2.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penampilan Fisik dalam Olahraga
Untuk mencapai penampilan puncak pada aktivitas fisik perlu memperhatikan beberapa faktor, yang secara garis besarnya dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
faktor intenal dan faktor eksternal.
2.9.1 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh atlet sendiri di antaranya; umur, genetik, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, teknik, mental,
motivasi, disiplin dan pengalaman. 1.
Umur. Hampir semua komponen biomotorik dipengaruhi oleh umur. Umur menunjukkan tingkat kematangan yang berkaitan dengan pengalaman.
Peningkatan kekuatan otot berkaitan dengan pertambahan umur, dimensi, anatomi atau diameter otot dan kematangan seksual. Kekuatan otot terus
meningkat sampai mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun. Setelah umur tersebut kekuatan otot akan menurun mencapai 20 pada umur 65 tahun dari
kekuatan puncaknya umur 20-30 tahun Nala, 2011. 2.
Genetik. Genetik bersifat pembawaan yang sering kali ikut berperan dalam penampilan fisik seperti proporsi tubuh, karakter fsikologis, otot putih dan otot
merah serta suku Astrand dan Rodahl, 2003. Pengaruh genetik terhadap kecepatan, kekuatan dan daya tahan pada umumnya berhubungan dengan
komposisi serabut otot yang terdiri dari serabut otot putih dan otot merah. Atlet yang memiliki lebih banyak serabut otot putih lebih mampu untuk melakukan
kegiatan yang bersifat anaerobik, sedangkan yang lebih banyak memiliki serabut otot merah lebih tepat melakukan kegiatan yang bersifat aerobik. Dengan
demikian faktor genetik juga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi atlet. 3.
Jenis kelamin. Secara umum jenis kelamin mempengaruhi kemampuan anak dalam beraktivitas apalagi setelah mengalami pubertas, baik kekuatan, daya
tahan, maupun kecepatan. Hal ini terjadi karena adanya hormon testosteron pada anak laki-laki Astrand dan Rodahl, 2003. Perbedaan kekuatan otot antara pria
dan wanita disebabkan oleh adanya perbedaan proporsi dan besar otot dalam tubuh. Pada umur yang sama setelah wanita mengalami menstruasi mengalami
peningkatan jaringan lemak sehingga atot wanita yang aktif relatif lebih sedikit. Perbedaan nilai kekuatan otot tidak sama setiap kelompok otot. Pada otot
ekstensor dan fleksor panggul nilai kekuatan otot wanita 80 dari pada laki-laki, kekuatan alat tubuh bagian atas hanya 50 dari laki-laki, sedangkan alat tubuh
bagian bawah berkisar antara 30 lebih lemah dari laki-laki. Dengan demikian jelas bahwa jenis kelamin mempengaruhi penampilan fisik.
4. Berat badan. Berat badan seseorang sangatlah bersifat individual, yang berarti
bahwa orang yang mempunyai berat lebih tinggi belum tentu lebih gemuk daripada yang mempunyai berat lebih rendah. Akan tetapi kelebihan berat badan
ditandai dengan terjadi peningkatan berat badan sebesar 10-19 di atas berat badan ideal, 20 ke atas disebut dengan obesitas Ludington dan Diehl, 2011.
Berat badan sangat mempengaruhi penampilan fisik dalam berolahraga. Hal ini disebabkan karena berat badan merupakan gaya berat yang dipengaruhi oleh
percepatan gravitasi. Makin tinggi gaya berat, maka gaya otot yang dibutuhkan untuk mengangkat badan semakin besar. Sehingga dengan gaya otot yang sama
pada berat badan yang lebih kecil akan lebih mudah tubuh terangkat. Sehingga penampilan dalam berolahraga semakin meningkat.
5. Indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh IMT merupakan hasil dari
perhitungan antara berat badan BB dengan kuadrat tinggi badan TB yang dituliskan dengan IMT = BBTB
2
kgmt
2
Kuntaraf dan Kuntaraf, 2009. 6.
