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantahkan dan tindak serangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Penegakkan hukum di Indonesia dinilai masih sangat lemah. Pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan penegakan hukum di Indonesia yaitu: a. Faktor hukumnya sendiri, dalam hal ini dibatasi pada undang-undang saja. Undang-undang dalam arti material adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah Purbacaraka Soerjono Soekanto, 1979. b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat, yang hendaknya mempunyai kemampuan tertentu sesuai dengan aspirasi masyarakat. c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. Sarana atau fasilitas tersebut mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, memiliki organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan lain sebagainya. d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. Dari sudut tertentu masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum karena hukum berasal dari masyarakat yang mempunyai tujuan mencapai kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat. e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Kebudayaan sistem hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik sehingga dianuti dan apa yang dianggap buruk sehingga dihindari Setio, Setih, 2013.