Metabolime Energi Secara Anaerobik

dipergunakan untuk membentuk ATP yang berfungsi sebagai sumber energi dari sel otot Guyton dan Hall, 2012. Semua jenis metabolisme yang terjadi di dalam tubuh bertujuan untuk meresintesis molekul ATP yang prosesnya berjalan secara aerobik maupun anearobik. Proses hidrolisis ATP yang menghasilkan energi ini dapat dituliskan melalui persamaan reaksi kimia berikut Kholmeier, 2003: ATP + H 2 O --- ADP + H + Pi Dalam jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP menghasilkan energi sebesar 31 kJ 7.3 kkal dan menghasilkan produk lain berupa adenosine diphospate ADP dan inorganik fosfat Pi. Pada saat berolahraga, terdapat tiga jalur metabolisme energi yang dapat digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan ATP yaitu hidrolisis fosfokreatin PC, glikolisis anaerobik glukosa serta pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan juga protein Janssen, 1993. Olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan, metabolisme energi berjalan melalui pembakaran simpanan karbohdrat, lemak dan sebagian kecil yaitu ± 5 dari pemecahan simpatan protein untuk menghasilkan ATP. Proses metabolisme ke tiga sumber energi ini berjalan dengan kehadiran oksigen O 2 yang diperoleh melalui pernapasan. Sedangkan aktivitas yang bersifat anaerobik, energi diperoleh melalui hidrolisis PC serta melalui glikolisis glukose secara anaerobik. Proses metabolisme energi secara anaerobik ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen Irawan, 2007b.

2.6.1 Metabolime Energi Secara Anaerobik

Di dalam tubuh terdapat zat kimia yang menyebabkan otot berkontraksi dan relaksasi yang disebut dengan Adenosin trifosfat ATP. ATP selama aktivitas otot diubah menjadi ADP dan menghasilkan energi yang dipakai untuk kontraksi otot. Secara skematis dituliskan Astrand dan Rodahl, 2003: ATP → ADP + Energi 2.6.1.1 Sistem fosfokreatin PC Sistem fosfokreatin atau yang dikenal dengan sistem fosfagen adalah penyediaan ATP yang berasal dari PC yang terdapat di dalam otot. Fosfokreatin dipecah menjadi fosfat dan kreatin. Fosfat yang dihasilkan diikat oleh ADP menjadi ATP dengan bantuan enzim kreatin kinase. Ketika pemecahan ATP menjadi ADP dan fosfat, diikat kembali menjadi fosfokreatin. Persamaan ini dituliskan sebagai berikut Soetopo dkk,. 2007; Wolinsky dan Driskell, 2008: Kreatin fosfat + ADP → Kreatin + ATP. Di dalam otot, kreatin yang sudah terfosforilasi yaitu PC, berperan penting dalam metabolisme energi secara anaerobik untuk menghasilkan ATP. Dengan bantuan enzim kreatin kinase, PC yang tersimpan di dalam otot dipecah menjadi Pi dan kreatin di mana proses ini juga disertai pelepasan energi sebesar 43 kJ setiap satu mol PC. Inorganik fosfat yang dihasilkan, dapat mengikat molekul ADP dan kembali membentuk molekul ATP Kohlmeier, 2003. Melalui proses hidrolisis PC, energi dalam jumlah 2.3 mMol ATPkg berat basah otot per detiknya dapat dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat olahraga dengan intensitas tinggi. Namun karena terbatasnya simpanan PC di dalam jaringan otot yaitu hanya sekitar 14 - 24 mMol ATPkg berat badan, maka energi yang dihasilkan melalui proses hidrolisis ini hanya dapat bertahan untuk mendukung aktivitas anaerobik selama 5 - 10 detik . Singkatnya waktu penyediaan energi sistem ATP - PC ini disebabkan karena tidak membutuhkan kehadiran oksigen dan energi ini sudah tersedia dalam otot Janssen, 1993. 2.6.1.2 Sistem asam laktat Sistem asam laktat atau sistem glikolisis anaerobik, merupakan bentuk metabolisme energi secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Metabolisme energi ini mengunakan simpanan glukose yang sebagian besar diperoleh dari glikogen otot atau dari glukose darah untuk menghasilkan ATP. Inti dari proses glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma ini adalah mengubah molekul glukose menjadi asam piruvat yang disertai dengan pembentukan ATP. Jumlah ATP yang dihasilkan dalam proses glikolisis ini tergantung dari asal molekul glukose. Jika molekul glukosa berasal dari darah maka 2 ATP akan dihasilkan dan jika berasal dari glikogen otot maka sebanyak tiga ATP akan dihasilkan. Penyediaan energi dari sistem asam laktat ini dapat dituliskan sebagai berikut Astrand dan Rodahl, 2003; Purba, 2016b: Glukose + ADP → Laktat + ATP Asam piruvat yang terbentuk dari proses glikolisis ini, dapat mengalami metabolisme lanjut baik secara aerobik maupun anaerobik yang bergantung pada ketersediaan oksigen di dalam tubuh. Pada olahraga dengan intensitas rendah, ketersediaan oksigen di dalam tubuh cukup besar, molekul asam piruvat yang terbentuk ini dapat diubah menjadi CO 2 dan H 2 O di dalam mitokondria. jika ketersediaan oksigen terbatas di dalam tubuh atau saat pembentukan asam piruvat terjadi secara cepat seperti saat melakukan sprint, maka asam piruvat terkonversi menjadi asam laktat.

2.6.2 Metabolisme Energi Secara Aerobik