Kebugaran fisik. Menurut Giriwijoyo 2007, kebugaran fisik adalah kecocokan keadaan fisik untuk dapat melaksanakan tugas fisik tertentu dengan hasil yang
baik sesuai dengan tugasnya. Kebugaran fisik dikaitkan dengan kemampuan individu untuk bekerja dengan lebih efektif dan menikmati masa senggang, hal
ini hanya dapat dicapai dengan olahraga secara berkelanjutan Kementrian Pelajaran Malaysia, 2010. Kebugaran fisik merupakan kemampuan untuk
melakukan kegiatan sehari-hari tanpa merasa lelah berlebihan dan masih memiliki cadangan tenaga untuk menikmati waktu luang dan kegiatan-kegiatan
yang sifatnya mendadak Nala, 2011. Daya tahan umum yang menyangkut kemampuan paru, jantung dan pembuluh darah Respiratio Cardiovascular
Endurance adalah merupakan salah satu unsur utama kebugaran fisik. Daya tahan paru, jantung, dan pembuluh darah dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk melakukan tugas-tugas berat yang melibatkan kelompok-kelompok otot besar untuk jangka waktu yang lama. Tingginya tingkat daya tahan umum
menunjukkan tingginya kapasitas kerja fisik, yang merupakan kemampuan untuk melepaskan jumlah energi yang relatif tinggi dalam jangka waktu yang lama
Ananto, 2000. Kebugaran fisik didapat dari olahraga yang meningkatkan HDL yaitu pada model olahraga yang lebih aktif atau aerobik yang membuat terjadi
peningkatan denyut jantung dan memerlukan pergerakan tubuh yang berirama dan napas dalam Neil-Nedley, 2009. Kebugaran fisik dapat diukur dengan
berlari secepat-cepatnya sejauh 2,4 km yang dinyatakan dalam waktu tempuh, satuan menit, ketelitian 0,01 menit.
7. Intensitas latihan. Intensitas latihan ditentukan oleh besar daya yang diperlukan
dan dapat disediakan oleh mekanisme metabolisme anaerobik persatuan waktu. Secara subjektif dintensitas latihan itentukan oleh besar kesenjangan antara
metabolisme aerobik kemampuan memasok O
2
terhadap metabolisme anaerobik tanpa tuntutan akan O
2
yang terjadi Giriwijoyo, 2007. 8.
Teknik. Teknik sangat menentukan penampilan dalam berolahraga. Tanpa penguasaan teknik yang memadai sulit untuk memperoleh prestasi yang
diharapkan. Dalam penelitian ini semua sampel dianggap mempunyai teknik yang sama karena semua sampel sebelumnya telah diajarkan teknik. Sebelum
pengambilan data diajarkan teknik dasar dengan volume, waktu dan teknik yang sama dan telah dicoba dengan kesempatan yang sama setiap sampel.
9. Mental. Mental tidak kalah pentingnya dibandingkan faktor-faktor di atas karena
betapapun sempurnanya fisik, teknik dan taktik apabila mentalnya kurang bagus penampilan puncak tidak mungkin tercapai. Oleh karena itu mental perlu
ditingkatkan dengan cara pelatihan. Pelatihan mental ini penekanannya pada perkembangan kedewasaan serta emosional dan impulsif misalnya; semangat
bertanding, sikap pantang menyerah, sportivitas, percaya diri, dan kejujuran. Dengan memberikan pelatihan maka fungsi fisiologis dan fsikologis tubuh
meningkat sehinga mampu mencapai puncak penampilannya Pinel, 2009. 10.
Motivasi. Motivasi untuk berprestasi setinggi-tingginya atau ingin sukses merupakan faktor yang menentukan prestasi atlet dengan cara memakai daya dan
upaya yang ada. Dengan motivasi yang tinggi dapat meningkatkan besar dan frekuensi infuls saraf sehingga membangkitkan tenaga yang tinggi dan akan
mempercepat pelaksanaan gerak Narendra, 2008. 11.
Disiplin. Faktor disiplin juga penting diperhatikan untuk mencapai penampilan puncak. Disiplin ini termasuk dalam pelatihan, kehadiran dalam berlatih dan
disiplin dalam pengambilan data. Tanpa disiplin yang tinggi atlet sulit untuk mencapai prestasi yang diinginkan Narendra, 2008.
12. Pengalaman. Pengalaman juga ikut berperan dalam mencapai penampilan
puncak, baik menyangkut teknik, mental maupun kemampuan dalam mengatasi hambatan eksternal seperti hambatan udara Enamait, 2005.
2.9.2 Faktor Eksternal