Aktivitas Fisik KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah aktivitas yang terjadi sebagai akibat dari kontraksi otot dengan menggunakan energi secara proporsional, yang sangat erat kaitannya dengan kebugaran fisik. Aktivitas fisik menyangkut sistem lokomotorik untuk menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari. Aktivitas fisik tersebut dilakukan dengan tujuan dan aturan tertentu secara sistematis seperti adanya aturan waktu, target latihan, jumlah pengulangan, dan lain-lain. Ditambahkan juga aktivitas fisik yang dilakukan secara bertahap melalui suatu persiapan untuk mencapai penampilan puncaknya, disebut pelatihan Bompa dan Haff, 2009. Pelatihan adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematik dan berulang-ulang dalam waktu lama dengan peningkatan pembebanan secara progresif dan individual, bertujuan untuk memperbaiki fungsi tubuh agar saat kompetisi mencapai kemampuan yang optimal Ananto, 2000. Selanjutnya Nala 2011 menyatakan, pelatihan fisik merupakan gerakan fisik dan atau aktivitas mental secara sistimatik dan berulang-ulang repetitif, dalam waktu durasi lama dengan pembebanan meningkat secara progresif dan individual yang bertujuan untuk memperbaiki fisiologis dan psikologis tubuh agar pada saat latihan dapat mencapai penampilan yang optimal. Sistematis merupakan cara pelatihan yang teratur dan terencana. Repetitif adalah gerakan yang dilakukan secara berulang-ulang lebih dari satu kali gerakan. Durasi merupakan lamanya aktivitas yang dilakukan dalam satu sesi, termasuk pemanasan, latihan inti, istirahat dan pendinginan. Progresif adalah penambahan atau peningkatan beban pelatihan secara bertahap, yang diawali dengan menggunakan beban ringan kemudian ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan atlet yang bersangktan dan. Individual adalah peningkatan pembebanan yang disesuaikan dengan kemampuan atlet yang dilatih, di mana pemberian beban tidak dapat disamakan antara atlet satu dengan yang lainnya walaupun berada pada cabang olahraga yang sama. Kementrian Pelajaran Malaysia 2010 mengatakan, pelatihan fisik mempunyai lima prinsip yaitu: prinsip pembebanan berlebih, prinsip individual, prinsip spesialisasikekhususan, prinsip berkesinambungan, dan prinsip variasi. Nala 2011 berpendapat, pelatihan mempunyai beberapa prinsip di antaranya adalah: prinsip aktif dan bersungguh-sungguh, prinsip pengembangan multilateral, prinsip spesialisasi, prinsip individualisasi, prinsip variasi atau keserbaragaman, prinsip penggunaan model dalam pelatihan, dan prinsip peningkatan beban secara progresif. Aktivitas fisik sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia sehari hari, di mana manusia sebagai makluk sosial perlu aktivitas. Tujuan dari aktivitas fisik dipisahkan menjadi tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang yang pada intinya adalah untuk menurunkan berat badan dan glukose darah Barnes, 2012. Aktivitas fisik mengakibatkan terjadinya perubahan pada fungsi tubuh, baik secara sementara maupun secara menetap Kuntaraf dan Kuntaraf, 2009. Aktivitas fisik secara teratur dalam waktu kurang lebih 30 menit dapat menurunkan tekanan darah dan denyut nadi istirahat Divine, 2012. Peningkatan jumlah aktivitas fisik bermanfaat terhadap penurunan risiko penyakit jantung Durstine, 2012. Aktivitas fisik juga meningkatkan konsumsi oksigen yang akan mencapai keadaan maksimal yang dikenal dengan konsumsi oksigen maksimal VO2-Max. Keadaan ini dibatasi oleh sistem respirasi, kardiak output, dan kemampuan otot untuk berkontraksi Bompa dan Haff, 2009. Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan terprogram secara akut dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah, dan suhu tubuh. Di samping itu secara kronis juga dapat meningkatkan massa otot dan massa tulang, pertahanan antioksidan dan penurunan frekuensi denyut nadi istirahat Kuntaraf dan Kuntaraf, 2009. Akibat dari aktivitas fisik yang diberikan, seseorang akan mengalami peningkatan kemampuan fungsionalnya. Peningkatan ini dapat berupa berbagai keadaan yang menyangkut 10 komponen biomotorik Kementrian Pelajaran Malaysia, 2010, yaitu: daya tahan, kekuatan, daya ledak, kecepatan, kelentukan, kelincahan, ketepatan, waktu reaksi, keseimbangan, dan koordinasi. 1. Daya tahan endurance menyangkut daya tahan umum dan daya tahan otot. Daya tahan umum atau daya tahan respirasi-kardiovaskular adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas dalam waktu lama yaitu lebih dari 10 menit tanpa kelelahan yang berarti. Daya tahan otot adalah kemampuan otot skeletal untuk melakukan kontraksi berulang-ulang dalam waktu yang lama. 2. Kekuatan strength adalah kemampuan otot skeletal untuk melakukan gerakan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima pembebanan waktu melakukan aktivitas fisik. 3. Daya ledak explosive strength adalah kemampuan untuk melakukan gerakan atau aktivitas secara cepat dengan menggunakan seluruh kekuatan otot dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. 4. Kecepatan speed kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan berulang-ulang yang sama dan berkesinambungan dalam waktu sesingkat-singkatnya. 5. Kelentukan flexibility adalah kemampuan tubuh atau anggota gerak tubuh untuk melakukan penjuluran ke daerah tertentu atau menempuh beberapa sendi seluas- luasnya. 6. Kelincahan agility adalah kemampuan tubuh atau anggota gerak tubuh untuk mengubah arah gerakan secara mendadak atau tiba-tiba dalam kecepatan yang setinggi-tingginya. 7. Ketepatan accuracy adalah kemampuan tubuh untuk melakukan atau mengemdalikan gerakan menuju ke suatu sasaran tertentu. 8. Waktu reaksi Reaction time adalah kemampuan tubuh atau anggota gerak tubuh untuk melakukan reaksi secepat-cepatnya ketika adanya rangsangan, baik mengenai rangsangan somatik, kinestetik, maupun rangsangan vestibular. 9. Keseimbangan balance adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisinya dari berbagai keadaan sehingga tubuh tetap dalam keadaan stabil dan terkendali. 10. Koordinasi coordination adalah kemampuan tubuh atau anggota gerak tubuh untuk mengkoordinasikan berbagai gerakan yang berlainan menjadikan suatu gerakan yang tunggal, harmonis, dan efektif.

2.2 Lingkungan Olahraga